CINTA SEORANG PANGERAN

Momo dan Mimi



Momo dan Mimi

Nizam menggelengkan kepalanya, Jendralnya yang satu ini kayanya kebanyakan mikirin para prajurit sehingga sampai lupa dengan kehidupannya sendiri.     

"Masih ingat tidak ketika kita pulang dari tempat Sisca dulu pulangnya kita pergi ke restoran India, Dan dia adalah pemilik restoran itu" Kata Nizam sambil matanya menatap ke arah makanan yang disajikan oleh Zarina. Ia mengakui bahwa Zarina selain cantik dan memiliki ilmu kebatinan yang lumayan Ia juga sangat pintar memasak. Amar sungguh sangat beruntung.     

Sementara Imran mengingat – ngingat, Zarina melihat tatapan mata Nizam ke arah gulab janum yang memang tampak sangat menggiurkan. Berwarna coklat keemasan dan mengkilat karena siraman madu.     

"Silahkan Yang Mulia dicicip " Kata Zarina sambil menganggukan kepala penuh dengan rasa hormat. Lalu Ia mengambil piring kecil dan mengisinya dengan sebuah gulab janum lalu menyimpan sendok kecil di sisi gulab janum tersebut sebelum kemudian memberikan kepada Nizam. Nizam tersenyum sambil mengulurkan tangannya dan mengambil pisin tersebut.     

Lalu Ia mencicipinya sedikit ketika dirasa ternyata sangat enak maka Ia meneruskannya mengambil lagi dan menyuapnya. Tetapi kemudian Ia hampir tersedak ketika Imran berteriak.     

"Ah.. hamba ingat sekarang. Dia gadis yang tergila – gila kepada Yang Mulia Pangeran Thalal. Hamba masih ingat dia sangat ingin berfoto dengan Pangeran Thalal " Kata Imran dengan penuh kegembiraan. Tidak sadar kalau pangerannya sedak tersedak karena kaget. Untungnya dengan sigap Amar segera memberikannya air minum.     

"Kau bisa pelan – pelan tidak ?" Kata Amar sambil mendelik kepada temannya itu. Imran kaget dan segera sadar kalau Ia mengejutkan Nizam sehingga Ia segera meminta maaf.     

"Ampuni hamba Yang Mulia. Hamba sungguh tidak sadar" Kata Imran dengan perasaan sangat menyesal.     

Nizam melambaikan tangannya. "Sudah.. sudahlah. Oh ya bagaimana Amar, kau sudah mengecek semua pengawal, kita akan pergi sekitar dua hari lagi. Tadi Arani menelpon kalau jadwal keberangkatan pesawat kita kemungkinan dua hari lagi. Aku tidak ingin pada saat keberangkatan ada yang tertinggal." Kata Nizam kepada Amar.     

"Insha Alloh tidak Yang Mulia. Semua pengawal yang ada di luar hamba minta berkumpul malam ini dan segera menyiapkan bawaan masing – masing. Bahkan Zarina sudah memantau persiapan para pelayan. Pengepakan pakaian dan perlengkapan lainnya sudah selesai di lakukan.     

Kita hanya akan meninggalkan beberapa pelayan dan pengawal untuk bertugas bergantian tiga bulan sekali. " Kata Amar.     

"Bagaimana dengan para binatang, Jangan lupa cheetah yang menjadi hadian anakku dari adikku harus dibawa. Jangan ada yang ditinggalkan satupun kecuali ikan dan burung" Kata Nizam menegaskan kembali. Walaupun ikan di aquariumnya kebanyakan berisi ikan mahal yang langka tetapi Nizam tidak ingin membawanya karena Ia tidak ingin aquarium di kediamannya kosong. Sedangkan binatang buas harus dibawa dan tidak mungkin ditinggalkan disini karena perawatannya yang rumit serta mereka memang binatang peliharaan yang biasa di ajak bermain olehnya dan Pangeran Thalal.     

"Binatan – binatang itu sedang diurus oleh Yang Mulia Pangeran Thalal. Mereka sudah bersiap di dalam kerangkengnya masing – masing sehingga ketika pemberangkatan tinggal diangkut "     

"Pastikan mereka nyaman di dalam pesawat. Aku tidak ingin ada yang mati satupun. Mereka semua binatang yang Aku dan adikku pelihara dari kecil. Mereka sudah dekat dengan kami " Kata Nizam sambil melap mulutnya dengan lap serbet lembut. Lalu Ia meminta laporan semua persiapan yang sudah selesai dilakukan dan yang belum dilakukan. Amar memberikan kertas laporan yang sedari tadi dipegangnya dan Nizam lalu melihatnya dengan teliti.     

