CINTA SEORANG PANGERAN

Pemandangan Yang Menusuk Mata



Pemandangan Yang Menusuk Mata

Arani berkata sambil merayu suaminya. Ia melihat wajah Jonathan yang sudah gelap karena amarah dan Ia tidak menyalahkan kemarahan suaminya. Ia tahu kalau kemarahan suaminya karena Ia sangat menyayangi dirinya.     

"Ayolah Sayang, kau kan tahu kalau Yang Mulia Nizam bukan orang yang jahat. Ia sangat melindungi diriku. Jadi jangan marah kepada dirinya" Kata Arani sambil mengelus tangan Jonathan dengan lembut.     

"Mau sampai kapan, Kau berada disisinya terus ? Kau bahkan mengabaikan diriku hanya untuk menyenangkan dirinya" Kata Jonathan masih tetap memasang wajah cemberut. Di dadanya masih bergejolak amarah kepada Nizam. Laki - laki itu sudah menghapus harapannya menjadi suami Alena dan sekarang setelah Ia menikah, Jonathan juga masih merasakan kalau ternyata istrinya lebih memilih mendampingin Nizam daripada bersama dirinya.     

Bagaimana Jonathan bisa tahan dengan situasi seperti ini. Lagipula di Kampus, Ia memang tidak terlalu dekat dengan Nizam.     

"Apa kau cemburu ?" Kata Arani kemudian menyadari bahwa Jonathan sebenarnya sedang cemburu kepada dirinya. Jonathan menahan perasaan cemburunya selama ini. Tetapi melihat Arani terluka gara - gara Nizam membuat rasa cemburunya kemudian meluap.     

Jonathan terdiam, bagaimanapun Ia malu mengakui kalau Ia cemburu kepada Nizam dan bahkan Ia pernah mencurigai kalau di antara mereka ada apa –apanya mengingat kalau Nizam sangat sering berduaan dengan Arani. Walaupun sejak menikah, Nizam terlihat sedikit menjaga jarak dengan Arani.     

"Aku pelayannya, Honey. Kau tahu di Azura pelayan itu sama dengan budak. Sekali kami menandatangani surat kontrak untuk menjadi pelayan bagi Pangeran Putra Mahkota atau Raja, maka selamanya Kami adalah milik mereka sampai mereka membebaskan Kami. Bahkan kami tidak memiliki hak lagi terhadap tubuh kami.     

Tetapi tahukah kau ? Kalau Yang Mulia Nizam sangat menghormati diriku. Dia tidak pernah sedikitpun menyentuhku dengan kurang ajar. Bukankah kau tahu Kalau Aku masih suci ketika kau sentuh. Mengapa kau masih menuduhnya kalau Yang Mulia mencintaiku. Karena kalau Yang Mulia menginginkan diriku, Yang Mulia dapat melakukannya kapanpun Yang Mulia mau.     

Kalau dalam keadaan Aku belum menikah saja Yang Mulia begitu menghargai diriku lalu bagaimana bisa dia berbuat yang tidak – tidak ketika Aku sudah menikah. Bukankah Kau tahu juga dia penganut agama Islam yang taat walaupun belum sempurna. Dia tidak akan pernah tidak menghargai seorang wanita." Arani menatap suaminya dengan pandangan mata yang lembut membuat Jonathan akhirnya luluh dan mulai memaafkan Nizam     

"Aku tahu.. Maafkan Aku " Katanya kemudian sambil mencoba tersenyum. Tetapi ketika Ia melihat wajah istrinya Jonathan kemudian menghela nafasnya. Ia menatap wajah istrinya yang masih terlihat pucat.     

"Apakah lukanya sangat sakit ?" Kata Jonathan sambil mengelus kepala istrinya. Arani menganggukan kepalanya.     

"Sebenarnya sangat sakit.." Arani berbisik lemah dan mulai memasang wajah yang merasakan sedang mengalami kesakitan.     

"Tapi Dokter di luar bilang kau wanita yang sangat kuat. Dan terlihat tidak merasa kesakitan sedikitpun" kata Jonathan berkata dengan penuh keheranan bagaimana Arani kini terlihat sangat kesakitan     

"Itu karena Aku malu terlihat lemah di depan orang lain. Padahal rasanya sangat sakit" Kata Arani mulai meringis di depan suaminya.     

Mulut Jonathan sampai ternganga mendengar kata – kata Arani apalagi kemudian tiba – tiba Arani memeluknya dan mulai menangis tersedu – sedu. Air matanya berhamburan membasahi pakaian Jonathan.     

