CINTA SEORANG PANGERAN

Penyesalan Ratu Sabrina



Penyesalan Ratu Sabrina

Melihat kebahagiaan di mata Ibu mertuanya, hati Alena jadi terenyuh lalu dengan spontan Ia memeluk Ibu Mertuanya dan berkata, "Mengapa Ibunda begitu ragu ketika Hamba bilang kalau Axel boleh menemani Ibunda, Bukankah Axel cucu ibunda sendiri.. " Kata Alena dengan lembut. Ratu Sabrina termangu dipeluk secara tiba - tiba oleh menantunya itu. Selama ini belum pernah ada yang memeluknya dengan spontan seperti ini kecuali Nizam itupun sangat jarang.     

Yang kedua Ratu Sabrina merasakan betapa tulusnya saat Alena memeluk tubuhnya padahal dia sering menyakiti Alena. Sebenarnya Ratu Sabrina menyayangi Alena sebagai wanita yang dicintai anaknya tetapi Ia masih meragukan Alena untuk menjadi Putri Mahkota. Alena terlalu polos untuk menjadi seorang calon Ratu. Ratu Sabrina juga semakin ketakutan melihat Nizam yang semakin tergila - gila dengan Alena. Ia takut kalau sampai Nizam di kendalikan Alena dan kemudian Nizam menjadi raja di bawah kendali wanita yang bodoh seperti Alena.      

Ratu Sabrina takut Nizam akan menghancurkan kerajaan Azura yang sudah dibangun oleh dinasti Al- Walid dengan bantuan dinasti keluarganya. Tetapi kali ini menyadari betapa Alena memeluknya dengan erat tanpa mendendam kepadanya. Ratu Sabrina menjadi sangat terharu. Ia tiba - tiba menangis terisak - isak sambil berpelukan dengan Alena.     

Alena menjadi terkejut, Ia melepaskan pelukannya dan menatap Ratu Sabrina yang teramat cantik itu. Rambutnya yang merah dan sangat mirip dengan Rambut Putri Rheina menyempurnakan kecantikannya sebagai seorang wanita.     

"Apakah ada perkataan hamba yang menyakiti Ibunda Ratu? " Kata Alena kebingungan melihat tangisan Ratu Sabrina.     

"Anakku, Putri Alena. Maafkan Ibunda kalau selama ini Ibunda sering menyakitimu?" kata Ratu Sabrina sambil mengelus kepala Alena dengan lembut.     

"Kapan Ibunda Ratu menyakiti hamba? Hamba tidak pernah merasa di sakiti oleh Ibunda" Kata Alena sambil menatap mertuanya dengan matanya yang besar bagaikan bintang kejora itu. Betapa cantiknya Alena, kecantikan murni yang terpancar karena Ia memang begitu polos, murni dan suci. Dia tidak pernah menjadi orang yang mengambil keuntungan dari penderitaan orang lain.     

Ratu Sabrina tahu kalau Alena dan Putri Rheina tidak pernah akur, mereka sering bertengkar kalau bertemu. dan ini pula yang menyebabkan dia menarik dukungannya dari Putri Rheina. Putri Rheina ternyata memiliki emosi yang tidak stabil. Kepribadiannya yang dulu penuh optimis, ambisi, lembut dan tenang telah berubah menjadi kekanak - kanakkan karena rasa cemburu yang begitu kuat.     

Ketika Putri Rheina di penjara dan diminta oleh Kerajaan Rajna seharusnya Alena tidaklah membantunya tetapi Alena malah membantu Nizam untuk ikut membebaskan Putri Rheina dari tuntutan Kerajaan Rajna. Terbuat dari apakah hati Alena ? Dari emaskah? Ia membalas perlakuan jahat Putri Rheina dengan kebaikan.     

Dan ketika Ratu Sabrina menyerahkan kepemimpinan Harem ke tangan Putri Kumari yang seharusnya menjadi milik Alena sebagai wanita yang sudah melahirkan anak untuk Nizam, Alena sama sekali tidak terlihat iri.     

Ketikan Nizam dan Cynthia membenci Putri Kumari, Alena malah dengan tulus ingin berteman dengannya. Ia mengagumi Putri Kumari dari lubuk hatinya yang terdalam. Alena sama sekali tidak memikirkan kalau perbuatan Ibu Mertuanya menyakiti hatinya. Ratu Sabrina menggenggam tangan Alena dan dengan air mata bercucuran Ia berkata,     

"Apakah Ananda tidak sakit hati ketika Ibunda mengangkat Putri Kumari untuk menjadi pemimpin harem ?" Kata Ratu Sabrina. Alena menggelengkan kepala dengan kuat.     

