CINTA SEORANG PANGERAN

Dia Bukan Siapa - Siapa Aku.



Dia Bukan Siapa - Siapa Aku.

Ratu Sabrina seketika menjerit histeris melihat menantu kesayangannya bersimbah darah. Darah mengalir tiada henti dari mulut dan hidup bahkan telinga. Racun jahat apa yang efeknya begitu mengerikan seperti ini. Bahkan disepanjang sejarah Ia hidup di dalam istana dan menyaksikan beragam kejahatan. baru kali ini Ia melihat kekejian di dalam istana seperti ini.     

Kalaupun ada kejahatan yang terjadi di dalam istana tidak pernah ada kejahatan yang terang - terangan seperti ini. Pemberian racun adalah kejahatan yang paling sering terjadi di istana tetapi acap kali berakhir di ujung kematian tetapi pemberican racun itu begitu halus. Orang yang terkena racun itu biasanya akan mati perlahan dan dalam jangka waktu yang sedikit lama dan meninggal seperti terkena serangan jantung.     

Tetapi racun yang dimasukan kedalam masakan gudeg itu sungguh racun yang sangat mengerikan dan jahat. Orang mana yang begitu bodoh sampai melakukan kejahatan terang - terangan seperti ini. Ratu Sabrina berteriak kalap sambil meraih Putri Kumari.      

"Panggilkan dokter !! Panggilkan tabib kerajaan!! CEPAAT!! Mengapa kalian diam seperti orang bodoh' Kata Ratu Sabrina sambil merangkul putri kumari dan mulai menangis meraung - raung seperti orang gila.     

Semua seperti terpaku di tempatnya masing - masing. para putri berdiri dengan wajah sangat tegang. Bahkan Putri Nadia sampai ingin pipis saking ngerinya. Kaki mereka mendadak seperti kaki yang terbuat dari batu sehingga sangat sulit untuk melangkah dan jangankan untuk melangkah, untuk bergerak saja sangat sulit.     

Mulut terkatup rapat dan lidah kelu. Nyawa mereka seperti ikutan terbang dan hilang ditelan gelapnya malam. Mendadak perut mereka terasa sakit seakan makanan yang sudah masuk ke dalam mulut juga ikutan beracun.     

Cynthia menggigil seraya memegang tangan Ratu Zenita. Ia sangat ketakutan melihat kejadian di depan matanya. Bagaimana bisa ada seseorang yang begitu jahat sampai mau meracuni Alena dengan racun itu. Cynthia melihat ke arah Nizam dan Ia melihat dengan jelas bagaimana wajah Nizam begitu pucat dan badannya gemetar. Singa Azura itu telah berubah seperti seekor tikus yang begitu kecil, lemah dan tidak berdaya.      

Tangannya mencekal lengan Alena dengan keras dan ketika Alena mau bergerak menghampiri Putri Kumari. Nizam tidak mengijinkannya, "Tidak akan Aku izinkan kau mendekat.. Aku merasakan pembunuhnya masih ada di dalam harem" Kata Nizam.     

"Tapi dia mati.. Putri Kumari mati.." Suara Alena terbata - bata.     

"Apa perduliku kalau dia mati. Dia bukan siapa - siapa Aku " Kata Nizam sambil kemudian menarik tangan Alena menjauhi Putri Kumari yang sedang ditangisi oleh Ratu Sabrina.     

"Nizam!! Bagaimana Kau begitu tidak berperasaan ? Dia mati karena memakan makanan beracun yang ditujukan untukku. " Kata Alena sambil menahan tangisnya. Melihat Putri Kumari tergeletak dengan darah yang keluar dari mulut, hidung dan telinga membuat Alena sangat sedih. Ia merasa bahwa Putri Kumari sudah mengorbankan nyawanya untuk kehidupannya.     

"Dia yang memancing semua ini. Dia melakukan blunder terhadap dirinya sendiri. Kau tidak bersalah. Aku malah kesal dengan kejadian ini. Tindakannya menyediakan makanan khusus untukmu malah memancing orang untuk berbuat jahat kepadamu." Kata Nizam membuat Alena termangu tidak mengerti.     

"Nizam...!! " Alena baru mau bicara lagi karena Ia sekarang hampir di seret oleh Nizam untuk menjauhi posisi putri Kumari.     

Tetapi kemudian langkahnya berhenti ketika di dengarnya suara Ibunya berteriak penuh kemurkaan.     

