CINTA SEORANG PANGERAN

Putri Alena adalah Anugrah Bagi Azura



Putri Alena adalah Anugrah Bagi Azura

Nizam menatap Arani dari atas sampai bawah seakan ingin menyelami perasaan Arani dari luar sampai ke dalam. Ditatap Nizam dengan pandangan yang tajam bagaikan akan mengulitiinya hidup - hidup membuat Arani menjadi jengah. Ia hanya menundukkan kepalanya dan tidak berani melawan pandangan mata dari majikannya itu.     

Arani kemudian mendengar Nizam menghela nafas dan berkata lirih,     

"Aku dulu tidak pernah berpikir akan menjadi menjadi seperti ini. Aku berpikir kalau Aku akan hidup dalam kedamaian. Kalaupun akan ada kekacauan tidak akan sampai merenggut nyawa orang. Aku sebenarnya tidak terlalu berambisi menjadi yang terhebat. Aku hanya ingin menjadi raja sesuai dengan keinginan Ibunda.      

Tetapi tahta itu belum Aku capai, Aku masih belum duduk disinggasana raja, Aku masih belum memegang tampuk kepemimpinan. Masalah sudah datang bertubi - tubi kepadaku. Tetapi dari semua peristiwa yang ku alami, peristiwa di dalam harem adalah yang paling menggoncangkan diriku.     

Aku melihat Putri Kumari mati begitu mengenaskan. Dan dalam pikiranku sampai sekarang adalah Alena yang terbayang. Aku sangat terguncang. Arani.. Aku sungguh tidak tahu apa yang harus Aku lakukan. Besok Aku dan Alena akan pergi ke Kerajaan Rajna untuk memenuhi permintaan Raja Alimudin yang ingin bertemu dengan Alena. Penyusup itu masih belum ditemukan. Aku tidak bisa menuduh sembarangan tanpa ada bukti. Dan satu - satunya bukti adalah obat pencahar di kamar Putri Rheina. " Nizam menghembuskan nafas panjang lalu Ia kembali menatap Arani seakan minta pendapat.     

Arani mengangkat wajahnya, "Yang Mulia langsung meminta pendapat hamba tentang kasus Putri Kumari. Apakah tidak ingin bertanya tentang Jendral Imran kepada hamba ? Apa Yang Mulia tidak ingin menyelidiki hamba apakah hamba berkhianat atau tidak?" Arani bertanya kepada Nizam.     

Nizam mengangkat alisnya dan menjawab, "Kau ada disini sekarang. Dihadapanku. Mengapa Aku harus mempertanyakan kesetiaanmu. Aku sangat senang kau ada disini. Aku kehilangan tangan kanan, tangan kiri tetapi Aku masih mendapatkan kedua kakiku untuk berlari" kata Nizam kepada Arani.     

Arani tersenyum, Ia tahu yang dimaksud dengan Nizam tangan kanan adalah Imran, tangan kiri adalah Amar dan kedua kaki adalah dirinya dan Pangeran Rasyid. Sepupunya Nizam dari Bibinya. Adik bungsu dari Ayahnya.     

"Yang Mulia sudah berbincangkah dengan Pangeran Rasyid?" Kata Arani bertanya kepada Nizam. Nizam menggelengkan kepalanya.     

"Bahkan Aku belum sempat untuk melihat kondisi Ayahanda dan menengok Putri Mira. Aku juga belum melihat lagi Amar " Kata Nizam sambil tertunduk lesu.     

"Hamba sungguh tidak menyangka, Imran akan mengkhianati kita semua. Bertahun - tahun ada disisinya, makan bersama, berlatih bersama dan menjaga Yang Mulia bersama - sama. Tetapi dia menyimpan kebusukan kepada kita" Kata Arani. Nizam hanya tersenyum pahit.     

"Ini karena orang yang membujuknya tahu persis apa yang sedang Imran derita. Ia sangat menyukai Zarina dan itu seperti menekan tombol ledakan cemburunya kepada Amran tentang ketimpangan kasih sayang dan perhatian yang kuberikan kepadanya.     

Pangeran Barry ini. Aku terlalu meremehkan kemampuannya. Ia sukar ditebak apa maunya. Apakah Ia ingin adiknya hidup bahagia denganku ? Atau Ia ingin memiliki Alena ? atau Ia ingin merebut kerajaan Azura ? Atau Ia ingin mengalahkan diriku yang Ia anggap pesaingnya? Atau sebenarnya apa? Ia seperti psikopat yang sukar di tebak keinginannya. Kadang Ia ingin A, kadang Ia ingin B.. orang dengan pola acak seperti itu sukar untuk bisa di tebak" Kata Nizam     

"Yang Mulia benar, Kejadian di harem kemungkinan adalah tanggung jawabnya. Siapa yang menjadi mata - matanya di dalam istana ini. Terlalu banyak orang di istana. Dan hebatnya Ia bisa menembus keamana harem. Tempat yang seharusnya paling tidak tersentuh siapapun. " Arani mengeluh. Di dalam harem keamanan sangat ketat, orang - orangnya sangat terjaga.     

Walaupun kemudian menjadi tidak aman itu biasanya berputar dari kejahatan para putri yang masih bisa dikendalikan. Penggunaan jarum pendeteksi racun di larang di dalam harem karena itu adalah penghinaan terhadap pemimpin harem. Keamanan harem dan kegiatan didalamnya tanggung jawab sepenuhnya dari pemimpin harem. Jadi kalaupun ada keburukan di dalam harem itu semua biasanya tertutupi secara sistematis.     

