CINTA SEORANG PANGERAN

Kau Harus Terbiasa dengan Pelayan



Kau Harus Terbiasa dengan Pelayan

Alena menatap Pangeran Abbash yang melarikan diri dari pertanyaan Alena.      

"Mengapa semua orang takut Aku tanyai? Aku cuma ingin bertanya apa yang terjadi tadi malam" Kata Alena sambil menyeringai menyebalkan. Lila sudah merah padam menahan malu. Mana Ia belum mandi.     

"Yang Mulia, izinkan Aku mandi terlebih dahulu" Kata Lila sambil menganggukkan kepalanya.      

"Mmm.. baiklah. Aku pikir Aku tidak datang terlalu pagi." Kata Alena sambil mengerlingkan matanya yang indah. Muka Lila bertambah merah. Ia tahu kalau Alena sedang menyindirnya. Saat ini hari sudah sangat siang bahkan menjelang sore. Bahkan perut Lila terasa sangat lapar dan badannya begitu lemas.      

Lila hampir tidak bisa menopang badannya sendiri. Ia sebenarnya sangat ingin berbaring lagi dan meluruskan pinggangnya yang terasa patah. Tubuhnya juga sangat sakit dan perih. Ia juga belum minum obat penahan sakit     

"Mandilah dulu, Aku akan menyuruh para pelayan untuk melayanimu" Kata Alena sambil bertepuk tangan dan beberapa pelayan datang menghampirinya.     

"Tidak usah Yang Mulia" Lila menolak karena memang Ia tidak ingin dimandikan oleh orang lain.     

"Tidak.. ini bukanlah sembarangan mandi. Ini Mandi yang menggunakan air berempah dan akan menyegarkan serta menguatkan tubuh mu kembali. Kau juga akan dipijat agar badan mu tidak pegal.      

Ini seperti ramuan yang bisa digunakan masyarakat kita. Cuma mungkin lebih menggunakan ramuan herbal Azura. Ayolah Lila jangan ngeyel. Aku tahu kau begitu tersiksa dengan kondisi mu. Jangan keras kepala ini semua untuk kebaikanmu"Kata Alena sambil mendorong pintu kamar mandi.     

Ia yang memilihkan dan menyiapkan kamar pengantin untuk Lila sehingga Ia lebih tahu isi dan perlengkapan yang ada didalamnya. Lila menatap Alena yang menyuruh beberapa pelayan masuk ke dalam kamar mandi.     

Bak mandi yang elegan dan mewah itu di isi air yang ditaburi bunga dan beberapa akar wangi serta esen. Para pelayan itu juga menyiapkan lulur, sabun dan perlengkapan mandi lainnya.     

Bak mandi mewah itu tidak terletak dipinggir kamar mandi tetapi di tengah sehingga para pelayan bisa membantu Lila mandi dari berbagai arah. Setelah semua siap, Alena kemudian menyuruh para pelayan untuk membawa Lila dan Lila hanya pasrah karena Ia tidak mungkin lagi menolak. Mata Alena begitu tajam menatapnya. Dan kalau Alena sudah serius seperti itu maka siapapun tidak bisa menolaknya.     

Lila lalu masuk ke dalam. Alena kemudian meminta pakaian Lila di lepas satu persatu. Lila mau protes tetapi Alena kemudian berkata,     

"Kau tidak usah takut. Para pelayan ini sudah bersumpah setia kepada kami. Tidak akan ada yang berani membocorkan rahasia apapun yang akan mempermalukan dirimu. Jadi bersikaplah seakan - akan mereka adalah bagian dari dirimu.      

Kau adalah seorang putri sekarang, jadi sudah saatnya kau hidup membiasakan diri dikelilingi banyak pelayan. Kau juga harus belajar mengendalikan mereka. Sekarang kalau kau tidak mulai mengenali bagaimana para pelayan bekerja bagaimana kau bisa mengendalikan mereka" Kata Alena kepada Lila.     

Lila yang cerdas itu menatap Alena dengan muka kagum. Ia baru tahu kalau dibalik sikap konyolnya ternyata Alena bisa begitu serius.     

Ketika Lila masuk ke dalam bathtub maka para pelayan itu kemudian bergerak menggosok dan mengusap tubuh Lila dengan lembut. Mereka seakan takut melukai tubuh halus itu. Lila tampak merah padam karena malu dan Ia memang belum terbiasa dilayani begini.     

