CINTA SEORANG PANGERAN

Kejahatan Yang Belum Terbukti



Kejahatan Yang Belum Terbukti

Cynthia ingin mengatakan sesuatu kepada Alena tetapi kemudian dilihatnya para pelayan yang mengelilinginya membuat Cynthia kemudian melambaikan tangannya dan menyuruh mereka semua kelura dari ruangan kolam. Ia tidak ingin para pelayan yang belum jelas kesetiaannya ikut mendengarkan perkataannya kepada Alena.     

Para pelayan itu malah saling berpadangan mata ketika Cynthia menyuruh mereka pergi. Salah seorang dari mereka kemudian berkata,     

"Tapi kami diperintahkan oleh Putri Kumari untuk melayani Yang Mulia. Jadi mohon maaf kami akan tetap ada disini" Kata si pelayan itu sambil membungkukkan badannya. Cynthia mengerutkan keningnya mendengar bantahan si pelayan. Berani benar seorang pelayan membantah perkataan seorang putri.      

Walaupun Ia dan Alena bukan orang Azura atau orang dari karajaan Aliansi tetapi suami mereka adalah seorang pangeran sehingga mereka wajib dhormati selayaknya seorang putri. Cynthia sebenarnya bukanlah seseroang yang gila hormat, pujian atau jabatan. Tetapi tingkah pelayan yang membantahnya membuat Cynthia jadi merasa kesal.      

Ia segera keluar dari air dan menghampiri mereka diiringi tatapan Alena yang tidak mengerti permasalahannya seperti apa. Mengapa Cynthia tampak sangat kesal kepada pelayan hanya karena mereka tidak mau pergi. Kalau Putri Kumari memerintahkan mereka untuk melayani mereka, apa salahnya. Lagipula pelayan itu biasanya akan memegang kesetiaan kepada majikannya. Jadi apa yang ditakutkan.     

Pelayan itu tampak semakin menundukkan kepalanya ketika Cynthia mendekati mereka.     

"Kau seorang pelayan, benarkah ?" Kata Cynthia kepada pelayan itu sambil menatap tajam.     

"Benar Yang Mulia " Kata pelayan itu.     

"Apa tugas seorang pelayan ?" Cynthia bertanya lagi.     

"Membantu majikannya " Kata si pelayan itu lagi     

"Untuk apa pelayan itu membantu majikannya?" Cynthia kembali bertanya.     

"Untuk memenuhi kebutuhan majikannya " Kata si pelayan itu sambil hati - hati menjawabnya. Ia sudah diingatkan oleh Putri Kumari betapa pintarnya Putri Cynthia.     

"Sekarang tolong bantu Aku dengan meninggalkan tempat ini karena Aku butuh berbicara berdua dengannya" Kata Cynthia mulai meninggi suaranya.     

" Tetapi putri kumari berkata.." Pelayan itu berkatanya tidak lanjut karena Cynthia membentaknya.     

"Kau ini pelayan siapa ? Kami atau Putri Kumari " Kata Cynthia sambil meloto.     

"Tentu saja hamba pelayan yang Mulia Putri Cynthia dan Putri Alena " Kata si pelayan sambi tetap menundukkan kepalanya.     

"Kalau kalian pelayanku maka minggatlah sebelum Aku marah" Kata Cynthia dengan muka merah.     

"Tetapi kata putri Kumari.." Kata pelayan itu tampak mulai ketakutan.     

"Kalau kau begitu mentaati perintah putri kumari maka kau bukanlah pelayan kami tetapi pelayan putri Kumari jadi maaf kalian tidak layak ada disini " Kata Cynthia semakin tegas.     

Pelayan itu tampak akan berbicara lagi tetapi temannya kemudian menarik tangan si pelayan itu sambil berkata,     

" Kami akan pergi Yang mulia Putri Cynthia. Maafkan Kami karena teman kami sudah membuat kesal hati Yang Mulia. Bermurah hatilah agar kemurkaan Yang Mulia segera reda " Kata si pelayan itu sambil membungkukkan badannya dan diikuti oleh pelayan lainnya. Si pelayan yang keras kepala itu kemudian meminta maaf dengan wajah sangat menyesal.     

"Maafkan Hamba Yang mulia. Hamba terlalu banyak bicara dan tidak tahu aturan" Kata pelayan itu sambil ikut membungkukkan badannya. Lalu mereka pamit mengundurkan diri.     

"Kami akan pamit. Tetapi kami akan menunggu di depan pintu. Siapa tahu Yang Mulia membutuhkan sesuatu dari kami" Kata si pelayan itu dengan bijak dan Cynthia menganggukan kepalanya dan mereka pun segera meninggalkan mereka di iringi pandangan mata yang muram.     

