CINTA SEORANG PANGERAN

Ancaman Nizam



Ancaman Nizam

Mendadak Nizam jadi kembali berkeringat melihat pemandangan di depannya. Bagaimana bisa Ia mempertontokan adegan bercintanya dengan Alena di hadapan Putri Kumari yang Ia jamin kalau Putri itu pasti masih suci luar dalam. Nizam mendadak menggaruk ujung hidungnya yang tinggi bagaikan tugu monas itu dengan gelisah.      

Tapi bukan Nizam kalau tidak bisa mengatasi situasi. Ia kemudian merangkul bahu Alena sambil tertawa dingin. Ini adalah kesempatannya untuk memukul rubah kecil itu.     

"Ah.. ha.. ha.. Putri Kumari. Ini bukan seperti yang kau pikirkan. Kami bukannya suami istri yang tidak tahu malu sampai melakukannya di sembarang tempat. Tapi Aku akui kalau ini tidak benar. Ini hanya luapan emosi perasaan kami saja. Aku lupa kalau ini bukan rumahku di Amerika. Yaah.. kamu tahukan kalau di Amerika setiap kami berdua. Semua orang akan langsung menyingkir diam - diam" Kata Nizam sambil tersenyum penuh wibawa walaupun Ia tahu reputasinya sebagai Pangeran Putra Mahkota sudah rusak di depan Putri Kumari.     

Bagaimana tidak rusak kalau lenguhan suaranya begitu terdengar memalukan. Ia seperti Alena kalau sedang bercinta. Meracau kemana - mana. Walaupun secara aurat Ia tidak memperlihakan tubuhnya ke depan Putri Kumari karena Ia melakukannya dengan membelakangi Putri Kumari dan tubuhnya tetap terhalang jubah yang sedang Ia kenakan.     

Putri Kumari adalah orang yang cerdas yang langsung dapat menangkap perkataan dari Nizam yang mengatakan kalau di rumah Nizam di Amerika semua orang akan menyingkir kalau Nizam dan Alena sedang berduaan. Perkataan ini menunjukkan kalau yang salah sebenarnya bukan mereka tetapi dirinya.      

Mengapa dia harus berdiri dan melihat adegan yang memukau itu dari awal sampai akhir karena harusnya ketika melihat Nizam menarik tangan Alena, Putri Kumari harus segera menyingkir dan menghindari untuk menonton adegan itu. Dan dalam hukum kerajaan ini adalah kesalahan yang sangat besar dan layak di hukum berat.     

Sehingga Putri Kumari langsung menjatuhkan tubuhnya berlutut di depan Nizam, "Ampuni hamba, Hamba sungguh tidak tahu aturan. Hamba memang layak mati " Kata Putri Kumari sambil menyebut dirinya hamba. Ia langsung ketakutan dengan perbuatannya sendiri. Bagaimana bisa Ia begitu bodoh sampai harus terpaku dari awal sampai akhir.     

NIzam tidak berkata, tetapi hanya memandang Putri yang sedang berlutut dan sekarang malah menyentuhkan keningnya ke atas pasir. Tubuhnya menggigil ketakutan. Putri Kumari sangat takut kalau sampai Ia ketahuan Ratu Sabrina. Bukan tidak mungkin Ia akan di kembalikan ke kerajaannya.      

Alena sekarang yang gantian terpaku melihat Putri Kumari yang begitu ketakutan. Alena sungguh tidak mengerti mengapa Putri Kumari malah meminta maaf bukankah yang salah adalah dirinya dan Nizam. Seharusnya yang meminta maaf adalah dirinya dan Nizam. Dan Alena tidak tahan untuk tidak berbicara apalagi sekarang dia melihat wajah Nizam berubah dingin dan tidak ada manis - manisnya lagi. Nizam seperti habis meminum segalon air es saking dinginnya     

Alena memegang tangan Nizam dan kemudian berkata, "Mengapa Putri Kumari harus meminta maaf. Bukan dia yang salah. Kita yang salah. Nizam !! Dia tidak boleh berlutut seperti itu" Kata Alena sambil hendak menghampiri Putri Kumari tetapi tangan Alena kini berbalik yang di cekal Nizam. Nizam menarik tangan Alena agar mundur.     

"Dia masih sangat muda dan harus banyak belajar dan pelajaran yang pertama adalah jika Aku sedang bersamamu maka siapapun yang melihatnya harus menyingkir dari hadapan kita tidak terkecuali dia" Kata Nizam dengan tegas.     

"Tetapi mengapa ?" kata Alena sambil tidak mengerti.     

"Karena Aku adalah seorang Pangeran Putra Mahkota dan Kau adalah calon ratuku walaupun penobatanmu sebagai putri mahkota belum dilaksanakan. Kau memiliki status yang lebih dari wanita manapun di dalam harem ini. Kau harus tau itu, jadi jangan tundukkan kepalamu di hadapan siapapun " Kata Nizam sambil terus memandang putri itu dengan tajam.     

Nizam sudah tidak dapat berpura - pura lagi di depan putri itu setelah Ia bermanis - manis kepadanya saat dihadapan Putri itu. Ketika Putri Kumari bisa langsung menangkap maksud dari perkataannya, Nizam sudah menganggap kalau putri itu benar - benar sangat cerdas dan Nizam tidak bisa untuk berpura - pura lagi dengan perasaannya.     

