CINTA SEORANG PANGERAN

Manis Tetapi Beracun



Manis Tetapi Beracun

Dan Alena tahu ketika suaminya sering melirik ke arah Putri Kumari. Lalu dengan wajah judes Alena mendesis di telinga suaminya. "Aku pikir saingan terberatku adalah Putri Rheina tetapi ternyata bukan.." Kata Alena sambil merasa panas melihat suaminya tampak tertarik dengan istrinya yang lain.     

Nizam malah tersenyum sambil balas berbisik, " Ketahuilah.. Putri Rheina tidak ada apa – apanya. Musuh yang memperlihatkan permusuhannya lebih aman dibandingkan musuh yang bersikap manis tetapi beracun" Kata Nizam sambil masih melirik ke arah Putri Kumari.     

"Tetapi mengapa ?" Alena mengerutkan keningnya.     

"Karena orang lebih tergelincir oleh yang manis daripada yang pahit. Jadi kau harus tetap waspada " Kata Nizam sambil memegang kepala Alena dengan penuh kasih dan itu terlihat oleh Putri Kumari bagaimana Nizam memegang kepala Alena begitu lembutnya. Ada riak kecil yang menyapu relung hatinya. Putri Kumari menghindari perasaan tidak nyaman dengan memandang ke arah masyarakat yang masih berderet ingin menyaksikan para putri, Ratu dan pura mahkota.     

Setelah beberapa saat akhirnya mereka sampai di kerajaan Azura. Upacara penyambutan kedatangan Nizam ditunda hingga esok hari ini. Nizam lebih memilih pergi ke pemakaman Zarina bersama Pangeran Thalal dan Pangeran Husen. Sementara itu Alena dan Cynthia pergi ke dalam harem sambil membawa bayi mereka. Putri Kumari yang memandu mereka.     

"Kau sejak kapan berada di dalam harem ?" Kata Cynthia kepada Putri Kumari. Putri Kumari menganggukkan kepalanya memberikan hormatnya kepada istrinya Pangeran Thalal. Dia tahu kalau Cynthia sangat pintar dan terlihat lebih menyelidik dibandingkan dengan Alena.     

"Saya berada di sini sekitar sebulan yang lalu" Kata Putri Kumari sambil berjalan menuju Harem. Akan ada jamuan makan malam tetapi untuk bersantap siang. Putri Kumari sudah menyiapkan jamuan kecil di dalam ruangan Alena. Yang dimaksud dengan jamuan kecil itu bukanlah jamuan biasa. Karena semua jenis makanan yang berat sampai yang ringan ada di dalam hidangan itu. Makanan itu terdiri dari makanan Amerika, Azura, India dan beberapa makanan Indonesia.     

"Kau kelihatan lain dibandingkan dengan istri Nizam yang lainnya" Kata Cynthia sambil terus melirik ke arah Putri Kumari. Putri Kumari memerah wajahnya tetapi dia tetap dapat menguasai keadaan.     

"Saya anggap perkataan Yang Mulia adalah pujian untuk saya" Kata Putri Kumari sambil tersenyum dan itu membuat Cynthia semakin yakin kalau gadis cantik yang di depannya itu bukanlah wanita sembarangan.     

"Kau terlihat sangat percaya diri dan mm.. secara fisik kau juga sangat cantik dan unik" Lagi – lagi Cynthia sangat sulit untuk tidak memuji kecantikan dari Putri Kumari.     

"Tentu saja itu tidak benar karena menurutku kecantikan itu adalah kecantikan seorang istri di mata suaminya" kata Putri Kumari membuat Alena memalingkan mukannya ke arah Putri Kumari. Ia pernah mendengar perkataan itu dari mulut suaminya.     

"Apa maksud dari perkataanmu?" Kata Cynthia jadi penasaran dengan perkataan Putri Kumari tetapi sebelum Putri Kumari berbicara, Alena sudah menjawabnya,     

"Perkataan itu sama dengan yang dikatakan oleh Nizam eh maksudku Yang Mulia Pangeran Nizam. Kecantikan sejati itu adalah kecantikan seorang istri di depan suaminya " Kata Alena sambil mencoba bersikap hormat untuk tidak menyebutkan nama Nizam kepada suaminya. Ia kebingungan harus memanggil apa. Kalau memanggil sayang secara formil sangat tidak sopan. Memanggil nama langsung apalagi.     

Padahal di Amerika orang terbiasa memanggil nama langsung. Dan Kalau Ia memakai panggilan ala Indonesia maka Ia akan memanggil Mas. Tapi memanggil Nizam dengan Mas Nizam kurang pas juga. Alena juga tidak bisa memanggil Buya karena itu malah semakin aneh di kalangan kerajaan. Jadinya Ia mengikuti Cynthia yang memanggil suaminya dengan sebutan Yang Mulia Pangeran Thalal.     

Mata Cynthia membesar mendengar perkataan itu bukan karena Alena mengatakan perkataan Nizam tetapi Ia melihat kalau Putri Kumari ternyata lebih pintar dari dugaannya.     

"Berikan Aku penjelasannya !" Kata Cynthia kepada Putri Kumari. Putri Kumari langsung tahu kalau Cynthia memiliki sifat yang mendominasi terhadap siapapun hanya untuk melindungi Alena.     

