CINTA SEORANG PANGERAN

Anak Kita



Anak Kita

" Aku benar – benar tidak ingin menikah lagi. Banyak wanita yang setelah suaminya meninggal tidak ingin menikah lagi karena merasa tidak ada seorang pun yang bisa menggantikan suaminya di sisinya"     

"Apakah Kau merasakan itu juga ? Kau tidak ingin menikah lagi karena tidak ada satu orangpun yang menggantikan posisinya dihatimu ?" kata Pangeran Abbash tiba –tiba dia merasa cemburu mendengar cerita Lila.     

"Bukan seperti itu. Aku memang mencintai Edward tetapi rasa cinta itu seketika hilang ketika dia begitu tega meninggalkan Aku dengan anakku. Tadinya Aku mengharapkan cinta dikehidupan yang akan datang. Maksudku kehidupan setelah aku meninggal. Tetapi kemudian Aku mengetahui kalau mertuaku ingin membunuhku karena menganggapku Aku adalah pembunuh anaknya.     

Ia akan mengambil anakku dan membunuh diriku. Bagaiman bisa aku meninggalkan anakku seorang diri di bawah pendidikan dia yang begitu tidak bermoral. Dan kejamnya Mertuaku adalah dia berniata membunuhku disaat aku sedang melahirkan. Ketika melahirkan maka wanita tidak akan memiliki kekuatan apapun sehingga sangat mudah untuk dibunuh.     

Untungnya Tuhan menolongku melalui diri Yang Mulia. Disaat itulah Aku bersimpati kepada Yang Mulia dan ketika Putri Alena menyadarkanku bahwa Aku butuh seorang pelindung untuk melindungiku dan anakku maka Aku menerima tawarannya untuk menikah denganmu dengan harapan walaupun Yang Mulia tidak mencintaiku tetapi Yang mulia akan tetap melindungiku dan anakku. Apakah keinginanku ini berlebihan?" Kata Lila dengan wajah sendu.     

Pangeran Abbash tertawa senang melihat Lila sangat membutuhkan perlindungannya. Tidak apa – apa kalau Lila belum mencintainya yang penting Ia membutuhkan dirinya dulu. Soal cinta nanti nyusul belakangan. Bukankah kata Nizam lebih baik wanita menikah dengan pria yang mencintainya daripada sebaliknya. Walaupun tidak selamanya begitu. Karena bagi seorang laki – laki yang baik apakah dia mencintai atau tidak istrinya dia tetap akan bersikap baik kepada istrinya. Itulah sebabnya jika seseorang hendak menikah yang penting lihatlah dulu akhlaknya seperti apa.     

"Tentu saja itu tidak berlebihan. Aku bahkan merasa sangat senang kau memerlukan perlindunganku . Kau tidak usah merasa sendiri lagi. Akan ada Aku yang selalu disampingmu. Aku akan melindungi kau adan anakmu. Aku juga akan berusaha menjadi ayah yang baik untuk anakmu. Oh ya ngomong - ngomong siapa nama anakmu ? " Pangeran Abbash tiba – tiba bertanya nama anaknya. Lila menggelengkan kepalanya. Ia memang belum memberinya nama karena dengan sengaja Ia ingin Pangeran Abbash yang memberikannya nama agar ada ikatan batin yang terjalin diantara mereka.     

"Aku masih belum memberinya nama ?"     

"Hah ? Sudah hampir sebulan lebih kau masih belum memberinya nama ?" Kata Pangeran Abbash terkejut.     

"Aku menunggu Yang Mulia untuk memberinya nama " Kata Lila membuat Pangeran Abbash langsung berbunga – bunga bahagia. Kini pipi Pangeran Abbash yang bersemu merah.     

"Kau sangat pintar membuat Aku bahagia. Kau belum apa – apa sudah sangat menghargaiku. Aku mencintaimu Lila. Aku harap Kau akan mencintaiku juga" Kata Pangeran Abbash sambil merengkuh Lila ke dalam pelukannya. Seakan Ia tidak ingin melepaskannya lagi.     

"Jadi berikanlah nama untuk anak kita" Kata Lila membuat Pangeran Abbash semakin mabuk kepayang. Ia sangat menyukai anak – anak. Baginya mereka sangat lucu dan menyenangkan. Jadi Pangeran Abbash langsung berpikir keras mencarikan nama untuk anaknya Lila yang kata Lila itu adalah anak mereka.     

Alangkah bahagianya Pangeran Abbash, Ia kini memiliki anak sendiri walaupun Ia tetap menyayangi si kembar.     

"Dulu Aku pernah berkhayal kalau Aku memiliki anak laki – laki maka akan Aku beri nama Ia, Ezhar Fahreza Hafiza yang artinya adalah seorang laki – laki yang gemilang ksatria pemberi semangat. Nama itu akan kuberikan untuknya. Aku akan memanggilnya Ezhar putra Pangeran Abbash. Ia akan menjadi seorang pangeran. Pangeran Ezhar. Aku akan melatihnya menjadi seorang ksatria yang hebat" Kata Pangeran Abbash dengan penuh semangat.     