"Tidak Arani, menurutku harem sebenarnya bukan tempat yang aman, kejadian Putri Kumari ternyata menunjukkan bahwa Harem adalah tempat yang paling sangat berbahaya. Selama ini kita selalu merasa Harem tempat aman karena kepercayaan kita terhadap pemimpin harem terutama harem di bawah kepemimpinan ibunda Ratu.      

Tapi Harem tempat para istriku ternyata tidak seperti itu. Karena pemimpinnya yang belum berpengalaman maka malah menjadikan harem menjadi ajang kejahatan orang lain. Aku jadi semakin ingin segera menghapuskan budaya harem dari kerajaan kita dan bila perlu di seluruh kerajaan Aliansi.      

Sebenarnya Aku juga tidak mempercayai kalau di dalam Harem Ayahanda semuanya baik - baik saja. Sebelum Ibunda menjadi pemimpin harem, Ia berkali - kali mengalami keguguran dan hampir tidak memiliki anak. Aku tidak ingin menuduh apapun tetapi apa mungkin ini ada kaitannya dengan persaingan di dalam harem" Kata Nizam kepada Arani. Membuat Arani terdiam.     

"Yang Mulia.. Anda sungguh sangat teliti.. apakah Yang Mulia ingat kalau Yang Mulia pernah menyuruh hamba untuk menyelidiki Ibunda Ratu Sabrina? " Kata Arani berkata hati - hati. Ia menatap Nayla yang sedang berdiri di belakang Nizam dan sedang bersiaga.     

Arani tampak tidak mempercayai Nayla adik dari Andhra asistennya Pangeran Thalal. Dan Nizam sepakat dengan Arani sehingga Ia kemudian berkata kepada Nayla.     

"Carikan Aku buku tentang harem di perpustakaan Istana ! " Kata Nizam kepada Nayla. Nayla tampak mengerutkan keningnya. Ini seperti pengusiran secara halus kepadanya tetapi Ia tidak ingin membantah dan dengan wajah polos Ia segera membungkuk dan pergi keluar ruangan.     

"Seandainya..." Nizam tidak selesai berkata karena Arani sudah langsung memotongnya.     

"Mohon Yang Mulia tidak melanjutkan perkataan yang Mulia. Karena Hamba sudah menikah dan Hamba tidak akan pernah bisa menjadi asisten Yang Mulia lagi. Hamba tidak bisa meninggalkan suami Hamba " Kata Arani dengan tegas. Mata Nizam melebar mendengar kalimat tegas dari Arani.      

Sebelum menikah Arani adalah miliknya seutuhnya bahkan secara adat Ia boleh menyentuh Arani kapanpun Ia mau tanpa harus menikahinya dulu karena Ia adalah pelayan pribadinya. Arani adalah tanggung jawabnya, apapun yang terjadi hidup mati Arani ada ditangannya.     

Bahkan jika Arani hamil oleh pria lain maka Nizamlah yang harus bertanggung jawab. Menikahinya dan membesarkan anaknya. Karena kalau Nizam ingin terbebas dari itu, Ia harus membunuh Arani. Itulah sebabnya pelayan di dalam istana pangeran atau Raja dilarang keras berhubungan dengan pria selain dengan majikan yang dilayaninya. Jika sampai ketahuan berhubungan maka Ia akan di bunuh dan jika ketahuan Ia hamil maka Ia juga harus dibunuh dengan dakwaan pengkhianatan.      

Kecuali kalau majikannya sendiri yang memberikan izin untuk menikah seperti Arani. Maka kepemilikan Raja atau pangeran jadi terlepas dari pelayan itu. Ini sama seperti pembebasan terhadap hak dirinya terhadap pelayan tersebut. Begitulah adat kerajaan Azura yang dipelihara sampai sekarang.     

Arani menundukan kepalanya karena takut Nizam akan marah karena kelancangannya tetapi kemudian Ia mendengar Nizam tertawa, "Aku senang kau berpikiran seperti itu. Sudah seharusnya seorang istri menempatkan suaminya di atas segalanya. Bukankah suami itu adalah Tuhan-nya wanita di dunia.     

Aku sudah membebaskanmu sebagai pelayanku, Aku hanya berandai - andai saja karena kesal kepada Nayla. Lagi pula kau tahu Alena seperti apa. Kalau sampai kau menjadi asistenku lagi dan berada di sisiku selama 24 jam. Maka Alena yang akan bereaksi paling keras. jangan - jangan Aku yang akan dihajarnya menggunakan sepatunya. Bukankah Ia salah satu pendukung pernikahanmu dengan Jonathan. Dan Ia tidak akan membiarkan Jonathan mu itu disakiti oleh dirimu walaupun kau istrinya sendiri" Kata Nizam lagi.     

Arani tersenyum malu - malu, mukanya sedikit merah, " Yang Mulia Alena adalah anugrah bagi kerajaan kita. Hamba percaya Yang Mulia Putri Alena akan membawa banyak perubahan kepada Kerajaan Kita." Kata Arani sambil tersenyum dengan rasa penuh terima kasih atas kehadiran Alena di dalam kerajaan Azura.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.