CINTA SEORANG PANGERAN

Sandiwara Nizam dan Putri Kumari



Sandiwara Nizam dan Putri Kumari

Nizam menyadari tatapan tajam dari ibunya sehingga Ia semakin menggenggam erat tangan Alena yang mulai terasa gemetar dan dingin. Dan Nizam berjanji dalam hati kali ini Ia tidak akan membiarkan ibunya berbuat apa saja terhadap Alena terlebih Alena sudah memberikan cucu untuknya. Jadi lebih baik Ia berkonfrontasi dengan ibunya daripada melihat Alena dicambuk lagi. Cukup sudah cambukan darinya yang terakhir mendera tubuh Alena.     

"Jangan takut Alena, ada Aku" Bisik Nizam ditelinga Alena. Alena menatap Nizam dan Nizam balas menatapnya sambil tersenyum menenangkan.     

"I Love You Nizam.." Bisik Alena dengan bahagia.     

"I Love You too, Don't forget to crawl on my feet " Kata Nizam mengingatkan kembali janji Alena kepadanya.     

"You're bastard !" Kata Alena sambil mendelik sebal. Dia di ingatkan tentang janjinya padahal tadi Nizam sudah menikmati tubuhnya tanpa tahu malu.     

Nizam malah nyengir di sebut bajingan oleh Alena. "Aku tidak mau melakukannya lagi. Aku cape.. lagi pula tadikan udah " Kata Alena mencoba mengelak.     

"Tadi itu baru hidangan pembuka. Aku butuh hidangan utama dan penutup" Kata Nizam sambil berjalan perlahan.     

"Kau memang setan!! " Kata Alena sambil menginjak kaki Nizam sekuat tenaga dan Nizam langsung meringis kesakitan.     

"Teganya Kau menginjak kakiku " Kata Nizam sambil melotot. Ratu Sabrina berdehem melihat Nizam dan Alena yang malah saling berbisik seakan tidak ada siapapun di hadapan mereka. Dan ketika mereka semakin dekat. Ratu Sabrina seketika melihat gaun Alena yang kusut dan robek dibagian pitanya. Ia juga melihat wajah Nizam yang merona merah dengan mata sedikit sembab.     

Ratu Sabrina tadi melihat Nizam tampak sedikit kusut wajahnya walaupun Ia berusaha menyembunyikan kekusutan wajahnya dengan banyak tersenyum tetapi sekarang Ia melihat wajah Nizam tampak berseri walaupun masih terlihat sangat letih. Ia juga berjalan dengan menggenggam tangan Alena terus menerus. Padahal aturan istana itu tidak memperbolehkan Seorang putra mahkota atau Raja berjalan sejajar dengan siapapun. Ia harus berjalan lebih duhulu dan yang lain berada di belakanngnya.     

"Apakah Ibunda sudah selesai bersantapnya ?" kata Nizam pura - pura bodoh sambil melihat hidangan yang ada di depan meja. Para pelayan tampak berderet menunggu Nizam untuk bersantap sedangkan para putri sudah sibuk makan terlebih dahulu karena memang Nizam perginya cukup lama sehingga Ratu Sabrina kemudian menyuruh mereka untuk bersantap terlebih dahulu. Ini bukan tentang kesopanan tetapi tentang menutup kecurigaan para putri tentang menghilangnya Nizam dengan waktu yang cukup lama.     

Kalau sampai para putri itu dibiarkan menunggu lama maka mereka akan gelisah dan kegelisahan akibat perut lapar akibatnya bisa fatal. Tekanan darah akan naik lebih cepat jika perut dalam keadaan lapar.      

Menghilangnya Nizam yang pamitnya hanya ke toilet tidak menimbulkan kegaduhan fatal ketika para putri itu dibiarkan mencicipi hidangan yang berbagai macam itu.      

"Kalian dari mana ? Berani benar menyelinap dalam acara resmi seperti ini ? " Kata Ratu Sabrina dengan penuh penekanan. Matanya menyala - nyala bagaikan kobaran api. Mukanya memerah darah karena marah. Nizam baru saja berjanji akan berbuat adil tetapi masih basah mulut yang berucap itu tapi Nizam sudah mengingkarinya.     

Nizam baru mau menjawab ketika Nizam melihat mata ibunya malah beralih ke belakang tubuhnya. Dan Nizam tahu siapa yang mampu mengalihkan perhatian ibunya dari jawaban Nizam. Ya.. Putri Kumari tampak berjalan dengan anggunnya menuju ke arah mereka. Dan Nizam segera menggeser tubuhnya ke pinggir dekat meja demikian juga Alena.     

Wajah Alena bersemu merah melihat Putri Kumari. Ia sangat malu kepada teman barunya itu. Alena benar - benar kehilangan mukanya, jadi Ia menundukkan mukanya. Sementara Nizam langsung memasang wajah penuh senyum.     

"Putri Kumari, istriku. yang cantik. Kau dari mana saja ? Kami berdua mencarimu kemana - mana. Kami ada perlu kepadamu dan Kau menghilang begitu saja. Sekarang Ibunda malah menuduh kami menyelinap diam - diam. Apa sudah tidak ada keadilan di istana ini ?" Kata Nizam sambil pura - pura cemberut.     

