CINTA SEORANG PANGERAN

Racun Pada Makanan Alena



Racun Pada Makanan Alena

Putri Kumari merasa di tampar dari kiri dan kanan. Ia sudah berusaha menyiapkan makanan gudeg itu untuk Alena dan berusaha menyajikannya dengan tujuan untuk memberikan kejutan kepada Alena tetapi Nizam malah mencurigainya.     

"Baiklah Yang Mulia. Biarlah hamba yang mencicipi gudeg ini. Hamba benar - benar bersikap tulus kepada Yang Mulia Putri Alena. Karena memang Hamba yang meminta dapur untuk menyiapkan makanan ini maka Hamba yang akan mencicipinya sendiri" Kata Putri Kumari sambil meminta pelayan untuk mengambilkan piring kecil.     

Putri Rheina yang berdiri tidak jauh dari mereka tampak menyunggingkan senyum misteriusnya. Ia sedari tadi memantau suasana di meja makan utama dan ini adalah adegan yang paling Ia tunggu - tunggu. Bahkan Ia sama sekali tidak memberitahukan rencana kejutannya ini kepada kedua temannya karena takut kalau sampai gagal.     

Niatnya cuma satu yaitu menyingkirkan Putri Kumari dari dalam harem. Karena kalau menyingkirkan Alena untuk waktu dekat ini adalah hal yang mustahil. Jadi Ia harus menyingkirkan Putri Kumari terlebih dahulu.     

Putri Rheina sudah memperkirakan kalau Nizam akan sangat berhati - hati kalau menyangkut tentang istrinya Alena itu. Jadi tepat seperti dugaannya kalau Nizam akan meminta orang untuk mencicipi makanan itu terlebih dahulu. Dan akan Ia lihat bagaimana orang itu akan langsung berguling - guling merasakan perutnya kesakitan. Dan yang terkena amarah pasti Putri Kumari.      

Putri Rheina hanya memperhatikan mereka dari kejauhan dan Ia tidak jelas mendengarkan pembicaraan putri kumari. Ia hanya melihat ketika Nizam menarik mangkuk yang berisi gudeg itu menjauh dari Alena.     

Mendengar Putri Kumari yang akan mencicipi makanan itu dan bukan pelayan bagian pencicip. Nizam terlihat hanya mengangkat alisnya tidak perduli dan itu membuat Ratu Sabrina tampak sedikit murka.     

"Mengapa harus Putri Kumari yang menicicipi ? Kalau ada apa - apa nanti dia yang terkena " Kata Ratu Sabrina sambil melotot dan menyuruh pelayan yang mencicipi makanan itu. Tetapi Nizam malah berkata dengan santai.     

"Bukankan tadi Ibunda mengatakan kalau ini adalah harem dan tidak mungkin ada orang yang berani menaruh racun di makanan yang sedang kita santap? Jadi mana mungkin sekarang Ibunda ketakutan ketika Putri Kumari hendak mencicipinya ?" kata Nizam dengan dingin membuat Ibunya menjadi merah padam. Ia terpukul dengan kata - katanya sendiri. Ratu Sabrina menjadi gemas dan serba salah. Ia seperti menjilat ludahnya sendiri.     

Untungnya Putri Kumari memahami kecanggungan Ratu Sabrina sehingga Ia langsung berkata sesuatu yang menenangkan Ratu Sabrina.      

"Tidak Ibunda.. yang Mulia pangeran Nizam benar. Hamba yang harus mencicipi gudeg ini sekaligus membuktikan bahwa perkataan Ibunda Ratu benar. harap Ibunda Ratu tidak merasa gusar. Hamba sangat bahagia melihat betapa yang Mulia Pangeran Nizam menjaga Putri Alena dengan baik. Bukankah salah satu ciri Raja yang baik adalah Raja yang memiliki rasa cinta kepada ratunya?" Kata Putri Kumari sambil kemudian mengambil piring kecil dari pelayan yang sudah berisi gudeg.      

Alena menatap dengan tegang ke arah Putri Kumari, Ia sangat tidak tega kalau seandaianya Putri Kumari sampai celaka. Sejauh ini Alena tetap mengagumi kebaikan Putri Kumari dan percaya kalau Ia tidak akan sampai mencelakainya.     

Nizam hanya tetap terdiam bahkan Ia malah mengambil cangkir kopinya dan menyeruput kopinya sambil mengambil kue khas Azura dan memasukan ke dalam mulutnya. Tapi matanya tetap mengawasi segala tingkah laku Alena. Ia tidak ingin kecolongan sedikitpun.     

Putri Kumari kemudian mengambil sendok kecil dan menyendok makanan gudeg itu ke dalam mulutnya lalu mengunyahnya perlahan.     

Rasa manis dari gudeg dan teksturnya yang basah dan lunak membuat Ia tidak kesulitan saat mencicipinya. Rasanya ternyata tidak semengerikan tampilannya. Putri Kumari mengunyahnya dan menelannya. Ia tersenyum memandang orang - orang yang menatapnya penuh kekaguman. Putri Kumari sedang melakukan kegiatan yang membahayakan dirinya sendiri. mencicipi makanan itu sebenarnya adalah tugas pelayan atau penjaga dan bukan tugas para putri.     

Mata Alena melebar melihat Putri Kumari menyendok kembali gudeg itu dan kembali memakannya dengan penuh kenikmatan.     

