CINTA SEORANG PANGERAN

Nasihat Nizam



Nasihat Nizam

" Suatu pernikahan adalah salah satu jalan untuk mencapai kebahagiaan. Pernikahan itu lebih mentemtramkan hati bagi orang - orang yang beriman dan lebih menjaga kita dari perbuatan maksiat.     

Di dalam Al- Qur'an Alloh berfirman bahwa seorang laki - laki diperbolehkan untuk mengambil istri - istrinya, empat, tiga, dua dan jika tidak bisa berlaku adil hendaklah mengambil satu. Di kerajaan kita memiliki istri lebih dari satu sudah merupakan budaya yang turun temurun.      

Jika memang kita bisa berlaku adil maka silahkan beristri lebih dari satu tetapi hendaknya kita sebagai seorang suami tetap harus memperhatikan perasaan istri -istri kita. Karena kalau kita mendzolimi mereka niscaya kelak di akhirat kita akan dimintai pertanggung jawaban.     

Seorang istri kadang tidak memerlukan cinta ketika menikah dengan kita kaum pria. Asalkan kita bersikap baik dan bertanggung jawab kepadanya maka cinta mereka akan muncul di kemudian hari.     

Para istri kita adalah titipan dari Alloh yang harus kita jaga dengan baik. Jangan biarkan air matanya menetes karena perbuatan kita. Jikalau dia berbuat salah maka luruskanlah dengan baik. Apa yang kita makan hendaklah dia juga makan. Apa yang kita minum juga hendaklah dia juga minum. Apa yang kita pakai maka hendaklah dia juga memakainya.     

Membangun rumah tangga itu tidaklah mudah. Menyamakan dua pemikiran dari dua orang yang berbeda tidak semudah membalikan telapak tangan. Ketika kita para suami berbicara dengan tujuan A maka belum tentu istri kita memahami bahwa tujuan kita A. Kita berbicara B mungkin istri kita malah menanggapinya dengan C.     

Kesabaran yang tiada batasnya sangat diperlukan agar rumah tangga kita menjadi langgeng. Selalu bersyukur dengan keadaan istri kita adalah hal paling utama bagi kita para suami agar kita selalu nyaman berada disamping istri kita.     

Jika istri kita berbuat salah maka luruskanlah dan jangan dibiarkan. Jika dia tetap berbuat salah maka hendaklah memohon pertolongan Alloh. Sebagai seorang suami kita juga harus belajar memahami dan mendengarkan segala keluh kesahnya. Terkadang mereka tidak ingin dicarikan penyelesaian disetiap keluh kesahnya cukup kita dengarkan saja dan beri tanggapan dengan baik, mereka sudah cukup senang.     

Jika mereka menangis maka peluklah dengan lembut dan jika Kita yang berbuat salah segeralah meminta maaf. Semakin egois kedua belah pihak maka akan semakin sulit bagi rumah tangga kita untuk melangkah. " Nizam berbicara panjang lebar kepada semua tamu yang ada dan terutama kepada Pangeran Abbash.     

"Aku sebagai seorang suami sadar diri kalau Aku sendiri bukan suami yang sempurna. Aku masih harus banyak belajar untuk menjadi suami yang baik. Hanya saja memang sulit bagi diriku untuk menerima pernikahan dengan banyak wanita kalau satu wanita saja masih sulit bagi diriku untuk menghadapinya.      

Aku tidak menyalahkan bagi para suami yang memiliki istri lebih dari satu tetapi tentu saja setiap lelaki itu berbeda. Tidak semua mampu beristri lebih dari satu. Bukankah dalam Al Qur'an juga disebutkan kalau memang tidak mampu maka hendaklah kita memiliki istri satu. " Kata Nizam sambil menatap tajam ke arah Pangeran Abbash.     

Pangeran Abbash tiba - tiba mengacungkan tangannya. Sebenarnya sesi tanya jawab biasanya ada di akhir tetapi Pangeran Abbash dengan santainya mengangkat tangannya. Dia meminta izin untuk berbicara.     

" Suatu pernikahan memang terkadang tidak dilandasi oleh cinta. Suatu pernikahan kadang didasari oleh tujuan tertentu yang biasanya sangat sering terjadi dikerajaan kita. Seperti halnya Yang Mulia menikahi Putri Rheina.      

