CINTA SEORANG PANGERAN

Kau Harus Melayaninya Dengan Baik



Kau Harus Melayaninya Dengan Baik

Lila tadinya mengerutkan keningnya tetapi kemudian Ia tertawa terbahak – bahak sampai air matanya mengalir. Cynthia dan Alena yang gantian mengerutkan keningnya melihat tingkah Lila yang aneh.     

Apanya yang lucu ? Mengapa Lila tertawa terbahak – bahak. Bukankah tadi wajahnya begitu muram dan murung tetapi sekarang kemuramannya hilang bagaikan awan mendung yang tersapu angin. Mata Lila yang sedikit sayu itu kini berbinar – binar walaupun tergenang air mata.     

"Kau kenapa Lila ? Apa ada yang lucu ? Perasaan Aku tidak mengatakan hal yang lucu kepadamu " Kata Alena sambil meraba kening Lila.     

"Aku masih waras Tuan Putri.. " Kata Lila sekarang cemberut lucu karena Alena menganggapnya gila. Cuma Cynthia yang tidak mengerti becandaan alay ala orang Indonesia.     

"Ya.. siapa tahu Kau kesambet setan alas roban " Kata Alena sambil nyengir.     

"Mana ada setan alas roban di Amerika ?" Kata Lila lagi sambil kembali menahan tawa mendengar kata – kata Alena. Seumur hidupnya Ia benar – benar belum pernah bertemu dengan orang selucu Alena.     

"Ya.. ada..lah kalau mereka ber-emigrasi karena merasa bosan tinggal di hutan alas roban" Kata Alena lagi membuat Lila semakin tertawa terbahak – bahak. Cynthia tidak mengerti apa yang sedang mereka bicarakan. Setan alas roban ? entah apa itu. Tetapi melihat wajah murung Lila berubah jadi begitu ceria membuat Cynthia merasa senang. Alena memang luar biasa cerdas kalau dalam urusan mengubah kesedian menjadi kegembiraan.     

Dulu sewaktu suaminya buta dan tenggelam dalam kesedihan. Satu – satunya orang yang bisa membuatnya tertawa adalah Alena. Alena yang mampu membuat Pangeran Thalal terbahak – bahak dalam kegelapan. Dan Alena yang mampu membuat Arani mati kutu menghadapi tingkahnya yang konyol.     

"Ngomong – ngomong mengapa kau tertawa mendengar perkataan Alena ?" Kata Cynthia sambil membetulkan kerudung Lila yang merosot. Lila memegang ujung kerudungnya yang penuh dengan hiasan. Tapi Ia terus menahan senyumnya yang menawan itu.     

"Putri Alena hendak mengatakan kalau Aku akan menderita di malam ini. Maksudnya apakah Aku akan menangis menghadapi malam pengantinku dengan Pangeran Abbash ? Ha.. ha... ha.. ini sangat lucu. Aku bukan gadis lagi. Kalian tidak usah khawatir. Semua akan baik – baik saja " Kata Lila membuat Alena dan Cynthia tercengang.     

Lila memang berbeda dengan Zarina yang bodohnya keterlaluan. Dia lebih paham dengan situasi malam pertama.     

" Kau tidak takut menghadapi Pangeran Abbash ? " Tanya Alena penuh dengan rasa ingin tahu.     

"Apa yang harus Aku takutkan. Jangankan dia begitu tampan, kalaupun dia seperti Rahwana. Aku tidak keberatan.. " Kata Lila dengan wajah datar. Ia memang sudah merasa mati rasa. Semua kepahitan hidup bersama Edward sudah mengubahnya menjadi besi yang tertempa sehingga sekeras apapun kehidupan yang akan Ia jalani maka Ia sudah mempersiapkan diri.     

"Oh.. ya Aku akan tunggu kau setelah bertemu dengan Pangeran Abbash. Apakah Kau akan berkata hal yang sama lagi ? " Kata Alena sambil tersenyum     

Lila hanya membalas senyum Alena dengan mengangkat bahunya.     

"Aku dengar Pangeran Abbash juga mencintai Tuan Putri Alena " Kata Lila membuat wajah Alena menjadi sedikit pucat. Entah mengapa Ia menjadi merasa berdosa kepada Lila kalau seandainya Lila sampai mengalami kegagalan kedua kali dalam berumah tangga gara – gara dirinya lagi.     

"Lila Aku harap kau tidak menyalahkan Aku " Kata Alena dengan wajah serius.     