Tinggal bersama Edward bagi Lila jauh lebih menyenangkan dibandingkan dengan sekarang. Edward memiliki privacy tinggi. Di apartemen Edward mereka hanya memiliki satu orang pelayan yang tinggal di sana. Kehidupan sehari - hari tidak terlalu ribet. Mereka tidak mencuci pakaian sendiri karena mereka biasanya menggunakan jasa laundry.      

Orang yang membersihkan rumah dan memasak ada tetapi biasanya mereka pulang pergi dan tidak lebih dari dua atau tiga jam. Jadi memang mereka hidup hanya berdua. Tetapi sekarang Lila merasa kebebasan hidupnya sudah terampas.      

Usai mandi Lila kemudian berbaring di sebuah tempat yang memang disediakan untuk tempat memijat. Tubuh Lila dipijat dengan tangan pelayan wanita yang begitu terampil sehingga ketika selesai di pijat Lila merasakan seluruh sakit dibadannya menjadi hilang seketika. Apalagi setelah di pijat Lila kemudian diberikan minuman ramuan untuk menyegarkan badan.     

Alena tersenyum melihat wajah Lila yang pucat kini mulai berdarah kembali. Alena juga kemudian menghidangkan banyak makanan bergizi dan yang luar biasa adalah hidangan yang tersaji adalah hidangan Indonesia. Menu makan siang nasi gudeg lengkap dengan krecek, tahu, telur dan ayam yang sudah tercabik - cabik saking lembutnya.      

Ayam bakar bumbu rujak terhidang lengkap dengan sambalnya. Kerupuk udang, emping melinjo dan berbagai macam kue tradisional Indonesia terhidang manis di depan Lila.      

Lila menatap Alena dengan mata berkaca - kaca. Ia seperti menemukan saudara jauh. Semenjak tinggal di Amerika. Lila belum pernah makan makanan Indonesia. Selera makannya mengikuti kebiasaan Edward dan Edward terlalu sibuk untuk memperhatikan apa yang diinginkan oleh Lila.      

Lila juga terlalu sungkan untuk meminta kepada Edward. jadinya Ia hanya makan makanan ala Amerika. Lila juga enggan keluar hanya untuk mencari makanan. Banyaknya paparazi di luar membuat Lila lebih suka mendekam dikamarnya.     

Jadi ketika Alena menyajikan makanan Indonesia, Lila menjadi sangat terharu.      

"Terima kasih Putri Alena. Anda sangat baik sekali. Aku selama ini memang sangat merindukan masakan Indonesia" Kata Lila sambil mencukil nasi dari tempatnya lalu menuangkannya kemudian tidak lama kemudian Lila lahap makan nasinya ditemani oleh Alena yang ikut makan nasi gudeg dengan ayam bakar bumbu pedas. Cynthia sendiri hanya makan croisant berisi telur, keju dan daging asap. Ia tidak ingin mencoba masakan Indonesia yang masih aneh dimulutnya.     

Apalagi nasi gudeg yang bagi Cynthia seperti memakan puding yang aneh. Ada lauk nasi yang rasanya begitu manis. Belum lagi tekstur yang lembek - lembek sedikit berair membuat Cynthia menggelengkan kepalanya ketika ditawari oleh Alena.      

Para pelayan yang tidak pernah mencoba makanan yang sedang Lila dan Alena makan hanya melirik sedikit sambil merinding melihat makanan yang berwarna coklat pekat itu.     

"Darimana Yang Mulia mendapatkan makanan ini ?" kata Lila sambil memasukan nasinya kembali ke dalam mulutnya yang mungil.     

"Aku datangkan langsung dari Jogjakarta " Kata Alena dengan santai membuat Lila langsung terbatuk keselek.      

"Menggunakan apa? Pengiriman antar luar negeri ? Kapan pesannya ?" Kata Lila sambil menggelengkan kepalanya takjub. Hanya sekedar makanan. Alena sampai mendatangkan langsung dari Indonesia.     

"Aku menggunakan pesawat jet milik suamiku. Aku hanya ingin menyenangkan dirimu. Lagipula di sini kebanyakan makanan berasal dari India dan Arab. Jadi Aku ingin kau tahu bahwa Aku begitu perduli kepadamu. Jadi Lila belajarlah untuk menghargai dirimu sendiri" Kata Alena sambil tersenyum setelah mereka selesai makan.      

Alena, Lila dan Cynthia duduk bertiga sambil menikmati secangkir minuman panas.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.