Wajah Putri Kumari yang tampak pucat semakin pucat. Untungnya kulitnya yang gelap menyembunyikan kepucatan wajahnya. Putri Kumari sungguh tidak mengira kalau Nizam akan melempar batu lalu menyembunyikan tangannya. Nizam dan Alena yang bercinta sedangkan kesalahannya ditimpakan kepadanya.     

Putri Kumari ingin berteriak sekuat tenaga melampiaskan emosi yang bergumpal di dadanya. Ia ingin rasanya menendang meja makan yang ada didepannya jauh ke depan. Ia sangat jengkel dengan ketidak berdayaannya. Semua impian yang Ia rajut selama ini hari ini, malam ini semua bagaikan debu yang tertiup angin. Hilang tak berbekas berterbangan ke segenap penjuru dan lalu hilang tak tentu arah.     

Putri Kumari harus memeras otaknya untuk menjawab pertanyaan Nizam. Ia tidak bisa tidak harus melindungi Nizam dan Alena dari kemarahan Ratu Sabrina. Tetapi memang kecerdasan otaknya sungguh bukan berita isapan jempol karena hanya sekejap wajah muram Putri Kumari berubah jadi berseri.     

"Saya tadi menyuruh pelayan untuk menyiapkan menu bagi Putri Alena. kami sengaja menyiapkan gudeg lengkap dengan menu khas Indonesia lainnya sebagai kejutan untuk Putri Alena. Saya sungguh tidak tahu kalau Yang Mulia Pangeran Nizam dan Putri Alena memerlukan sesuatu dari Saya " Kata Putri Kumari sambil tersenyum manis.     

Ratu Sabrina jadi tegang dengan omong kosong anak dan menantunya. "Memangnya ada perlu apa Yang Mulia Pangeran Nizam dan Putri Alena ingin menemui Putri Kumari ?" Kata Ratu Sabrina sambil menatap Putri Kumari.     

Putri Kumari malah menggelengkan kepalanya dengan manis, "Kebetulan sekali Saya sendiri kurang mengetahuinya, keperluannya " Kata Putri Kumari kemudian melirik ke arah Nizam dan Nizam kemudian menghampirinya dan merangkul pundak Putri Kumari dengan mesra. Sesaat Alena merasakan hatinya bagai tergores panah beracun rasanya sangat menyakitkan.     

"Itulah Ibunda, menantu Ibunda yang satu ini sungguh luar biasa. Tadi ketika Aku hendak ke toilet dia menghampiriku dan berkata kalau malam ini Dia memintaku untuk bermalam dengan Alena. Tentu saja Aku menolak karena Aku takut dianggap tidak adil. Bukan pergiliran itu baru akan dimulai besok.      

Tapi Putri Kumari mengatakan bahwa Ia tahu Aku sangat mencintai Alena dan Ia ingin Aku tertidur nyenyak malam ini sehingga Ia bersikeras Alena menemaniku. Akhirnya demi menghargai niat baiknya Aku menyetujuinya. Aku tidak ingin jadi suami yang tidak menghargai niat baik dari istrinya sendiri. Apalagi sebentar lagi dia akan jadi istri sahku.     

Dan ketika Aku berbicara dengan Alena tentang permintaannya, Alena malah tidak percaya dan bersikeras ingin berbicara langsung dengan Putri Kumari. Jadilah Kami mencarinya. Benarkan demikian Putri Kumari ? " Kata Nizam dengan wajah tenang dan penuh senyum.     

Putri Kumari langsung menganggukkan kepalanya tanpa ragu lagi walaupun dalam hatinya Ia mengumpat - ngumpat. Ia mengumpat pada nasibnya yang sangat buruk kali ini.     

'Itu benar Yang Mulia Ibunda Ratu. Saya mengerti sekali kedekatan Yang Mulia Pangeran dan Putri Alena. Biarlah malam ini mereka bersama. Yang Mulia Pangeran baru saja mendapatkan kegoncangan dan Saya percaya hanya Putri Alena yang dapat menenangkan hati Yang Mulia Pangeran" Kaa Putri Kumari sambil melirik ke arah Nizam dan menatapnya dengan tatapan lembut.      

"Kau sungguh istri yang penuh pengertian. Tidak salah Ibunda langsung memilihmu menjadi pengatur harem' Kata Nizam sambil mengusap kepala Putri Kumari. Putri Kumari hanya menunduk malu - malu.     

"Istri anakku itu banyak. Mengapa bukan Putri Rheina atau Kau yang menemani Pangeran Nizam. Putri Alena sudah memiliki anak sedangkan kau dan Putri Rheina belum. Aku ingin salah satu dari kalian yang menemani anakku malam ini agar kalian juga segera mengandung dan melahirkan " Kata Ratu Sabrina membuat Alena bagaikan dihempaskan ke dasar jurang yang terdalam. Dan hati Nizam teramat sakit melihat mata Alena yang tampak berkaca - kaca.     

Putri Kumari malah mendekati Ratu Sabrina lalu mengambil tangannya dan mengusapkan ke kedua matanya seraya berkata,     

"Mohon Ibunda berbaik hati untuk malam ini. Saya masih suci dan belum tersentuh. Jika malam ini Saya menemani Yang Mulia Pangeran maka bukan ketenganan yang akan diperoleh tetapi mungkin akan ada huru hara dan itu bukan hal yang baik bagi Yang Mulia Pangeran dengan kondisinya yang sangat letih.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.