"Maafkan Saya jika Saya terlalu banyak berbicara, atas seizin yang Mulia Putri Cynthia, saya akan memberikan penjelasan. Kecantikan seorang wanita sungguh tidak ada harganya ketika Ia tidak dapat memikat suaminya sendiri.     

Seorang wanita di sebut cantik apabila dia menjadi penyejuk pandangan suaminya dan kecantikan itu bukan hanya karena kecantikan fisik saja tetapi lebih kepada sifat dan tingkah laku seorang istri yang menyenangkan hati suaminya sehingga seperti apapun wajah istrinya entah dia berwajah biasa atau cantik tetapi akan menjadi penyejuk hati suaminya " Kata Putri Kumari dengan penuh percaya diri.     

"Hmmm.... jadi seorang istri itu tidak hanya harus berwajah cantik tetapi juga harus memiliki prilaku yang menyenangkan hati suaminya ?" Kata Alena bertanya kepada Putri Kumari. Putri Kumari sebenranya berusia lebih muda dari Alena dan Cynthia tetapi Putri Kumari tampak lebih menguasai pembicaraan di antara mereka.     

"Mohon maaf Yang Mulia. Kalau pendapat saya salah. Tetapi tidak ada suatu keharusan kalau wanita itu harus cantik secara fisik. Karena kalau benar harus seperti itu maka akan banyak wanita yang kecantikannya di bawah standar tidak menikah. Tetapi kenyataannya banyak laki – laki yang menikahi wanita yang wajahnya biasa saja tetapi memilki sifat dan prilaku yang baik. Bahkan banyak juga laki – laki yang menceraikan istrinya padahal istrinya itu sangat cantik karena prilakuk istrinya yang ternyata tidak sesuai dengan sifatnya" Kata Putri Kumari dengan panjang lebar.     

Cynthia dan Alena hanya menatap Putri Kumari dengan penuh kekaguman. Dan ketika mereka sudah sampai di dalam harem tampak para istri Nizams segera berdiri berderet dan memberikan salam kepada Alena. Alena dan Cynthia yang sudah diberi wewenang untuk bisa masuk ke dalam harem dengan seizin Ratu Sabrina sebagai kepala harem utama.     

Sekali pandang Alena langsung bisa menatap putri Cantik yang berdiri angkuh di depan. Lama tidak bertemu ternyata Putri Rheina semakin cantik dan menawan. Rambutnya yang berwarna coklat kemerahan itu tampak tergerai sedikit ikal dipunggungnya. Pakaiannya benar – benar sangat indah. Sebenarnya para putri, istrinya Nizam itu banyak mengenakan pakaian tradisional yang sangat mewah tetapi keindahan pakaian Putri Rheina memang paling indah.     

Alena tadinya mengira kalau pakaian Putri Kumari paling indah tetapi nyatanya dibandingkan dengan Putri Rheina pakaian Putri Kumari tidak ada apa – apanya. Karena pakaian Putri Rheina dan putri yang lainnya adalah pakaian khusus di dalam harem dan untuk dipertontonkan kepada Nizam maka pakaian itu banyak memamerkan dada, perut dan paha.     

Dada Putri Rheina hampir tumpah keluar saking besar. Dan dada itu tampak mengenakan bra berwarna merah sesuai dengan rok yang Ia kenakan. Rok tipis dan menerawan menghiasi panggulnya. Dan rok itu terbelah dari mata kaki sampai ke pertengahan paha. Ada tiara kecil yang menghiasi kepala putri Rheina. Kecantikanya bagaikan putri dari negeri dongeng.     

"Mari silahkan Yang Mulia untuk memberikan salam kepada Putri Rheina " Kata Putri Kumari sambil mempersilahkan Alena untuk menghampiri Putri Rheina. Putri kumari jelas tahu kalau yang menjadi istri pertama Nizam adalah putri Rheina sehingga Alenalah yang harus menghampirinya terlebih dahlulu dan mengucapkan salam.      

Putri Rheina berdiri dengan pongahnya di dampingi oleh dua temannya itu. Alena tampak tertegun lalu melirik ke arah Cynthia meminta pendapatnya. Terus terang melihat wajah Putri Rheina yang sangat menyebalkan membuat Alena enggan memberikan salam terlebih dahulu. Tetapi Cynthia menggelengkan kepalanya meminta Alena untuk menghampiri Putri Rheina.     

"Maafkan Saya, Yang Mulia. Ini adalah formalitas belaka. Saya pribadi tidak suka dengan sikap congkaknya tetapi mau bagaimana lagi. Putri Rheina adalah istri pertama dan sebagai protokoler istana maka yang kedudukannya lebih rendah maka harus memberikan salam kepada yang lebih tua" Kata Putri Kumari kepada Alena karena melihat Alena hanya terdiam.     

Alena tahu itu tetapi kalau yang tua-nya itu baik dan bijaksana tetapi kalau jahat seperti Putri Rheina. Alena jadi segan. Tetapi kemudian Alena mengalah karena Ia tidak mau menyulut api huru - hara di hari pertama kedatangannya di istana.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.