CINTA SEORANG PANGERAN

Nizam Mencurigai Makanan Gudeg



Nizam Mencurigai Makanan Gudeg

Putri Kumari tampak tersenyum senang. Ia membungkukkan badannya memerikan hormat kepada para putri itu. Diam - diam matanya mengerling kepada Nizam. Wajah Nizam tampak sangat kelam dengan keberhasilan negosiasi Putri Kumari dengan Para Putri yang lain.     

Putri Kumari benar - benar tidak bisa diremehkan. Ia ternyata sangat pintar jauh melebihi ekspetasi yang Nizam perkirakan. Cynhtia juga langsung menutup tawanya mendengar Putri Kumari berhasil membungkan para putri itu dengan kepandaiannya berbicara. Ia menjadi semakin ketakutan. Cynthia takut kalau Putri Kumari akan menjadi duri yang sebenarnya di perjalanan hidup Alena.     

Alena malah berbinar - binar takjub melihat kepandaian Putri Kumari, "Dia sangat hebat Nizam. Aku baru menemukan wanita yang lebih pintar dari Cynthia " Kata Alena sambil menatap Putri Kumari yang tersenyum manis juga kepadanya. Bibir Nizam tampak melekuk geram dengan mata yang tajam. Ia mencekal tangan Alena dengan erat seakan takut Alena lepas dari genggamannya.     

Ratu Sabrina sendiri wajahnya langsung berseri - seri dan Ia segera memeluk Putri Kumari dan mengelus punggungnya.     

"Kepintaran dan kecerdikanmu ini adalah asset yang berharga bagi kerajaan Azura. Terima kasih sudah memperhatikan anakku dengan begitu baik. Anakku memang sangat mencintai Putri Alena. Dan sebenarnya Aku tidak tega kalau Pangeran Nizam hanya mendapatkan satu hari untuk bersama Putri Alena mengingat selama ini dia selalu bersama dengannya tapi ketika Kau tadi mengusulkan tiga hari. Aku juga sedikit marah karena takut suasana yang sudah kondusif akan menjadi kacau kembali.     

Aku sangat senang semua berjalan dengan baik. Terima kasih Putri Kumari" Kata Ratu Sabrina sambil memeluk Putri Kumari.     

"Nizam kau tentu sangat senang dengan kepandaian istrimu ini?" Kata Ratu Sabrina lagi dengan sangat bahagia. Ia merasa Nizam pasti sangat berterima kasih kepada Putri Kumari karena telah berhasil membuat Nizam bersama Alena tiga hari dalam seminggu.      

Nizam hanya mengangkat kedua bahunya dan menganggukan kepalanya. Bibirnya yang indah itu hanya mengatakan "well done" Sambil kemudian menarik tangan Alena menuju meja makan.     

"Ok.. semuanya sudah sepakat. Semoga kalian semua senang. Mari kita bersantap. Karena Aku sudah sangat lapar sampai gemetaran " Kata Nizam sambil duduk di kursi dan menyuruh Alena untuk duduk. Tetapi Alena tidak mau duduk, Ia menunggu Ibu mertuanya datang menghampirinya.     

"Ayo duduklah anakku, temanilah suamimu bersantap. Aku sangat senang dengan pertemuan ini. Semua istri - istri anakku tampak sangat baik dan itu sangat mengesankan" Kata Ratu Sabrina sambil meminta Alena untuk duduk. Walaupun Ia melihat Nizam bersikap sedikit dingin kepada Putri Kumari padahal Dia sudah berhasil meyakinkan para putri untuk menyetujui usulan gilanya itu.     

Ratu Sabrina malah mengira Nizam tidak ingin menyakiti hati para istrinya yang lain dengan bersikap sangat gembira. Putri Kumari sendiri tidak berkecil hati melihat sikap Nizam yang dingin. Baginya apapun sikap Nizam Ia akan hadapi sekuat tenaga. Nizam melihat Putri Rheina yang misruh - misruh kesal melihat kemenangan Putri Kumari. Ia menghentak - hentakkan kakinya dengan gemas.      

Nizam jadi menahan senyum melihatnya. Putri Rheina tidak pernah berubah dengan sikap manja dan temperementalnya. Jadi ketika kebetulan putri cantik itu melirik ke arah Nizam. Nizam mengangkat gelas minumannya dan berkata, "Daripada marah - marah. Mari sini temani kami makan " Kata Nizam kepada Putri Rheina. Tetapi Putri Rheina malah menjulurkan lidahnya dengan sebal.     

Ia tahu kalau Nizam basa - basi. Mana bisa Ia menghampiri mereka untuk duduk bersama kalau tidak ada kursinya. Putri Kumari sialan itu hanya menyediakan kursi untuk Ratu Sabrina, Nizam, Para Ratu, dan Alena termasuk Cynthia. Jadi tidak mungkin dia tiba - tiba nyelenong duduk di meja depan kalau Putri Kumari sendiri tidak menempatkan untuk duduk bagi dirinya sendiri bersama mereka. Ia lebih banyak berdiri dan mengatur para pelayan untuk menghidangkan makanan bagi para ratu dan Alena serta Cynthia.     

