CINTA SEORANG PANGERAN

Mati adalah takdir



Mati adalah takdir

Cynthia tampak gelisah di kamarnya, elusan suaminya tidak meredam kegelisahannya. Ia menatap Pangeran Thalal dengan wajah sangat sedih. Mukanya begitu sembab.      

"Aku bukan sahabat yang baik, Aku telah berbuat jahat kepada Alena. Aku telah menyakitinya. Apa yang harus kulakukan? Ia pasti sangat sedih sekarang. Yang Mulia.. katakanlah sesuatu. Aku bisa gila " Kata Cynthia sambil menutup mukanya.     

Pangeran Thalal terdiam sambil menghela nafas panjang. Ia diam - diam menerima berita dari orang kepercayaannya kalau Nizam menginap di ruangan Putri Rheina. Dan Cynthia tidak tahu tentang hal ini. Ia sendiri bingung, tidak tahu apa yang harus dilakukan. Baru kali ini dalam hidupnya Ia merasa tidak dapat berpikir dengan jernih. Cynthia benar - benar berpikir keras dan karena Ia tidak dapat berpikir jernih akhirnya Ia berteriak, " AAKH....." Kata Cynthia dengan kesal membuat Pangeran Thalal terlonjak kaget.     

"Apa yang terjadi ? Kau begitu kesal dengan kejadian ini. Kau tidak boleh berpikir sendiri, kau harus mencari tahu keluar sana" Kata Pangeran Thalal.     

"Aku ini orang luar dan Aku tidak bisa masuk ke dalam harem tanpa seizin Ratu Sabrina atau seizin Nizam. Jadi bagaimana Aku bisa masuk dan mencari tahu" Kata Cynthia dengan kesal. Ia berdiri kemudian berjalan mondar - mandir. Tapi lalu Cynthia tersentak, " Aku tahu harus mencari informasi kepada siapa ?" kata Pangeran Thalal.     

"Siapa ? Bastnah ? " Kata Pangeran Thalal.     

"Tidak ! tidak ! Dia terlalu nyablak dan Alena tidak akan pernah membiarkan rahasianya sampai ke mulut Bastnah. " Kata Cynthia sambil berapi - api.     

"Lantas siapa ?" Kata Pangeran Thalal     

"Maya "     

"Maya ? "     

"Ya Dia, bukankah dia baru saja diangkat jadi asisten Alena. Sebagai Asisten Alena, Dia tentu bisa masuk ke dalam harem " Kata Cynthia dengan mata berbinar. Dan sebelum Pangeran Thalal membuka mulutnya, Cynthia sudah berlari keluar dengan penuh semangat. Cynthia berharap kalau Maya belum masuk ke dalam Harem. Dan memang Cynthia sedang beruntung. Karena Ia sedang melihat Maya sedang berdiri di depan sebuah kolam di dekat dengan ruangannya. Ia sedang mempersiapkan diri untuk masuk ke dalam harem.      

"Maya ! " Cynthia memanggil wanita yang sedang berdiri dengan rambut terurai dan mengenakan kerudung warna pastel. Maya menoleh ke belakang dan ketika Ia melihat Cynthia yang berdiri di belakangnya, Ia segera berbalik dan membungkukkan badannya.     

"Yang Mulia Putri Cynthia" Kata Maya sambil terkejut melihat istri dari Pangeran Thalal ada didepan matanya. Maya terkejut melihat Cynthia karena memang Ia tidak terlalu kenal dengan Cynthia.     

"Apa kau tahu apa yang terjadi di dalam harem ? " Kata Cynthia kepada Maya. Maya menggelengkan kepalanya. Ia sedang tidak enak badan setelah kepulangannya dari Kerajaan Rajna. Ia masih harus menata mentalnya setelah Ia menyetujui pernikahannya dengan Amar.     

Dan Ia baru saja akan memasuki harem untuk menghadap Alena dan mulai mendampinginya tetapi Ia tidak langsung pergi. Ia berdiri dulu untuk menenangkan pikirannya di sini. Selama beberapa hari ini dia berada di ruangannya dan Ia hanya dilayani oleh pelayan tingkat rendah. Pelayan ini sangat takut dengan Maya jadi walaupun para pelayan itu tahu tentang gosip terhangat tetapi tidak ada satupun yang berani bergosip dengan Maya.     

Melihat wajah Maya saja mereka sudah kecut apalagi kalau mendengar mereka bergosip yang lain - lain. Jadilah Maya tidak tahu apapun tentang suasana harem dan istana.     

