CINTA SEORANG PANGERAN

Seperti Kata Pepatah



Seperti Kata Pepatah

Maya menepiskan tangan Pangeran Husen dengan kesal, "Jangan kurang ajar yang Mulia "Kata Maya kepada Pangeran Husen.     

"Yang kurang ajar itu mulutmu. Kau pasti mau mengatakan kalau Aku pangeran Husen tidak layak untuk di bawa ke acara penting.." Kata Pangeran Husen kepada Maya sambil cemberut. Maya jadi tertawa kecil melihat pangeran Husen merajuk.     

"Jangan tertawa ! Tidak ada yang lucu ! " kata Pangeran Husen semakin manyun dan kemudian melanjutkan lagi bicaranya.     

"Aku yakin di sana Aku akan berguna untuk Kakak Nizam. " Pangeran Husen tampak optimis.     

"Berguna ? Berguna untuk menggoda adik - adik Putri Kumari, maksudnya ?" Kata Maya dengan sebal.     

"Adik - adik putri Kumari ? " Kata Pangeran Husen.     

"Ya.. Raja Alimudin tidak punya anak laki - laki. Semua anaknya perempuan dan cantik - cantik terutama adik keduanya. Putri Avantika, Yang Mulia pasti suka melihatnya "     

"Tidak !! Kau gila apa ? Aku ini belum menikahi Amrita masa kau sudah menyuruhku untuk melihatnya. Hatiku tetap pada Amrita" Kata Pangeran Husen sambil memejamkan matanya mengingat calon istrinya itu. Harusnya minggu kemarin Ia sudah menikahi Amrita tetapi apa daya kerajaannya sedang berkabung.     

"Sebentar Yang Mulia. Bagaimana bisa Aku menyuruh Yang Mulia. Aku hanya bilang kalau Yang Mulia pasti suka melihat Putri Avantika" Tapi kemudian Maya langsung terdiam. Ia langsung merasakan kalau Nizam benar - benar ada maksud tertentu membawa adiknya yang pecicilan ini. Siapapun tahu kalau Pangeran Husen adalah pangeran yang mengagumi para wanita cantik. Ia mengambil handphonenya dan mulai mengirimkan pesan kepada Nizam."     

"Assalamualaikum Yang Mulia.." Maya menuliskan chat kepada Nizam. Nizam yang sedang mengelus - ngelus lengan Alena langsung melihat ke arah hanphonenya yang memunculkan notif ada pesan masuk. Amar melihat ke belakang melihat Nizam tersenyum.     

"Siapa yang mengirim pesan kepadamu ? mengapa kau tersenyum?" Alena merasa cemburu melihat Wajah cantik yang tertera di layar handphone suaminya.     

"Kau cemburu Alena ? Ini Maya, asistennya Pangeran Husen." Kata Nizam sambil melirik ke arah Amar. Amar tampak membeku mendengar perkaatan Nizam. Tetapi Ia tidak berani mengatakan sesuatu.     

"Aduh cantik sekali asistennya Pangeran Husen. Dia asisten yang paling cantik yang pernah kutemui." Kata Alena dengan tulus.     

"Sayangnya ada laki - laki yang tidak menyukainya" Kata Nizam.     

"Masa iya, ada laki - laki menolak gadis secantik ini. Mungkin dia gay, Nizam?" kata Alena membuat Amar langsung terbatuk - batuk. Nizam jadi ingin tertawa ngakak melihat Amar yang salah tingkah.     

"Sst.. sudahlah diam. Kita lihat dia bicara apa? Apa mungkin dia menitip salam sama seseorang diantara kita" Kata Nizam makin menjadi - jadi menggoda Amar. Amar menjadi semakin tidak karuan hatinya. Bisa - bisanya Majikannya menggoda dia habis - habisan.     

Tetapi kemudian tawa Nizam berhenti ketika membaca kalimat yang dikirimkan oleh Maya.     

"Yang Mulia Pangeran Putra Mahkota, Apakah Yang Mulia hendak menjadikan Pangeran Husen sebagai tameng yang Mulia untuk menghadapi putri - putri dari Baginda Alimudin ?" tulis Maya di handphone     

Wajah Nizam langsung serius. Maya ini benar - benar tidak takut mati. Ia wanita pemberani. Berani benar Ia menuduh langsung pada Nizam kalau Ia akan menjadikan Pangeran Husen adiknya sendiri sebagai tamengnya. Kalau sampai tuduah itu hanya omong kosong atau katakanlah itu benar dan Nizam tidak suka maka ancamannya adalah mati.     

"Berani benar kau " Nizam membalas pesan Maya dengan emoticon marah tetapi Maya malah mengirim emoticon nyengir. Nizam membalas dengan mengirim emoticon tertawa sampai keluar air mata dan tidak mengatakan apa - apa lagi ketika Maya membalasnya dengan kata - kata, "Ampuni Hamba"     

Nizam tidak membalas lagi. Ia malah menyenderkan tubuhnya ke sandaran kursi mobil. Dan mengelus lengan Alena dengan lembut.     

Alena menyenderkan kepalanya di bahu Nizam dan memeluk perutnya dari samping. Perjalanan berlanjut menggunakan pesawat dan hanya memakan perjalanan sekitar dua jam dengan pesawat menuju ibu kota Kerajaan Rajna.     

