CINTA SEORANG PANGERAN

Negosiasi para Wartawan



Negosiasi para Wartawan

Di depan bandara banyak polisi dan tentara yang berjaga - jaga ketika melihat mobil dari Ratu Sabrina datang maka pintu gerbang masuk ke Bandara segera dibuka. Bandara Internasional Al - Walid ( Diberi nama sesuai dengan nama Raja Al - Walid sebagai bentuk penghargaan kepada Raja Al - Walid karena sudah membangun.     

Bandara ini menjadi bandara yang sangat mewah ) Bandara ini letaknya tidak tengah kota tetapi dipinggir sehingga jaraknya lumayan cukup jauh dari Istana. Karena memang Bandara itu tidak boleh terletak di tengah kota yang banyak terdapat bangunan yang tinggi. Tetapi dari Istana sekitar setengah jam dengan kondisi jalan yang mulus dan lancar.      

Istana juga sebenarnya memiliki landasan pesawat yang luas untuk sekedar bisa menerbangkan pesawat kecil yang cukup untuk sekitar mengangkut dua puluh orang penumpang tetapi tidak bisa untuk pesawat dengan kapasitas besar yang mengangkut ratusan orang.      

Bandara itu tampak di jaga sangat ketat dan beberapa penerbangan komersial tampak ditunda keberangkatannya sampai waktu yang tidak bisa ditentukan. beberapa jendral berdatangan dari berbagai markas menuju ke bandara termasuk para tim medis dan beberapa pejabat.     

Para Wartawan yang memang sudah berjaga dari dua hari yang lalu untuk mendapatkan berita tentang kedatangan Nizam tampak berdebar antara bahagia karena mendapatkan berita yang lebih hebat dari sekedar berita kedatangan putra mahkota dan anak - anaknya tetapi juga berdebar karena ngeri dengan adanya pembajakan pesawat.     

Simpang siur berita masih mereka peroleh karena memang para kuli tinta itu atau sekarang mungkin bukan kuli tinta lagi tetapi kuli online mengingat sekarang penyebaran berita lebih efektif dan efisien melalui platform berita online. Bahkan situs berita resmi Azura juga yaitu Abrar.com masih tidak mendapatkan akses berita secara langsung. Mereka hanya bergerombol di depan mobil mereka masing - masing. Para Reporter dengan kameramen memenuhi tembok pembatas Bandara dengan area luar.      

Seorang reporter wanita tampak mengenakan jilbab berwarna biru tua dengan pakaian hitam - hitam mencoba untuk bernegosiasi dengan penjaga bandara yang memegang senjata lengkap. Wajah para tentara dan polisi itu tampak sangat tegang.     

Pembajakan pesawat putra mahkota bukanlah perkara main - main dan ini akan memicu suatu penyelidikan yang berkepanjangan sampai semua masalah terungkap dan tuntas. Kalau masalah ini tidak ditangani dengan baik bisa - bisa akan merusak ketemtraman dari pemeritah kerajaan Azura.     

"Anda memperbolehkan kendaraan Yang Mulia Ratu Sabrina untuk masuk ke dalam bandara tetapi mengapa Anda menahan kami para wartawan untuk memasuki bandara " Kata Wartawan wanita itu dengan berani. Wartawan yang bernama Anisa ini adalah wartawan sekaligus reporter senior dari Abrar.Com . Ia sudah terbiasa menempuh bahaya untuk mendapatkan berita termasuk masuk ke dalam medan pertempuran. Jadi kalau hanya masuk ke dalam bendara, Ia tidak takut sama sekali.     

"Tapi di dalam sedang genting, Kami tidak boleh mengizinkan siapapun masuk "Kata seorang prajurit setingkat sersan berkata sambil menggelengkan kepalanya.     

Anisa tampak mengerutkan keningnya dan berkata lagi menjawab pernyataan dari para prajurit tersebut.     

"Kalau sedang genting tidak mungkin Yang Mulia Ratu Sabrina diperbolehkan masuk. Di dalam kemungkinan sudah aman. Pemberontakan atau pengkhianatan atau apapun itu pasti sudah dapat ditangani" Kata Anisa lagi.      

Dibelakang Anisa tampak para wartawan lain ikut menggimbung dan membenarkan perkataan Anisa. Mereka tampak merangsak ingin masuk. Melihat wartawan lain tampak mendukungnya. Anisa tambah bersemangat.      

"Tapi saya hanya seorang bawahan yang tidak tahu apa - apa. Saya menerima perintah kalau siapapun tidak diperbolehkan masuk kecuali dari pihak istana" Kata si prajurit teguh pada pendirian.     

Para wartawan langsung ribut dan saling berbicara dengan nada tidak puas tetapi tidak berani melawan karena tahu bahwa para prajurit di depan mereka hanyalah bawahan yang siap melaksanakan perintah dan bukan pengambil keputusan. Kalau sampai dia terkena masalah sama atasannya karena para wartawan yang ngotot kasihan juga.     

Tetapi Anisa yang memang sudah sangat berpengalaman tampak tidak terpengaruh oleh ketakutan dan kekhawatiran sesama teman wartawannya. Ia malah berkata lagi dengan wajah serius.     

