CINTA SEORANG PANGERAN

Kapan Idiotmu, Hilang ?



Kapan Idiotmu, Hilang ?

"Kau memang hebat Cynthia... " Kata Alena sambil memeluk sahabatnya itu dengan erat. Cynthia yang sedang meminum air teh hampir saja menyemburkan minumannya itu keluar.     

"Oh..Shit, Alena.. Are You crazy ?"Kata Cynthia sambil melepaskan diri dari pelukan Alena. Dia pikir dirinya adalah Nizam yang ototnya segede - gede kawat baja yang kalau dipeluk ga berasa apa - apa.     

Alena malah cengengesan sambil mengambil buah tin yang penuh bertumpuk di atas sebuah wadah kristal. Lalu memakannya sambil mengedip - ngedipkan matanya yang indah.      

"Perlu kau ketahui Alena, walaupun Aku menyayangimu tetapi Aku jijik melihat kau mengedip -ngedipkan matamu dengan genit seperti itu. Aku ini wanita normal, kalau Pangeran Abbash yang mengedip - ngedipkan matanya seperti itu kepadaku, maka aku akan memperhatikannya dengan suka rela" Kata Cynthia sambil mendorong muka Alena agar menjauh dari hadapannya.     

"Aah.. kamu ketahuan ya.. Naksir si ganteng itu" Kata Alena sambil tertawa cekikikan. Cynthia mengomel - ngomel walaupun dalam hatinya berkata,' wanita mana yang tidak naksir pria setampan itu. Wanita di istana Azura ini pasti belum pernah ketemu sama pangeran Abbash. Harusnya kalau ingin membubarkan harem ini tawarkan saja Pangeran Abbash sebagai ganti Nizam maka Cynthia berani taruhan. Lebih dari setengah isi harem akan berpindah tempat ke Istana Zamron.'     

"Emang kamu engga? " Kata Cynthia kepada Alena. Alena mengangkat bahunya.     

"Well.. iya juga sih. Cuma Aku engga berani main mata sama pangeran tampan itu. Bisa - bisa Aku dikuliti Si posesif itu" Kata Alena. Ia mencelupkan buah tin ke dalam madu lalu memasukan ke dalam mulutnya. Hmm.. sangat manis dan lezat     

"By the way, Kamu tadi mengatakan apa ? Aku hebat. Hebat apanya? Kau yang hebat sampai bisa melindungi si wanita ular itu" Kata Cynthia. Matanya yang biru itu menatap Alena dengan penuh minat.      

"Aku sebenarnya bukan melindungi Putri Rheina tapi Aku tidak tahan melihat suamiku begitu gelisah. Ia sulit tidur dan sering berkeringat. Ia sangat resah karena memikirkan putri Rhiena" Kata Alena.     

"Aku sungguh tidak mengerti dengan pemikiranmu. Suami sibuk memikirkan perempuan lain tapi kau malah tidak cemburu" kata Cynthia.     

"Tentu saja Aku cemburu. Kalau Aku tidak membantu Nizam, Ia akan terus memikirkan Putri Rheina. Sekarang setelah tahu Putri Rheina kini selamat. Ia tampak tenang kembali" kata Alena sambil tersenyum.     

Alena sama sekali tidak takut akan tergeser kedudukannya oleh Putri Rheina karena ketika Ia menawarkan diri untuk menggantikan Putri Rheina, Nizam dengan cepat langsung merelakan jika Putri Rheina yang dibawa. Nizam lebih memilihnya dibandingkan dengan Putri Rheina.     

"Ya.. Aku tahu hal itu. Nizam sangat peduli dengan Ratu Sabrina. Ibunya sudah sangat terpukul dengan kematian Putri Kumari, jika sampai Putri rheina jadi korban juga pasti ibunya akan depresi. Belum lagi kasus putri Mira yang masih belum sembuh. Dan kita bahkan belum sempat melihat ke sana karena sibuk mengurus kasus ini"     

"Ya.. ini juga berkaitan dengan kehormatan keluarga kerajaan di mata masyarakat. kalau sampai kita menyerahkan Putri Rheina maka wibawa Nizam sebagai suami Putri Rheina akan jatuh di mata rakyat. Aku sangat mencintai suamiku. Aku tidak akan pernah membiarkan harga diri suamiku hancur di mata rakyatnya. Ia harus menjadi raja yang hebat"     

"Raja yang hebat dengan istri yang banyak" Kata Cynthia sambil nyengir.     