"Bagaimana rasanya ? Apakah enak ?" kata Alena dengan senang. Ia menarik kembali mangkok itu yang dijauhkan Nizam.      

Putri Kumari menganggukkan kepalanya dan berkata perlahan, "Ternyata rasanya sangat enak. Aku akan memakannya sampai habis" Kata Putri Kumari sambil kembali melanjutkan makannya sampai satu pisin habis.     

"Nah.. ternyata semua baik - baik saja. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Marilah kita lanjutkan bersantapnya" Kata Ratu Sabrina sambil meminta pelayan untuk mengambil kursi dari belakang.     

"Tarik kursi dari belakang. Aku ingin Putri Kumrari bersantap bersama kita. Ia layak menjadi bagian dari kita. Ia sudah melakukan banyak untuk kita" Kata Ratu Sabrina.      

Mendengar perintah Ratu Sabrina seorang pelayan segera berjalan cepat dan menarik kursi dari belakang dan menyimpannya di pinggir Alena. Alena melambaikan tangannya dan meminta Putri Kumari untuk segera duduk. Putri Kumari membungkuk dan mengucapkan terima kasih dan segera duduk disamping Alena.     

"kau sangat hebat Putri Kumari " kata Alena sambil tersenyum. Alena kemudian meraih sebuah sendok dan baru saja Ia akan menyendok gudegnya. Nizam kembali menarik mangkuk itu dari tangan Alena dan menggantinya dengan puding mangga yang dipenuh dengan lelehan vla susu dan taburan kismis.     

"kau makan puding saja dulu. Jangan makan gudeg dan nasi dulu" Kata Nizam sambil mengambil sendok baru.     

"Tapi mengapa Nizam ? Eh Yang Mulia.. Aku sangat lapar, AKu ingin makan nasi dan gudeg apalagi ini ada kerupuk kulitnya" Kata Alena sambil tidak rela karena lagi - lagi Nizam mengambil mangkuk gudegnya. Nizam malah menggelengkan kepalanya dan bersikeras menyuruh Alena untuk makan puding.     

Alena ingin memprotes lagi tetapi kemudian Ia menatap Cynthia yang menggelengkan kepala ke arahnya dan meminta Alena untuk menurut kepada Nizam. Akhirnya Alena menuruti kata Nizam dan mulai memakan puding mangganya. Rasa pudingnya sangat lezat sehingga Alena sedikit terhibur,.     

"Apakah yang Mulia pangeran Masih mencurigai hamba?" Kata Putri Kumari dengan nada prihatin melihat Nizam masih tidak mengizinkan Alena bersantap makanan yang susah payah Ia hidangkan untuk Alena. Ia bahkan harus mengdatangkan nangka mudanya dari Indonesia karena Di Azura tidak ada makanan yang menggunakan bahan nangka muda. Jangankan nangka muda, nangka yang sudah matangpun tidak ada.     

Nizam hanya memperhatikan Alena menyendoki puding mangganya. Tetapi Ia menjawab pertanyaan Putri Kumari tanpa memandangnya sedikitpun.      

"Karena racun pada makanan butuh proses untuk meracuni tubuh orang yang memakannya" Kata Nizam. Putri Kumari terkejut mendengar perkataan Nizam. Ia sendiri tahu tentang itu tetapi bagaimana bisa makanan ini diracuni bukankah Ia sendiri yang menyiapkan makanannya.      

Tetapi kemudian Putri Kumari tiba - tiba merasakan perutnya sakit. Ia terkejut bukan main seketika tubuhnya menjadi tegang dan "Ho..aks.." Putri Kumari tiba - tiba muntah dan yang Ia muntahkan adalah darah pekat kehitaman.     

Seketika para ratu terkejut dan berteriak ketakutan. Mereka segera berdiri dan menjauh dari meja makan. Apalagi ketika kemudian Putri Kumari menatap Nizam dengan pandangan tidak percaya,     

"Yang Mulia Pangeran benar. Ternyata makanan in..ni beracu..n " Kata Putri Kumari sambil terkulai di meja dan darah mengalir dari mulut dan hidungnya.     

Nizam sangat terkejut dan Ia sendiri tidak mengira efek racunnya begitu mengerikan. Ia segera menarik tangan Alena menjauh dari Putri Kumari. Alena yang terkesima segera menurut ketika ditarik menjauh bahkan Ia masih memegang sendok pudingnya. Reaksi Nizam bukanlah segera menolong Putri Kumari tetapi Ia malah mengambil sendok dari tangan Alena dan melemparkannya jauh - jauh dari istrinya seakan Ia ketakutan kalau Puding mangganya beracun padahal sedari tadi Ia sudah memakan puding mangga itu sebanyak tiga potong.      

Nizam berani memberikan puding mangga itu untuk Alena karena Ia yakin sekali kalau puding itu aman. Bukankah Ia sudah mencicipinya terlebih dahulu dan Ia tidak mengalami kejadian apa - apa. Diam - diam Nizam memang sengaja mencicipi puding itu terlebih dahulu sebelum memberikannya pada Alena. Bahkan Ia sampai memakannya dalam porsi yang banyak agar jika keracunan efeknya cepat terasa. Nizam lebih rela mati dari pada Alena yang mati.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.