Putri Kumari sangat terkejut dengan perubahan nada dan gaya dari pembicaraan Nizam. Melihat Nizam tadi siang dan saat berbicara di depan para putri, Nizam begitu manis dan hangat tetapi kini terdengar seperti suara itu muncul dari bongkahan es yang berasal dari kutub utara atau selatan.     

Jadi dugaan kalau Nizam menuruti perkataan dari Ratu Sabrina adalah salah besar. Jadi perkataan Ratu Sabrina yang mengatakan bahwa Nizam adalah anak penurut yang akan menuruti semua perkataannya termasuk menerima semua wanita di dalam harem adalah salah.     

Jadi ketika Ratu Sabrina menjanjikan bahwa Nizam akan menikahinya begitu sesampainya di dalam harem adalah salah. Jadi perlakuan Nizam ketika di bandara dan mencium keningnya adalah salah. Putri Kumari mendadak seperti membeku dalam kecemasan yang luar biasa. Ia menjadi ketakutan dan merasa tertekan. Jadi Ia membenturkan keningnya ke atas pasir dengan kuat.     

"Hamba layak mati. Hamba benar - benar layak mati. Sungguh hamba tidak bermaksud untuk melangkahi Putri Alena. Hamba malah sangat ingin menjadi temannya bahkan kalaupun itu tidak pantas, izinkan hamba menjadi pelayannya saja "     

"Nizam !! Mengapa Kau begitu galak kepadanya. Dia memang benar. Dia hanya ingin berteman denganku. Mengapa kau begitu penuh prasangka seperti itu. Kau tahu kalau dia banyak membela diriku dari Putri Rheina. Musuhku bukan dia tapi Putri Rheina dan teman - temannya " Alena langsung ngotot kepada Nizam. Dan Nizam yang sudah menduga akan terjadi seperti ini.      

Nizam tahu kalau Alena bukan orang yang langsung menurut kalau diberitahu makanya Ia jadi tidak ingin berdebat dengan Alena lagi sehingga kemudian jalan satu - satunya adalah kembali bertingkah seakan Ia percaya dengan semua perkataan Putri Kumari.     

"Baiklah ! Bangunlah.. Aku memaafkan semua kesalahanmu " Kata Nizam kepada Putri Kumari. Tetapi Putri Kumari masih menempelkan keningnya di bawah membuat Nizam jadi berkata lebih tajam.     

"Aku bilang, bangun!! ' Kata Nizam membuat Putri Kumari langsung bangun berdiri dan menundukkan mukanya di depan Nizam.     

"Aku ampuni semua kelakukanmu hari ini. Jika memang benar perkataanmu ingin menjadi teman Alena maka jadilah seperti itu. Kalau sampai kau menyakitinya maka Aku tidak segan - segan untuk membunuhmu. "     

"Ha..m ba.. tidak berani " Kata Putri Kumari semakin pucat pasi. Ini lebih buruk dari dugaannya selama ini.     

"Dan satu lagi...Aku tahu kalau Ibuku sekarang memberikan kepercayaan Harem ini kepadamu. Dan Kau akan mengatur semua pertemuanku dengan para istriku. Aku ingin Alena ada bersamaku tiga hari dalam seminggu. Dan Aku ingin malam ini Ia ada di kamarku.     

Aku tahu ini mustahil tapi kalau sampai gagal maka Kau adalah orang pertama yang akan Aku tendang langsung dari dalam harem ini" Kata Nizam sambil kemudian menarik tangan Alena untuk ikut dengannya ke tempat makan. Bercinta selalu membuatnya lapar. Ia tidak perduli dengan Alena yang ternganga dengan tingkah Nizam.     

Alena sama sekali tidak mengira kalau Nizam ternyata sangat membenci Putri Kumari. Bukankah sedari tadi Ia melihat betapa Nizam terus mencuri - curi pandang kepada Putri Kumari.     

Alena mengira kalau Nizam terkagum - kagum dengan kecantikan Putri Kumari yang begitu luar biasa. dan Nizam akan menjadikan Putri Kumari istri sahnya selain dirinya dan Putri Rheina. Mengapa perlakuan Nizam yang terlihat begitu lembut sewaktu di bendara tadi berubah drastis. Apa kesalahan Putri Kumari sebenarnya.     

Apakah karena Putri Kumari tanpa sengaja menyaksikan dirinya dan Nizam sedang bercinta membuat Nizam menjadi begitu murka. Apakah karena Nizam sangat malu sehingga Ia berbalik marah kepada Putri Kumari.     

"Nizam..." Alena baru mau berkata tetapi Nizam sudah menyimpan telunjukknya di bibirnya dan berkata, " Diamlah ! Kau jangan merusak selera makanku. Kau kan tahu kalau Aku sudah bercinta denganmu, Aku suka lapar" Kata Nizam sambil terus memegang tangan Alena. Alena menjadi terdiam dan tidak berani bertanya lagi.     

Akhrnya Alena berjalan mengikuti Nizam tanpa banyak berkata lagi dan begitu mereka kembali ke lapangan tempat mereka mengadakan pesta, Ratu Sabrina tampak memandang mereka dengan kening berkerut. Alena langsung ketakutan kena murka mertuanya. Ia masih ingat bagaimana mertuanya pernah mencambuk kakinya dulu.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.