"Itu adalah nama yang sangat indah, terima kasih Yang Mulia " Kata Lila sambil tersenyum bahagia. Akhirnya anaknya memiliki nama. Ia selama ini hanya memanggilnya Cah Lanang karena memang belum memiliki nama. Lila kemudia melihat Pangeran Abbash tampak terbangun dengan mata berkilat – kilat. Ia bahkan meloncat turun dari tempat tidur.     

"Mau kemana Yang Mulia ? " Kata Lila melihat Pangeran Abbash yang tergesa – gesa menuju kamar mandi. Lila menjadi heran sehingga Ia juga kemudian ikut bangun dan berjalan perlahan menuju kamar mandi. Ia hanya berdiri di depan pintu kamar mandi dan tidak berani masuk.     

Pangeran Abbash juga tampak tidak memperdulikannya. Ia sibuk mandi dan ketika keluar dari kamar mandi Ia melihat Lila berdiri di depan pintu. Pangeran Abbash jadi heran.     

"Ada apa kau berdiri di situ ? Mau mandi jugakah ? Atau kau memang ingin mandi bareng bersamaku ? Atau kau ingin begitu lagi" Kata Pangeran Abbash sambil tersenyum mesum.     

"Bukan seperti itu Yang Mulia. Aku hanya ingin tahu mengapa Yang Mulia begitu tergesa – gesa mandi ?" Kata Lila sambil melihat Pangeran Abbash mengenakan pakaiannya juga sambil tergesa – gesa.     

" Aku tidak sabar ingin bertemu anakku. Aku akan pergi ke kamarnya dan akan memindahkan tempat tidurnya disamping tempat tidur kita" Kata Pangeran Abbash sambil melangkah hendak keluar.     

"Tetapi mengapa ?Bukankah sebaiknya anak – anak memiliki kamarnya sendiri ? " kata Lila dengan hati yang begitu bahagia melihat Pangeran Abbash begitu manyayangi putranya.     

" Tidak !! Biarlah Ia bersama kita dulu. Aku ingin mengurusnya sendiri. Aku tidak butuh pelayan. Kalau aku sibuk baru boleh diurus oleh pelayan" Kata Pangeran Abbash sambil keluar tetapi baru saja Ia membuka pintu, tubuhnya kembali mundur ke belakang melihat dua orang dan beberapa pelayan sudah berdiri di depan pintu kamarnya.     

Lila ikut terkejut melihat Pangeran Abbash kembali mundur. Ada apa ? Oh rupanya ada seseorang di depan pintu. Tetapi siapa ? Pelayankah ? Lila berjalan sedikit sambil melihat ke arah pintu.     

"Pu.. tri Alena ? Ada perlu apakah ? " Kata Pangeran Abbash sambil menganggukan kepalanya.     

"Aku hanya ingin mengecek keadaan Lila saja " Kata Alena sambil tersenyum kepo matanya langsung jelalatan mencari Lila.     

"Tetapi Lila baik – baik saja." Kata Pangeran Abbash dengan wajah merah. Ia langsung tahu kalau Alena akan mengecek kondisi Lila sesuai peraturan kerajaan.     

"Baik – baik..? Coba Aku lihat. Lila berjalanlah ke arahku " Kata Alena sambil tersenyum nakal. Lila hanya terpaku di tempatnya. Ia ingin mengatakan tidak apa – apa tapi kalau Alena melihat caranya berjalan maka semua akan tahu kalau Ia tidak baik – baik saja.     

"Mengapa Kau diam saja ? Ayo kemarilah. Aku ada hadiah untuk mu " Kata Alena sambil membukakan sebuah kotak perhiasan yang isinya adalah sebuah gelang indah bertaburkan permata.     

"Simpan saja Yang Mulia.." Kata Lila sambil tetapi berdiri dan tidak berjalan. Pangeran Abbash menjadi semakin gugup. Semesum – mesumnya dirinya kalau sampai diketahui seperti ini Ia jadi teramat malu.     

"Biar Aku saja yang memberikannya " Kata Pangeran Abbash sambil hendak meraih kotak itu dari tangan Alena tetapi Alena malah menjauhkannya. Alena lalu melangkah masuk dan berdiri tepat di depan Lila.     

"Kau berjanji kepadaku dan kau harus menepatinya" Kata Alena membuat Pangeran Abbash keheranan.     

"Memangnya kalian ada perjanjian apa ?" Kata Pangeran Abbash.     

"Ini antara dua orang wanita. " Kata Alena sambil menarik tangan Lila dan Lila langsung memekik tidak sadar ketika di tarik Alena. Luka itu memang perih kalau saling bergesekan.     

"Akh.. hati – hati, sakit " Kata Lila sambil meringis. Dan Alena langsung mendelik.     

"kau keterlaluan Pangeran Abbash. Kau semalaman pasti menyiksa istrimu. Pantas saja Bastnah bilang kalau Lila mengalami luka yang cukup parah"     

"Ah..luka apa ? luka apa ? Aku permisi dulu..a da urusan" Kata Pangeran Abbash dengan muka pucat pasi. Ampun.. terhadap Calon Ratu Azura. Pangeran Abbash tidak ingin diomeli di depan para pelayan karena sudah menyiksa Lila semalaman. Cynthia tertawa melihat Pangeran Abbash yang kabur dari hadapan Alena. Kena kau buaya darat, bisik Cynthia dalam hatinya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.