CINTA SEORANG PANGERAN

Mengapa Wanita Dilarang Bicara?



Mengapa Wanita Dilarang Bicara?

Melihat Alena melangkah dengan santai keluar dari ruangan di Istana Nizam, Cynthia langsung berlari ke arah suaminya. "Yang Mulia.. yang Mulia.. Alena akan pergi menghadapi utusan dari Kerajaan Rajna" Kata Cynthia dengan panik. Situasi sedang sangat genting. Bukan saja di dalam istana tapi berita ini sudah seperti api yang menyiram setumpuk kertas. Sangat cepat membakar semua emosi orang bukan saja di kerajaan Rajna tetapi juga dari kerajaan Azura sendiri.     

Dari mulut ke mulut dari telinga ke telinga, dari media sosial satu ke media sosial lainnya. Entah itu di dalam rumah, kafe atau restoran. Topik perbincangan mereka hanya satu yaitu kematian Putri Kumari. Putri Kumari sendiri sudah dimakamkan di Kerajaan Rajna sesuai permintaan pihak keluarga. Mereka mengirimkan tim forensik untuk mendampingi tim forensik dari Azura dan mereka kemudian sepakat kalau Putri Kumari memang tewas karena racun yang sangat mematikan.     

Sekarang yang jadi permasalahan adalah penyelidikan tentang kematian Putri Kumari masing berlangsung. Walaupun berlum tertuduh secara resmi tetapi Putri Rheina memang tertuduh utama. Sehingga kemudian a mereka meminta agar Putri Rheina sebagai tertuduh utama harus diserahkan ke Kerajaan Rajna untuk di adili. Hanya dengan cara ini maka Kerajaan Rajna tidak akan menyerang Kerajaan Azura. Tetapi jika tidak maka Kerajaan Rajna akan mempertaruhkan hidup dan mati untuk menyerang kerajaan Azura.     

Hari ini entah yang keberapa kalinya Nizam bernegosiasi dengan utusan mereka untuk memberikan waktu baginya menyelidiki kasus ini kerena memang sedikit sekali barang bukti yang ada. Satu - satunya barang bukti yang ada adalah obat pencahar Putri Rheina yang ditemukan di dalam kamarnya.     

Pangeran Thalal juga bahkan ikut menyelidiki tetapi memang belum ada hasil yang memuaskan. Semua istana sudah digeledah untuk mencari barang bukti tetapi tetap tidak berhasil. Dan ketika kemudian penyelidikan beralih ke dapur tetapi di dapur juga tidak ada yang patut dicurigai karena memang Putri Rheina sendiri yang membubuhkan obat pencahar itu ke dalam makanan Gudeg untuk Alena. Jadi tidak satupun pelayan yang terlibat di sini. Ini yang semakin memberatkan Putri Rheina.     

Pangeran Thalal melihat ke arah Alena dan terdiam sambil menghela nafas.     

"Tidak ada yang bisa kita lakukan untuk mencegah Kakak Putri melakukan apapun" Kata Pangeran Thalal kepada istrinya.     

"Aku takut Ia melakukan kesalahan dan membuat situasi bertambah kacau" Kata Cynthia sambil kemudian hendak pergi menyusul Alena tetapi tanganya kemudian di tahan oleh Pangeran Thalal.     

"Ada kakak Nizam. Dia pasti tahu apa yang akan dilakukan. Biarkan saja. Aku tidak bisa meninggalkan para bayi sendirian. Sebelum Arani datang, Aku harus menunggui mereka "     

Cynthia akhirnya tertunduk pasrah dan tidak mengejar Alena. Ia menyadari kebenaran kata - kata suaminya. Kalau Alena sudah ada keinginan maka siapapun tidak ada yang bisa mencegah termasuk suaminya sendiri.     

Alena melangkah penuh percaya diri didampingi dua orang pengawalnya, Dan ketika Ia melangkah tiba - tiba sosok tinggi tegap menghalangi langkahnya. Alena hampir terantuk tubuh tinggi tegap itu dan ketika Ia tengadah tampak seraut wajah cantik dan keras yang sangat dikenalnya muncul dihadapannya.     

"ARANI ! " Alena berteriak bahagia, bahkan tanpa sadar Ia berlari dan memeluknya dengan erat membuat Arani jadi sedikit canggung. Apalagi semua mata orang yang ada disekitar mereka langsung meliriknya. Muka Arani jadi merona. Ia segera menarik bahu Alena dengan lembut sambil kemudian membungkuk dengan sangat rendah memberikan hormat kepada Alena.     