"Tentu saja tidak Ibunda, Putri Kumari memang layak untuk menjadi pemimpin harem hanya saja kekurangannya adalah Yang Mulia pangeran Nizam tidak mencintainya. Ia begitu menginginkan Nizam tetapi Nizam tidak memperdulikannya. " Kata Alena sambil menundukkan kepalanya. Ia kembali merasa sedih saat mengingat sahabat barunya itu.     

"Anakku sangat mencintaimu, dan Aku selalu memaksanya untuk mencintai wanita lain selain dirimu. Aku takut kalau kau akan menjerumuskan anakku suatu hari nanti. Apa kau marah dengan perasaanku dan apa yang telah Ibunda lakukan ?" Kata Ratu Sabrina dengan jujur.      

"Tidak Ibunda, Ibunda adalah seorang ibu yang akan melakukan apa saja untuk anaknya. Hamba merasa Ibunda melakukan itu bukan karena membenci hamba karena kalau Ibunda membenci Ananda pasti sekarang Ananda sudah mati "     

"... " Ratu Sabrina tertegun mendengar perkataan Alena.     

"Tentu Ibunda, sangat mudah bagi Ibunda untuk membunuh Ananda."     

"Mengapa Ananda mengira seperti itu?"     

"Ketika melihat Putri Kumari tewas dihadapana banyak orang, hamba merasa betapa memang jika Alloh berkehendak siapapun akan mati dengan begitu mudah. Harem yang begitu ketat saja sampai bisa kecolongan apalagi bagi Ibunda yang bisa keluar masuk dengan mudah. Jika Ibunda mau, Ibunda dapat menyingkirkan hamba dengan mudah.     

Ibunda mendatangkan banyak wanita untuk yang Mulia Nizam. Sebagai wanita tentu saja Hamba merasa sakit. Tetapi Bukankah ketika Yang Mulia Nizam melamar hamba dia sudah berterus terang kalau memang dia tidak hanya akan menjadi milik hamba seorang.."Kata Alena dengan lemah lembut. Membuat Ratu Sabrina terkagum - kagum.     

Ternyata menantunya ini kalau sedang serius keluar kecerdasannya.     

"Tetapi agaknya anakku akan menjadi milikmu dan hanya milikmu selamanya" Kata Ratu Sabrina sambil menghela nafas panjang.     

"Tetapi mengapa Ibunda? Bukankah kemarin Putri Kumari sudah membagi malam untuk para putri itu?" Kata Alena dengan perasaan tersanyat.     

"Entahlah Anakku, suamimu itu sangat keras kepala. Kita akan lihat nanti apa yang akan Ia lakukan setiap Ia harus tidur dengan istrinya yang lain"Kata Ratu Sabrina sambil menerawang mencoba mendalami pemikiran anaknya lagi.     

Alena menjadi ikut terdiam mendengar perkataan ibu mertuanya itu, lalu dia berkata perlahan, "Ibunda seandaianya Yang Mulia Nizam tidak menyentuh mereka. Apa yang akan terjadi? " Kata Alena hati - hati.     

"Dengan sangat menyesal aku mengatkan kalau akan terjadi banyak kekacauan di dalam harem dan kemungkinan akan merembet keluar. Banyak kepentingan yang berkaitan dengan para putri itu baik secara diplomatis atau terang - terangan." Kata Ratu Sabrina lagi - lagi menghela nafas panjang.     

"Kalau sampai para putri itu tinggal di dalam harem dan tidak disentuh oleh Nizam, alangkah sia - sianya kehidupan mereka" Kata Alena mengguman kepada dirinya sendiri. Ratu Sabrina menjadi tertunduk. Ia lalu menyesali kekeras kepalaanya. Ia begitu keras kepala mengisi harem dengan para putri dengan harapan hati Nizam akan melunak. Tetapi agaknya harapannya itu akan terkubur sia - sia. Sampai saat ini Nizam sama sekali belum menunjukkan tanda - tanda akan mencintai wanita lain selain Alena.     

Alena lalu memandang Ratu Sabrina seakan ingin mengatakan sesuatu tetapi Ratu Sabrina dengan lemah menggelengkan kepalanya. Ia tahu apa yang ada di dalam benak menantunya itu. Dan Ia menjawab apa yang dipikirkan Alena.     

"Aku tidak bisa mengembalikan mereka kecuali mereka yang ingin kembali. Mengembalikan mereka adalah penghinaan terbesar bagi mereka. Mereka akan merasa seperti buah yang dibeli orang tetapi kemudian dikembalikan ke pembelinya karena busuk. Mereka akan memilih mati daripada menanggung malu"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.