Alena malah terlihat tidak perduli dengan perkataan sahabatnya itu. Karena ia sudah punya ide tentang para istri Nizam. Ia akan mencoba caranya sendiri untuk menyelamatkan suaminya dari para putri itu tanpa merugikan satu sama lain. Hanya saja Ia juga tidak yakin seratus persen apakah caranya ini akan berhasil atau tidak karena pendekatan yang akan Ia jalani adalah satu persatu.     

Ibarat perang, perang yang akan Ia rencanakan bukan perang terbuka yang akan menimbulkan huru hara tetapi perang yang akan Ia rencanakan adalah perang geriliya, sedikit demi sedikit, diam - diam tetapi berjalan efektif.     

"Cynthia, kau masih ingat ketika kau mengatakan kepadaku bahwa Ratu Sabrina pasti akan memilih pemimpin harem yang baru, dan kau bilang kalau Aku pasti yang akan dipilihnya" Kata Alena kepada Cynthia.     

"Tentu saja, Ia bukan ratu yang bodoh yang tidak bisa memahami situasi dan kondisi. Ketika Putri Kumari sudah mati, Putri Rheina di penjara, Putri Mira gila dan Putri alicya sangat tidak kompeten melebihi tidak kompetennya kamu. Satu - satunya harapan adalah kau. Walaupun kau sangat diragukan oleh semua orang tentang kemampuanmu memimpin harem tetapi karena tidak ada lagi yang kompeten. Mau bagaimana lagi" Kata Cynthia kepada Alena.     

"Itu tepat sekali, dan Aku masih ingat ketika kau mengatakan kalau untuk mendapatkan kepercayaan dari pihak tetua dan para rakyat Azura seharusnya pemilihan pemimpin harem itu harus melalui tes sehingga kalau Aku terpilih karena lulus tes maka tidak akan ada orang yang akan meragukan diriku lagi" Kata Alena. Cynthia menganggukan kepalanya menyetujui perkataan Alena.     

"Begitulah seharusnya, jika pemimpin dipilih berdasarkan hasil tes maka ini akan menjadi suatu keadilan bagi semua pihak" Kata Cynthia lagi.     

"Tepat ! itulah sebabnya Aku mengusulkan seperti itu kepada Ibunda Ratu Sabrina" Kata Alena.     

"Kau gila Alena ! Aku hanya bilang kepadamu seperti itu bukannya mengusulkan kepada Ratu Sabrina. Kau tahukan selama ini penunjukan kepemimpinan harem itu berdasarkan wewenang dari Ratu utama. Kalau kau usulkan seperti itu sama saja artinya meragukan kemampuan Ratu Sabrina " kata Cynthia dengan muka tercekat.     

"Aku lihat, Ibunda Ratu juga sangat terkejut mendengar Aku bicara seperti itu tetapi Aku mengatakan alasannya kalau Aku tidak ingin jadi pemimpin harem tetapi penuh dengan hujatan semua orang yang meragukan kemampuanku. Kalau aku lulus tes dan menjadi pemimpin harem maka tidak akan yang berani menghujatkku lagi" Kata Alena dengan mata berbinar - binar.     

"Ya.. Tuhan, Alena ! Bagaimana kalau kau gagal tes " Kata Cynthia dengan wajah penuh kekagetan. Alena menggelengkan kepalanya penuh percaya diri.     

"Aku pasti akan berhasil" Kata Alena     

"Tetapi bagaimana bisa ? Tes yang diselenggarakan pasti bukan tes tentang ilmu ekonomi"     

"Tentu saja.. tapi Aku kan punya kau di sisiku. Kau adalah orang terjenius di dunia" Kata Alena sambil hendak merangkul lagi.     

"Berhenti ! Jangan merangkulku lagi. Aku tidak ingin dadamu yang besar itu menekan tubuhku. " Kata Cynthia sambil mendorong dada Alena.     

"Tapi Nizam suka kalau Aku menggesekan dadaku ke dadanya" Kata Alena dengan muka polos.     

"Aargh....idiotmu kapan hilangnya?" kata Cynthia sambil mengusap wajahnya dengan kedua tangannya.     

Dan Alena langsung tertawa terpingkal - pingkal melihat Cynthia yang sangat kesal dengan kemesuman Alena.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.