'Hamba memberikan hormat kepada Yang Mulia Putri Alena. Assalamualaikum Yang Mulia. Semoga Yang Mulia dan Pangeran Nizam berada dalam lindungan Tuhan Yang Maha Kuasa" kata Arani sambil tersenyum hormat. Alena menghapus air mata bahagianya. Melihat Arani datang Ia seperti mendapatkan kekuatan yang sangat besar.     

"Waalaikum salam Arani. Aku sangat bahagia kau ada disini. Mengapa Kau baru datang?" Kata Alena seakan mempertanyakan mengapa Arani baru datang.     

"Hamba datang kemari bersama Pangeran Abbash dan naik pesawatnya. Jadi Hamba ke kerajaan Zamron dulu untuk turun di Bandara kerajaan Zamron. Hamba tidak bisa datang langsung karena Nathan yang sedang terluka mendapatkan demam. Dan hamba harus menungguinya dulu di rumah sakit kerajaan Zamron sebelum ke sini.      

Hamba mohon maaf karena harus merawat Nathan dulu sampai dia membaik dan bisa melanjutkan perjalanan ke sini. Hamba sungguh minta maaf atas keterlambatan hamba" Kata Arani.     

Alena menggelengkan kepalanya dengan kuat. "Kau tidak bersalah, kau sudah bertindak benar. Tetapi mengapa Nathan terluka apa yang terjadi. Dia ada dimana sekarang? Apa dia baik - baik saja?" Alena tampak khawatir mendengar Jonathan terluka.     

"Dia baik - baik saja. Dia ada di ruangan hamba sedang tertidur. Dokter memberikan dia obat tidur agar bisa beristirahat dengan baik. Dia terluka karena serangan para penjaga di Amerika" Kata Arani kepada Alena. Alena ternganga mendengar penjelasan dari Arani.     

Tapi Ia segera mengerti apa yang terjadi karena memang Ia sedang sangat serius. " Kau sekarang mau kemana ?" Kata Alena bertanya.     

"Hamba akan menghadap Yang Mulia Pangeran Nizam untuk melapor. Hamba juga sudah tahu tentang kejadian di dalam harem" Kata Arani sambil tetap berbicara dengan tubuh sedikit membungkuk. Tubuhnya jauh lebih tinggi dan besar dari Alena yang mungil sehingga Ia harus membungkukkan badannya untuk menjaga posisinya agar tidak terlalu tinggi dari Alena. Kalau berbicara dengan Nizam Ia juga sedikit menunduk tapi tidak membungkukkan tubuhnya karena Nizam jauh lebih tinggi dibandingkan dirinya.     

"Itulah sebabnya Aku juga akan menemui suamiku. Dia sedang berbicara dengan utusan dari Kerajaan Rajna " Kata Alena membuat Arani sedikit mengerutkan keningnya.     

"Jika Yang Mulia sedang menghadapi utusan, apa tidak sebaiknya Yang Mulia menuggu sebentar sampai Yang Mulia Pangeran Nizam menyelesaikan urusannya" Kata Arani dengan hati - hati. Ini kerajaan Aliansi dimana wanita tidak bisa mencampuri urusan para pria. Terutama kerajaan Azura yang sangat ketat dalam aturan ini.     

"Justru Aku ingin bicara dengan utusan dari kerajaan Rajna " Kata Alena dengan tegas.     

"Yang Mulia mungkin belum tahu kalau di Azura para wanita tidak diperkenankan untuk berbicara." Kata Arani seakan ingin mengingatkan tentang aturan di kerajaan Aliansi.     

Alena malah mengangkat bahunya. " Mengapa wanita di larang bicara? Aturan dari mana itu? Jangan menganggap para wanita itu tidak tahu apa - apa" Kata Alena dengan keras.     

Arani menjadi terdiam dan lalu kembali memberikan hormatnya, "Anda benar Yang Mulia. Mari saya tunjukkan aula tempat Yang Mulia Pangeran Nizam biasa menerima tamu" Kata Arani sambil tersenyum.      

"Terima kasih Arani." Kata Alena sambil kembali berjalan karena Arani mempersilahkan Alena berjalan sambil kemudian meminta seorang penjaga untuk menunjukan jalan sementara Ia ikut berjalan di belakang Alena seakan mengawalnya. Dan memang lantas Arani berjanji sepanjang Alena tidak bersebrangan dengan Nizam Ia akan menjaga Alena untuk Nizam.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.