"Ini rasanya sangat sakit.. Aduuh.. Aku hampir mati karena sakitnya. Peluk Aku Nathan, cium Aku.." Kata Arani sambil merintih di hadapan suaminya. Membuat Jonathan langsung memeluk istrinya kemudian mencium bibirnya dengan penuh kelembutan untuk mengobati rasa sakitnya.     

Tetapi kemudian Arani menuntut Jonathan melakukan hal lain untuk mengobati rasa sakitnya. Sesaat Jonathan tertegun ketika tangannya di pegang Arani dan disentuhkan ke dadanya.     

***     

Sementara itu Nizam di luar kamar Arani tampak berdiri dengan resah. Ia berjalan bolak – balik ingin tahu tentang keadaan Arani tetapi Jonathan masih belum keluar dan memberikan izin kepadanya.     

"Kau sebaiknya duduk dan menghemat tenaga untuk beraksi nanti malam. Kau membuat Aku pusing dengan berjalan bolak – balik, mondar – mandir seperti itu" Kata Chief Jeremy sambil menggelengkan kepalanya melihat tingkah Nizam.     

" Itu yang di dalam adalah asisten pribadiku dan bukan asisten pribadimu. Dia sedang terbaring tanpa Aku tahu bagaimana keadaannya. Bagaimana Aku bisa duduk manis seperti dirimu. Kau tahu ? Aku sedang cemas sekarang" Kata Nizam dengan pedas.     

"Lha.. tadikan dokter sudah mengatakan keadaannya baik – baik saja. Kau tidak usah berlebihan. Lagi pula di dalam kan ada suaminya. Palingan mereka sedang saling begitu.. begitu..." Kata Chief Jeremy sambil kemudian mengambil kopi dari tangan anak buahnya yang tadi Ia suruh membeli kopi lagi ke cafetaria rumah sakit.     

Nizam mendelik mendengar kata – kata Chief Jeremy. Mana mungkin Arani dan Jonathan seperti itu. Bukankah Arani sedang terluka. Jadi alih – alih menunggu, Nizam menjadi tidak sabar dan Ia lalu masuk ke ruangan operasi dan kemudian Ia berjalan ke hadapan meja para perawat.      

"Eh.. Yang Mulia hendak kemana ? " Seorang perawat segera berdiri melihat kedatangan Nizam.     

"Sst.. diamlah. Jangan turut campur" Kata Nizam sambil menunjukkan telunjuknya ke arah perawat. Perawat itu lalu menatap dokter yang menangani Arani yang sedang berdiri disampingnya menjabarkan cara perawatan Arani kepada mereka.     

Dokter itu segera berkata kepada Nizam. " Tetapi Yang Mulia, di dalam sedang ada Tuan Jonathan" Kata dokter itu dengan ramah. Ia jelas tahu siapa yang sedang berdiri di depannya. Pangeran Putra Mahkota Kerajaan Azura yang mendadak terkenal sejak ada kejadian kemarin.     

"Aku tahu. Tetapi Aku tidak tahan ingin tahu keadaan Arani" Kata Nizam tampak tidak sabar. Dokter itu tahu kalau Nizam sangat cemas dengan keadaan Arani. Ia yang mengantarkan Arani ke mari dan menungguinya berjam – jam saat Arani di operasi. Bahkan Ia menyangsikan apakah pria itu sudah merawat dirinya sendiri atau belum karena melihat tubuh Nizam masih berlumuran darah dan ada luka – luka yang belum di rawat.     

Bukannya pihak rumah sakit tidak perduli tetapi setiap perawat datang mau memeriksa lukanya Nizam malah melotot dan menyuruhnya pergi. Ia sedang stress karena Arani yang terluka. Mana mungkin Ia membiarkan lukanya di rawat dulu. Dokter itu lalu memberikan izin kepada Nizam.     

"Masuklah Yang Mulia. Masa kritisnya memang sudah hilang. Tetapi hendaknya mengetuk pintu dulu karena di dalam sedang ada suaminya. Berjalanlah lurus dan lalu belok ke kiri sedikit"     

Nizam menganggukan kepalanya. Ia lalu berjalan dan belok ke kiri sedikit sesuai petunjuk si dokter. Nizam lalu berdiri di depan pintu tetapi Ia tidak mengetuk pintu karena Ia tahu kalau Ia tidak akan diizinkan masuk oleh Jonathan. Nizam tidak tahan ingin melihat Arani. Jadilah Nizam langsung membuka pintunya dan pemandangan di depannya langsung menusuk ke dalam matanya menembus hingga ke jantungnya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.