Di dalam pesawat Nizam memandang Maya dengan tatapan tajam dan Maya menganggukan kepalanya dengan penuh hormat. Alena kini dapat melihat Maya dengan jelas.     

"Kau memang sangat cantik.."Kata Alena sambil menepuk bahu Maya.     

"Memang sesuai dengan tingkatan ketampanan majikannya" kata Pangeran Husen sambil membungkukkan badannya kepada Alena. Alena tertawa,     

"Pangeran Kerajaan Azura tidak pernah gagal kecuali kalau dibandingkan dengan Pangeran dari kerajaan Zamron" Kata Alena membuat Nizam langsung murka.     

"Apa maksudmu bicara seperti itu" Nizam melirik ke arah Alena. Alena tertawa melihat Nizam cemburu.     

"Oh.. ya itu benar. Kakak putri benar sekali. Nah ini Maya saja sampai tidak berkedip menatap pangeran Abbash ketika bertemu untuk pertama kali. Untung saja pangeran tampan itu tidak ditelannya" Kata Pangeran Husen sambil tertawa ngakak.Tapi tawanya langsung diam ketika perutnya di sikut oleh Maya dengan keras.     

Mata Alena terbelalak melihat adegan itu, bagaimana bisa seorang asisten berani menyikut Pangerannya. Selama Ia hidup bersama Nizam dan Pangeran Thalal Ia belum pernah melihat Arani atau Andhara bertingkah sepeti Maya.     

Sementara itu Nizam malah melangkah masuk ke dalam ruangan pribadinya.     

"Kau sungguh keterlaluan.. Maya ini sangat sakit tahu" kata Pangeran Husen sambil terbungkuk - bungkuk. Maya malah membalikkan badannya dan pergi meninggalkan pangerannya menuju ruangan yang disiapkan untuk Pangeran Husen.     

"Kakak Putri jangan heran.. Aku memang tidak beruntung karena memiliki asisten yang buas dan galak seperti dirinya. Aku tidak bisa membayangkan pria mana yang berani menikahinya" Kata Pangeran Husen sambil kemudian pamitan dan mengikuti langkah asistennya menuju ruangannya.     

Alena lalu berpaling ke arah Amar yang terdiam sedari tadi. "Kau dengar itu Amar. Ternyata ada wanita yang lebih galak dari Arani. Sebuas - buasnya Arani tidak akan pernah berbuat seperti Maya kepada Pangeran Husen" Kata Alena sambil melangkah pergi.     

Arani menatap Amar dan tersenyum manis. Jarang - jarang Arani tersenyum manis. Jadi Amar malah semakin tersiksa.     

"Tabahkan hatimu Amar. Aku yakin kau akan segera menjadi bulan - bulanan dia" Kata Arani sambil menahan tawanya.     

"Jendral Arani, teganya Anda " kata Amar sambil cemberut. Arani malah tertawa sambil melangkah pergi di ikuti Jonathan yang terheran - heran.     

"Ada apa sebenarnya? Mengapa kau tampak senang sekali " Kata Jonathan sambil memeluk bahu istrinya. Arani menempelkan telunjuknya di bibirnya. " Nanti kita bicara di kamar" Kata Arani sambil menyeret Jonathan ke kamar.      

Setelah Arani bercerita, Jonathan menganggukan kepalanya. Ia mendekap Arani dari belakang dan mengelus perut kekar itu.     

"Sungguh ide yang cemerlang dari Nizam. Ia selalu menjadi yang terpintar. Aku yakin mereka akan menjadi pasangan yang serasi. walaupun di awal mereka akan sangat kesulitan menjalani pernikahannya tetapi kesulitan ini akan membuat Amar melupakan kesedihannya"     

Arani menganggukan kepalanya lalu Ia berbalik dan menggendong Jonathan dengan mudahnya. "Kau .. turunkan Aku. Kebiasaan sekali kalau kau suka menggendongku. Aku ini laki - laki " Kata Jonathan meronta tetapi Arani malah semakin erat menggendongnya dan menurunkannya di tempat tidur.     

Jonathan terkejut ketika merasakan tangan Arani bergerak liar di atas tubuhnya. Nafas Jonathan seketika terengah - engah. " Arani, ini di pesawat.. ada banyak orang" Kata Jonathan sambil menghindar. Bukankah tadi malam Ia sudah habis - habisan melayani Arani. mentang - mentang Ia sudah sehat, Arani terus meminta kepuasan. Ini benar - benar seperti kata pepatah. Anda puas kami lemas.      

Tetapi mana mau Arani mendengarnya. Ia malah menelengkupi tubuh suaminya dan berkata. "Setiap ruangan di pesawat dibuat kedap suara jadi kau tinggal diam saja. Biar Aku yang bergerak" Kata Arani sambil membenamkan bibirnya ke mulut suaminya yang terbuka lebar.     

Bagaimana mulutnya tidak terbuka lebar kalau Arani menekan perutnya memaksa dia membuka mulutnya. Ini suatu pemaksaan yang hakiki walaupun selanjutnya yang bersuara paling keras ternyata Jonathan. Ia kemudian tampak bergerak lebih liar dari istrinya. Arani hanya mengerutkan keningnya melihat kelakuan suaminya. Arani jadi gemas. Di pukulnya bokong suaminya dengan keras membuat Jonathan terlonjak kesakitan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.