"NIZAAM!! Bagaimana Yang Mulia begitu tidak bertanggung jawab, hendak pergi meninggalkan Putri Kumari seperti ini?" kata Ratu Sabrina. Mukanya yang kelam membuat Sanita dan Hatice bersiap tegak kalau - kalau mereka dibutuhkna.     

Tapi Nizam malah mengerucutkan bibirnya sambil mengangkat alisnya, lalu Ia memutar tubuhnya dengan wajah penuh ketenangan.     

"Ampuni Ananda Ibunda, tetapi Aku bukan hendak lari dari tanggung jawab. Aku hanya akan mengamankan Alena dulu. Apakah Ibunda tahu kalau racun itu jelas - jelas ditujukan untuk istriku. Ibu dari anak - anakku. dan Ibunda tahu pelakuknya masih ada disekitar ini. Bagaimana Aku bisa berdiam diri membiarkan Alena berada di tempat berbahaya seperti ini?" kata Nizam sambil menganggukkan kepalanya dengan hormat.     

'Kau!! " Ibunya hanya bisa menunjukkan jarinya ke arah putra satu - satunya tanpa bisa berkata apa - apa lagi. Kata - kata Nizam mengandung kebenaran yang tidak terbantahkan. Sehingga Ia hanya mendengus dan kembali menangisi Putri Kumari.     

Nizam kemudian memandang ke arah Cynthia, " CYNTHIAA!! Kau ikut denganku !!" Kata Nizam sambil menggerakkan kepalanya ke arah Cynthia memberikan isyarat agar Cynthia mengikutinya. Dan Cynthia tidak perlu mendengar dua kali, Ia akan beranjak mengejar Nizam yang berjalan cepat sambil menyeret Alena. Tetapi kemudian dia menyadari kalau ada Ibunya Pangeran Thalal sehingga kemudian Cynthia membungkukkan badannya meminta izin.     

Ratu Zenita sebenarnya sangat ketakutan tetapi Ia tidak mungkin meninggalkan Ratu Sabrina di sini. Apalagi Ia melihat Ratu Aura dan Ratu Iklima juga ikut menemani Ratu Sabrina sehingga kemudian Ia berkata kepada menantunya, " Pergillah !! Ibunda akan ada di sisi Ratu Sabrina" Kata Ratu Zenita. Ia tidak ingin menahan Cynthia di sisinya di saat Ia melihat Nizam meminta menantunya itu untuk bersamanya. Ia tidak ingin berkonfrontasi dengan Nizam.     

Tanpa di tunda dua kali lagi maka Cynthia segera berlari melangkah mengejar Alena dan Nizam. Langkah Nizam begitu lebar dan cepat membuat Alena harus berlari - lari mengejar langkah suaminya. Apalagi Alena berlari sambil menangis. Air matanya bercucuran bagaikan air bah. Mulutnya tak henti - hentinya meratapi nasib malah Putri Kumari. Hingga membuat Nizam menjadi kesal.     

Ia kemudian berbalik kemudian mendorong tubuh Alena ke sebuah pilar penyangga atap taman. Alena terkejut ketika kemudian Ia ditekan oleh Nizam ke pilar itu dan Alena kemudian melihat Nizam menundukkan wajahnya. Lalu bibirnya dicium dengan kasar oleh Nizam hingga membuat Alena berteriak kesakitan. Tapi teriakan itu tidak terdengar dan hanya tertahan di dadanya.     

NIzam sangat emosi melihat peristiwa Putri Kumari yang terkena racun dan Ia merutuki keamanan Harem yang lemah. Ia sangat ketakutan kalau - kalau yang teracuni itu adalah Alena. Bagaimana kalau seandainya Ia tadi tidak cepat tanggap untuk melarang Alena memakan makanan itu, pasti yang sekarang terbaring di lantai itu adalah Alena.      

Nizam terus mencium Alena dengan buas. Ia seakan ingin menghancurkan rongga mulut Alena. Dan Ia baru tersadar kalau Ia menyakiti Alena ketika Ia merasakan tubuh Alena yang tegang dan badannya gemetar menahan sakit. Nizam melembutkan ciumannya. Ia mendekap tubuh Alena dengan erat. Tubuh Alena yang tegang sedikit melunak dan Ia mulai menikmati kelembutan suaminya hingga kemudian Nizam tiba - tiba melepaskan ciumannya dan jatuh berlutut di depan Alena.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.