Lila menggoyangkan tangannya dan berkata sambil terus tersenyum menenangkan Alena.     

"Tidak.. tidak. Yang Mulia tidak usah merasa bersalah. Untuk kali ini Aku tidak akan terlalu terbawa perasaan. "     

"Tetapi apakah kau berniat tidak akan menjadi istri yang baik bagi Pangeran Abbash ? Jangan begitu Lila. Kan kasihan kalau seandainya Kau bersikap dingin kepadanya. Apalagi kalau malam ini kau tidak mau melayaninya sebagai seorang istri." Alena tiba – tiba khawatir kalau Lila akan bersikap buruk kepada Pangeran Abbash. Walau bagaimanapun Pangeran Abbash sudah melakukan banyak hal untuk menolong Lila walaupun itu demi dirinya.     

"Tidak seperti itu juga. Aku akan tetap melayaninya sebagai seorang istri tetapi untuk membukakan pintu hatiku mungkin sedikit lebih sulit" Kata Lila lagi. Kali ini Cynthia     

"Aku memahami perasaan mu Lila. Memang tidak mudah untuk melupakan rasa sakit karena perlakuan orang yang kita cintai. Tetapi percayalah kalau untuk kali ini kau tidak akan bisa menutup hatimu " Kata Cynthia kepada Lila.     

"Mengapa Kau begitu yakin ? " Lila masih menganggap remeh perkataan Cynthia.     

"Karena Aku sama Alena saja hampir tidak tahan melihat wajahnya yang begitu tampan. Dia terlalu tampan untuk diabaikan. Dia itu pakai pakaian rombeng saja tampannya ga akan hilang apalagi kalau memakai pakaian pengantin. Aku khawatir kau akan kalah cantik sama pangeran itu ? "     

"Iya.. iya benar. Kau siap – siap saja akan kalah cemerlang dari suamimu " Kata Alena menambahkan.     

"Masa iya ada pria setampan itu. Kalian pasti hanya sedang menghibur diriku. Aku sangat yakin kalau kau terlalu melebih – lebihkan ketampanannya " Kata Lila kepada Lila dan Alena. Bagi dirinya pria yang tertampan yang pernah Ia lihat adalah Pangeran Thalal dan Pangeran Nizam. Mereka sangat gagah dan tampan bagaikan pangeran dari negeri dongeng.     

Sangat sulit diterima oleh akalnya ada pria yang begitu menarik perhatian seperti pangeran Abbash. Diam – diam Ia jadi penasaran ingin segera menemuinya. Hatinya jadi bergetar. Kalau sampai apa yang dikatakan oleh dua sahabat itu benar berarti Ia mungkin dapat melupakan Edward. Melupakan kesedihan hatinya yang begitu mendalam.     

"Ingat kau harus tersenyum ketika pertama kali bertemu dengannya. Tidak boleh menatapnya dengan mulut ternganga. Dan layanilah Ia dengan baik di malam pertama. Buatlah dia terkesan sampai Ia tidak bisa melupakanmu. Kalau kau kesakitan, kau harus tahan" kata Alena dengan mulut out of control seperti biasa.     

"Please.. please ladies.. Ini sudah tidak masuk diakal. Apa yang kalian bicarakan ini seperti suatu pembodohan kepada diriku. " Lila mengangkat tangannya sambil menggelengkan kepalanya. Ia sungguh merasa apa yang dibicarakan Alena dan Lila adalah suatu omong kosong untuk menenangkan hatinya.     

"Mengapa ? " Alena bertanya kepada Lila.     

"Pertama. Aku tidak percaya ada pria setampan itu. Kedua Aku tidak akan pernah memasang wajah konyol hanya karena bertemu dengan seorang pria apalagi sampai dengan mulut terbuka lebar. Ketiga Aku hanya akan melayaninya secara sewajarnya seorang istri kepada suami dan terakhir Kalian tidak boleh lupa kalau Aku sudah pernah menikah. Itu seperti yang sudah aku katakan di awal "     

"Maaf Lila, dengan sangat menyesal kali ini kau akan salah. Walaupun pernyataan terakhir Aku masih belum yakin " Kata Alena.     

"Oh.. ya Lila. Maaf Yah.. kalau pertanyaanku menyinggung. Sebenarnya bagaimana hubungan percintaanmu dengan Edward ? " Kata Cynthia dengan hati – hati.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.