"Waah.. ada Gudeg. Hebat sekali "Kata Alena tampak senang melihat ada menu Daerah Jogjakarta di meja hidangan. Nizam melirik ke arah Putri Kumari yang sedang meminta pelayan untuk menghidangkannya kepada Alena.     

"Makanan apa itu ?" Tanya Ratu Zenita kepada Cynthia yang sudah duduk manis disampingnya. Ia senang melihat menantunya yang bertambah cantik dan membawakan cucu laki - laki untuknya. Apalagi cucunya itu berambut pirang dan bermata biru seperti Cynthia tetapi beraut muka seperti ras Arab karena berdarah Azura.     

Ratu Zenita merasa aneh melihat makanan yang berwarna sangat coklat dan terkesan berantakan walaupun sudah di simpan dalam mangkuk yag indah. Yang terlihat jelas adalah butiran telur yang berwarna coklat juga yang melingkar di mangkuk itu.     

"Itu adalah makanan khas dari Indonesia, Ibunda Ratu. Namanya gudeg. terbuat dari nangka yang dimasak dengan santan dan rasanya sangat manis. Ada tahu, telur, daging ayam, kerecek dan entah apalagi. Hamba sendiri belum tahu rasanya tetapi pernah melihat Alena memakan makanan itu selama di Surabaya. dan Ibunya Alena sangat menyukainya." Kata Cynthia menjelaskan kepada Ratu Zenita.     

"Kelihatannya tidak enak" Kata Ratu Zenita sambil menahan nafasnya ketika para pelayan mulai memasukan makanan ke piring masing - masing sesuai dengan permintaan masing - masing. Nizam menatap hidangan yang dihidangkan Alena.     

"Darimana Kalian mendapatkan makanan ini?" Kata Nizam sambil menatap gudeg yang dituangkan ke piring Alena.     

"Putri Kumari berusaha keras belajar tentang masakan Indonesia dan Yang Mulia tahu kalau Putri Alena menyukai gudeg dan masakan padang. Tapi kali ini Yang Mulia memilihkan gudeg yang rasanya tidak pedas. Putri Kumari mencari koki dari Indonesia sesuai dengan keinginan Yang Mulia " Kata Kepala koki harem yang sengaja datang dan menemani para anggota kerajaan bersantap di dalam harem.     

"Terima kasih Putri Kumari. Kau benar - benar sangat baik. Kau banyak sekali menolongku" Kata Alena sambil tersenyum manis kepada Putri Kumari. Putri Kumari memberikan hormatnya kepada Alena.     

"Apapun itu Yang Mulia. Karena anda adalah kebahagiaan dari Yang Mulia Nizam. Jadi Kebahagiaan yang Mulia Putri Alena adalah segalanya bagi hamba" kata Putri Kumari lagi - lagi membuat para ratu berdecak penuh kekaguman. Mereka langsung memuji pengabdian putri kumari kepada Alena dan Nizam.     

Hanya Cynthia dan Nizam yang tidak terbawa suasana. Apalagi Nizam yang sama sekali tidak tertarik dengan perkataan Putri Kumari Ia malah menarik mangkuk berisi gudeg itu menjauh dari Alena.     

"Eeh.. mengapa dijauhkan ?" kata Alena tidak rela melihat gudeg yang rasanya pasti lezat itu berpindah tempat.     

"Mana tukang cicip ?" kata Nizam dengan suara keras membuat para Ratu termasuk Putri Kumari terkejut.     

Ini adalah harem dan ini perjamuan makanan untuk Nizam dan para ratu jadi kalau Nizam mencurigai makanannya di racun sungguh sangat keterlaluan. para putri itu tidak akan bodoh menaruh racun secara terang - terangan seperti ini.     

"Anakku..bukankah ini sangat keterluan. Bagaimana bisa Yang Mulia mencurigai makanan di sini kalau sedari tadi Yang Mulia memakan makanan ringan sebelum menyantap makanan berat tanpa di cicipi terlebih dahulu" Kata Ratu Sabrina dengan wajah menahan merah karena malu kepada Ratu lainnya. Nizam terlihat seperti tidak punya tata krama dan etika.     

"Ibundaku yang baik hati. Ini adalah makanan untuk istriku. Dan Aku tahu kehadirannya tidak akan membahagiakan semua orang. Dan makanan ini adalah makanan khusus untuk Putri Alena karena Aku yakin tidak akan ada seorangpun yang bersedia memakan makanan ini selain istriku sendiri. Bahkan termasuk sahabatku istriku sendiri.      

Benarkan demikian Cynthia ? Apakah kau mau memakan makanan ini?" Kata Nizam kepada Cynthia. Cynthia sebenarnya sudah pernah mencicipi gudeg itu sedikit. Rasanya yang sangat manis dan gurih karena santan serta sarat dengan bumbu membuat Cynthia merasa kurang cocok dengan menu itu. Untuk masakan Indonesia, Ia lebih menyukai nasi goreng yang sifatnya sedikit agak netral rasanya atau sate dengan lontongnya. Jadi Ia menggelengkan kepalanya.     

"Anda benar Yang Mulia. Hamba lebih memilih makan roti paratha bercampur daging cincang ini" Kata Cynthia sambil menunjuk Roti Paratha yang tidak jauh darinya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.