"Pak.. kami bukan masyarakat sipil yang tidak tahu apa resikonya dalam meliput berita. Kami bukannya tidak sayang nyawa sendiri tetapi demi rakyat yang berhak tahu kejadian yang sebenarnya.     

Berita buruk itu seperti menyimpan bangkai serapat apapun disembunyikan maka akan tercium juga. Tugas kami memberikan berita yang sesuai dengan kejadian yang sebenarnya. Tanpa penjelasan dari kami maka masyarakat akan mendapatkan beritanya secara simpang siur dan itu akan mengganggu kestabilan dan keemanan kerajaan.      

Jadi tolong telepon atasanmu untuk memberitahukan bahwa para wartawan menuntut haknya untuk mendapatkan berita yang sesuai dengan kenyataan. Jangan sampai kami menurunkan berita yang salah" Kata Anisa membuat para wartawsan yang sedang sibuk berbicara saling berbantahan tentang penolakan ini menjadi terdiam seribu bahasa. Mereka memuji kepandaian dari Anisa.     

Tidak ada seorangpun yang tidak mengenal kepandaian, kecerdikan dan keberanian dari wartawan berita Abrar.com ini. Selain cantik dan tegas. Anisa juga tidak pernah menyampaikan berita kebohongan. Ia juga bukan wartawan yang mampu dibeli oleh orang berduit untuk membalikkan fakta kebenaran suatu berita.     

Kalau kejadiannya A maka Ia akan memberitakan A. Jika memang kejadiannya B maka Ia juga akan memberitakan kejadian B. Ia tidak perduli dengan segala resiko yang akan Ia tanggung ketika dia tetap ngotot mengungkap berita yang menyinggung para pejabat tinggi.      

Walaupun Anisa sering di teror, diintimidasi bahkan pernah berkali - kali hendak dicelakai orang tetapi Anisa tetap pada pendiriannya. Berita yang Ia tulis haruslah berita tentang kebenaran dan bukan berita sampah apalagi berita penuh dusta yang menyesatkan para pembacanya.     

Si prajurit juga langsung kebingungan mendengar perkataan Anisa karena apa yang dikatakannya adalah benar. Kalau masyarakat tidak diberitahu berita yang sebenarnya maka akan terjadi berita simpang siur dan itu akan menimbulkan rasa kekhawatiran banyak orang. sehingga kemudian Ia mengangkat handy talky-nya dan berbicara dengan atasannya dengan menjelaskan seluruh perkataan dari Annisa.     

Prajurit itu menjelaskan secara terperinci tentang apa yang dikatakan oleh Anisa. Ia tidak ingin ada kesalahan dalam penyampaian berita yang mengikabatkan atasannya mengambil keputusan yang salah.     

Atasannya itu juga kemudian konsultasi lagi dengan komandannya. Ia berbisik ke telinga seorang Kapten di sampignnya. Kapten itu lalu melirik ke arah anak buahnya.     

"Aku tidak tahu, Aku tanyakan lagi ke Kolonel dulu" katanya sambil kemudian Ia segera menghampiri ke Kolonel Hasan sebagai penanggung jawab dari pengamanan bandara.     

"Izin Pak. Para wartawan menuntut untuk masuk ke bandara untuk meliput berita " Kata Kapten itu setelah memberikan hormat dan diberi izin untuk berbicara. Kolonel itu langsung paham maksud dari Kapten dan Ia segera berkata,     

"Biarkan mereka masuk. Mereka harus tahu tentang situasi di sini dan memberitahukan kebenarannya kepada masyarakat " Kata Si kolonel itu sambil mengawasi jalannya penurunan jenazah dari dalam pesawat ke luar untuk dimasukan ke dalam ambulan.     

Kapten itu langsung kembali memberikan hormat dan segera berkata lagi kepada anak buahnya untuk membiarkan para wartawan masuk. Para wartawan tampak bersorak karena senang. Mereka tidak lupa berterima kasih kepada Anisa yang sudah berjasa besar karena dia, mereka dapat masuk ke bandara untuk meliput berita.     

Para mobil wartawan itu masuk melalui jalur kendaraan yang masuk dan ambulan keluar melalui jalan yang satunya lagi. Para wartawan langsung mengeluarkan kamera mahal mereka dan memoto iring - irangan ambulan yang keluar dari bandara. Kata yang tepat untuk menyebutkan kondisi ambulan yang berjalan dari dalam bendara menuju rumah sakit umum itu iring - iringan karena jumlahnya yang lebih dari sepuluh.     

Anisa sudah dapat memperkirakan berapa banyak korban yang jatuh di atas pesawat. Ini adalah pertempuran besar dan bukan pertempuran ringan yang para korbannya menderita benjol, babak belur atau patah tulang.     

Suara sirine tampak membangkitkan bulu kuduk para wartawan itu. Suara itu sangat ramai karena ambulannya memang sangat banyak. Ini seperti korban perang karena banyaknya ambulan yang keluar dari bandara. Anisa menggelengkan kepalanya sambil kemudian memoto pesawat jet yang sangat besar. Pesawat yang membawa Pangeran Nizam bersama keluarganya.     

***     

Dear Reader.. Jangan lupa untuk meninggalkan komen, memberikan bintang dan ulasan. Memberikan PS dan coin. Satu coin sangat berharga untuk Saya     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.