Semua orang tahu kalau Yang Mulia tidak mencintai Putri Rheina dan istri yang lainnya yang ada di harem Yang Mulia. Tetapi Yang Mulia secara adat menikahi mereka satu persatu. Walaupun tanpa persetujuan Yang Mulia. Karena begitu mereka masuk ke dalam harem maka otomatis mereka adalah milik Yang Mulia.     

Lalu bagaimana dengan teori Yang Mulia tadi bahwa seorang suami haruslah menyayangi istrinya walaupun sebelumnya tidak ada cinta yang melandasi. " Pangeran Abbash sambil tersenyum lucu.     

Yang lainnya sontak terkejut mendengar pertanyaan Pangeran Abbash. Pertanyaan itu adalah pertanyaan sensitif yang bisa memicu kemarahan Nizam. Siapapun tahu kalau Nizam sangat marah kalau sudah mendengar seseorang menyebut tentang harem di hadapannya.     

Tetapi Nizam malah tersenyum mendengar perkataan Pangeran Abbash.     

"Aku sudah bilang tadi kalau Aku hanyalah manusia biasa yang jauh dari kesempurnaan. Aku hanya manusia yang memang ditakdirkan oleh Tuhan terlahir menjadi seorang putra Mahkota kerajaan Azura. Sedikitpun Aku tidak meminta mereka untuk menjadi istriku.     

Aku tidak memiliki hak untuk memilih dan menolak. Ibuku dan para tetua menyimpannya di dalam istanaku. Aku hanya menikahi putri Rheina secara agama sementara yang lainnya adalah secara adat. Aku merasa sudah memberikan semua hak mereka selaku istriku. " Kata Nizam     

"Hak yang mana Yang Mulia ? " Kata Pangeran Abbash lagi semakin menantang Nizam. Tetapi Nizam tetap tersenyum. Ia tidak terpancing oleh perkataan Pangeran Abbash. Nizam tahu kalau pangeran Abbash hanya ingin menantang kepintarannya saja. Bukankah sebenarnya jawabannya sudah tahu kalau Nizam memang tidak ingin menyentuh para istrinya.     

"Aku pikir semua orang yang ada di sini sudah dewasa. Tahu persis bagaimana permalahanku dengan para istriku. Kalau kau hendak membandingkan antara kasus diriku dan dirimu itu tidak adil. Ini adalah dua hal yang sangat berbeda.     

Aku dipaksa menikahi mereka. Aku tidak bisa menyentuh mereka karena memang hatiku tidak bisa menerimanya. Aku tidak ingin melakukan suatu pekerjaan yang menyiksanku secara lahir dan batin.     

Tetapi kasusmu berbeda, Kau diberi pilihan untuk menikahi Lila atau tidak. Jadi karena kau sudah menyetujui untuk menikahinya maka Kau harus berkewajiban untuk memberikannya nafkah lahir dan batin." Nizam menjawab telak membuat Pangeran Abbash langsung terdiam.     

Ia memang tadinya ingin mengetahui permasalahan sebenarnya antara Nizam dengan para istrinya. Ia mencoba membandingkan antara kasus dirinya dengan kasus Nizam. Bahwa mereka sama - sama menikahi wanita yang tidak dicintainya tetapi mengapa Ia harus bertanggung jawab lahir dan batin kepada Lila sedangkan Nizam tidak.     

Pangeran Abbash ingin tahu juga sejauh mana Nizam mencintai Alena. Ia sudah mengorbankan dirinya sendiri untuk merelakan Alena kepada Nizam. Walaupun Ia tahu kalau Ia tidak akan pernah melawan Nizam tetapi Ia juga tidak ingin tidak berjuang untuk mendapatkan cinta Alena jadi ketika ketika Ia mendapatkan jawaban seperti itu, sesungguhnya pangeran Abbash menjadi lega. Ia merasa yakin kalau Nizam memang benar - benar mencintai Alena.     

Para tamu yang hadir tampak menganggukan kepalanya menyetujui perkataan Nizam. Kalau memang seseorang tidak ingin menyentuh seseorang mengapa harus dipaksa juga. Kalau sampai menyiksa lahir dan batin bukannya itu malah menjadi tidak baik.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.