"Hamba tidak tahu Yang Mulia, Hamba baru saja hendak masuk ke dalam harem" Kata Maya.     

"Kau cepatlah cari tahu apa yang terjadi di dalam. Aku tidak bisa masuk ke dalamnya ' Kata Cynthia.     

"Memangnya ada apa ? " Maya menjadi cemas. Pikirannya langsung melayang kepada Alena.     

"Apa Yang Mulia Putri Alena tidak apa -apa? " Kata Maya menjadi ciut. Tubuhnya menjadi siaga.     

"Aku curiga dia tidak baik - baik saja. Cepatlah Kau masuk ke dalam dan cari tahu untukku. Aku tidak bisa masuk ke dalam harem tanpa izin Nizam atau Ibunda Ratu. Setelah kau mendapatkan berita, Kau beritahu Aku. Aku akan berada di kediaman pangeran Thalal" Kata Cynthia. Maya dengan cepat menganggukan kepalanya tanda Ia mengerti.     

Maya lalu membungkuk memberikan hormat dan kemudian Ia pergi ke dalam harem. Para penjaga menatap Maya yang mereka tahu dia adalah asisten Pangeran Husen sehingga mereka kemudian menghentikan langkah Maya.     

"Maafkan kami Nona Maya, tetapi ini adalah Harem. Anda tidak bisa masuk tanpa akses dari Yang Mulia Ratu Sabrina atau Yang Mulia Pangeran Nizam" Kata penjaga wanita kepada Maya. Maya mengeluarkan surat pengangkatan dirinya yang dibuat oleh Nizam. Penjaga itu kemudian memeriksanya dengan teliti. Setelah yakin dengan tanda tangan Nizam dan para penjabat terkait. Penjaga itu mengizinkan Maya masuk.     

Para pelayaan yang ada di dalam langsung berbisik - bisik ketika melihat Maya datang, termasuk para wanita penghuni harem yang menjadi wanita Nizam. Tidak ada yang tidak kenal Maya. Maya dan Arani itu serupa tapi tak sama. Kesamaannya adalah sama - sama menakutkan. Jika Arani masuk ke dalam harem maka suasana Harem akan mendadak sepi bagaikan suasana di kuburan.      

Bahkan Maya ini lebih parah dari Arani, Arani tidak banyak bicara dan pembawaannya tenang tapi Maya sangat judes dan galak. Mulutnya juga setajam cabai. Lalu mau apa Maya datang ke dalam Harem.      

Walaupun mereka sangati ingin bertanya tetapi ternyata tidak ada yang berani membuka mulut. Alih - alih bertanya mereka malah menundukkan wajahnya ketika berpapasan dengan Maya. Bahkan Maya merasa tidak harus memberikan hormat kepada para wanita Nizam itu. Dan ini membuat Nadia yang sedang berbincang - bincang dengan teman - temannya menjadi merasa gusar melihat Maya yang berjalan angkuh.     

"Berani benar kau berjalan di depan kami tanpa memberikan hormat" Kata Nadia sambil melipat tangannya di depan dadanya dan menatap tajam ke arah Maya. Maya tampak tidak memperdulikannya dan terus berjalan seakan Ia tidak mendengar suara apapun.     

Nadia kemudian melangkah mendekati Maya dan mencengkram lengannya dengan kuat. Ia adalah putri dari kerajaan luar. Ia tidak tahu siapa Maya. Tapi Maya tidak tinggal diam ketika tangannya ditarik. Ia malah memelintir tangan Putri Nadia sambil kemudian mendorongnya membuat Putri Nadia langsung terjatuh.     

"Aku Maya, Asisten dari Putri Alena. Aku bukan pelayan yang harus memberikan hormat kepada penghuni harem kecuali Putri Alena. Kalau kau tidak suka kau boleh melaporkan Aku kepada siapa saja.     

Aku tidak takut siapapun kecuali kepada Alloh SWT. Dan bagiku mati adalah takdir jadi kalau gara - gara perbuatanku Aku dihukum mati. Aku anggap itu adalah takdir" Kata Maya sambil menatap tajam ke arah Nadia. Nadia yang terjatuh segera di tolong oleh yang lain. Mata jelinya membulat lebar seraya menatap Maya.     

Ia tidak berani berkata apapun selain menatap Maya yang berjalan dengan wajah masam meninggalkan mereka.     

"Kau dengar tadi ? Tidak takut mati.. dengan gayanya yang seperti itu, Aku yakin umurnya tidak akan lama lagi" Kata Nadia dengan kesal     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.