Alena yang sedang memperhatikan sambil merendam badannya memandang Cynthia dengan pandangan penuh tanda tanya.     

Cynthia kemudian turun kembali ke dalam kolam dan mulai berbicara dengan suara perlahan.     

"Alena kau tahu ? seharusnya yang menguasai harem ini adalah Putri Rheina. Dan setelah kau datang maka Kau lah yang akan menguasai harem karena kedudukanmu sekarang adalah yang paling kuat. Kau sudah memiliki keturunan yang akan menjadi calon raja." kata Cynthia.     

"Terus memangnya kenapa ? Apa hubungannya dengan para pelayan yang kau usir ? dan mengapa Kau mengusir mereka " Kata Alena masih tidak mengerti dengan perkataan sahabatnya itu.     

"Kau lihat Putri Kumari itu ? dia seharusnya bukan siapa - siapa di dalam harem. Dia bukan saudara Ratu Sabrina, dia juga bukan anak pejabat Azura dia juga baru datang sebulan yang lalu. Seharusnya dia tidak memiliki kekuasaan apapun. Tetapi bagaimana bisa dalam waktu yang sangat singkat dia sudah menguasai Ratu Sabrina, mengalahkan Putri Rheina dan menjadi penguasa Harem?     

Bahkan para pelayan tampak begitu patuh kepada Putri Kumari. Mereka berani membantah omonganku karena mereka sudah berada dalam genggaman mereka" Kata Cynthia kepada Alena.     

Alena malah mengusap pipinya yang basah. "Memangnya kenapa ? Kan itu bagus. Berarti dia adalah putri yang sangat hebat " Kata Alena kepada Cynthia.     

"Itulah yang kumaksud, dia sangat hebat. Dan kehebatannya bisa mengancam kedudukanmu" Kata Cynthia.     

Alena kini terdiam mendengar perkataan Cynthia. Entah apa yang harus Ia katakan. Ia sebenarnya sangat tidak berminat menjadi seorang ratu. Mengapa hidup begitu rumit baginya. Ia tidak ingin bersaing dengan siapapun apalagi memperebutkan kedudukan ratu yang menurutnya tidak penting.     

Alena juga tidak ingin menjadi penguasa dari Harem lalu ketika ada orang lain yang mampu menguasai harem. Apa salahnya ? Ya biarkan saja. Begitu pemikiran Alena yang tidak habis pikir dengan ketakutan Cynthia.     

"Ini kerajaan Alena bukan kehidupan biasa. Di sini berlaku yang lemah akan ditindas dan yang kalah akan mengalah untuk pergi. Sudah takdir Kau menjadi istri Nizam yang akan menjadi raja kelak maka jika kau memang inigin selamat maka kau juga harus punya ambisi untuk menjadi seorang ratu" Kata Cynthia kepada Alena.     

Alena menundukkan mukanya, Ia berpikir keras mencerna pekataan sahabatnya itu.     

"Memangnya kalau Putri Kumari menjadi ratu bagaimana ? Semakin ke sini Aku semakin merasa kalau Aku tidak pantas menjadi Ratu" Kata Alena dan itu membuat Cynthia langsung emosi.     

"Kita tidak tahu kalau Putri Kumari baik atau tidak.? kata Cynthia.     

"Tetapi bukankah kita tadi ditolongnya ?" Kata Alena kepada Cynthia.     

"Tidak setiap orang yang menolong kita memiliki hati tulus " kata Cynthia     

"Aku tidak ingin berprasangka buruk kepada orang lain. Orang yang belum melakukan kejahatan tentu saja tidak akan bisa mendekam di penjara bukan? Come on Cynthia.. jangan terlalu berlebih - lebihan. Aku baru keluar dari mulut harimau demikian juga dengan dirimu dan yang lainnya.     

Peristiwa di pesawat tadi sangat mengguncangkan hatiku dan Aku tidak ingin memikirkan kejahatan yang lain dulu. Aku ingin beristirahat dan bersenang - senang dulu" Kata Alena menolak teori dari Cynthia     

Dan Cynthia juga tidak terlalu menyalahkan Alena. Ada beberapa perkataan Alena yang benar. Alena semakin pintar sekarang dan Ia juga memiliki banyak analisa yang masuk di akal.     

"Tapi Alena kau harus bersiaga dan tetap mawas diri" Kata Cynthia tetap dengan nada khawatir. Betapa Ia sangat mencintai Alena dan tidak ingin Alena celaka karena hal apapun.     

***     

Terima kasih atas koin yang sudah dipergunakan untuk membuka novel ini. Semoga tetap mengikuti     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.