Zarina mengintip dari samping wajah Nizam yang begitu serius melihat laporan dari Amar suaminya. Kelebihan Nizam dari semua pangeran adalah wajahnya yang begitu berwibawa, ada aura yang kuat muncul dari tubuhnya dan memadamkan semua aura yang ada disekitarnya. Nizam memang ditakdirkan untuk menjadi raja yang besar.     

Zarina juga melihat kalau Nizam sebenarnya memiliki aura kebatinan yang kalau diasah mungkin akan melebihi aura kebatinan dari Pangeran Abbash. Tetapi Nizam tidak ingin melakukannya. Ia lebih ingin mengandalkan firasat dan analisanya saja dari pada meminta bantuan dari yang tidak jelas.     

Matanya yang tajam tampak bergerak – gerak membaca laporan, sesekali tangannya mampir di bibirnya yang ikal dan seksi itu. Bibir Nizam tidak semerah bibir Pangeran Abbash atau Pangeran Thalal karena Ia memang suka merokok tetapi tidak mengurangi keindahannya.     

Setelah beberapa saat kemudian Nizam mengangkat kepalanya. Rambutnya yang coklat dan tidak tertutupi kain penutup kepala itu bergerak bagaikan ombak di lautan.     

"Aku pikir sudah cukup baik, lanjutkan. Aku akan pergi ke tempat para binatang untuk mengecek pekerjaan adikku" Kata Nizam sambil berdiri dan tubuh tinggi besar itu langsung menjulang ketika Ia bangun. Nizam melirik ke arah Fuad dan Ali yang berdiri di belakangnya. Dan Ia melihat wajah Ali yang sedikit muram dan berusaha tidak memandang Zarina.     

Nizam segera tahu kalau Ali masih belum bisa melupakan Zarina. Nizam menghela nafasnya kalau sudah urusan cinta mau segagah apapun. Laki – laki biasanya kalah. Nizam harus mengambil tindakan karena Ia tidak ingin pengawalnya berjalan pincang. Nizam harus berbicara dengan Alena karena soal kewanitaan Alena sangat pintar dan cerdas.     

Ketika sampai di tempat para binatang buas berada, Nizam melihat Pangeran Thalal sedang menggendong cheetah.     

"Hallo Momo.. hallo Mimi " Nizam menyapa cheetah – cheetah itu. Dan kemudian mengambilnya satu dan menggendongnya.     

Pangeran Thalal mengelus kepala Cheetah itu dengan lembut.     

"Sudah lama Aku tidak menengoknya. Aku pikir Ia akan lupa kepadaku tetapi nyatanya mereka langsung berlari mendekatiku dan menggesek – gesekan kepala mereka di kakiku " Kata Pangeran Thalal sambil tertawa.     

"Mereka bertambah gemuk dan tinggi, sungguh sangat menggemaskan " Kata Nizam.     

"Kakak.. Jadinya kapan Kita akan terbang ?" Kata Pangeran Thalal bertanya kepada Nizam.     

"Kata Arani dua hari lagi "     

"Bagaimana dengan Pangeran Abbash ? Apakah dia akan pulang ke Zamron atau akan tetap di Amerika atau hendak pergi kemana ?" Pangeran Thalal bertanya kepada Nizam.     

"Dia akan pulang ke Zamron. Kau tahu kalau Pangeran Barry sekarang sudah diturunkan jadi putra mahkota dan dia diasingkan. Jadi sekarang mau tidak mau yang akan jadi putra Mahkota adalah Pangeran Abbash"     

Pangeran Thalal terkejut dan Ia langsung berseru,     

"Bagaimana dengan Lila ? Ia tidak mungkin menjadi seorang putri mahkota. Dia janda dan memiliki anak dari pria lain. Anaknya laki – laki lagi."     

Nizam menganggukan kepalanya, '"Yah.. ini akan jadi persoalan yang rumit. Lebih rumit dari persoalanku"     

"Mengingat karakter dari Pangeran Abaash yang lumayan keras Aku pikir dia akan mempertahankan Lila untuk menjadi Ratunya. Tetapi masalah anak pertama yang bukan dari anggota keluarga kerajaan akan menjadi batu sandungan yang sangat sulit. Ia harus berjuang sangat keras "     

"Kalau Anak Lila menjadi penghalang bagi Lila untuk menjadi ratu. Aku bersedia menerima anaknya di istanaku. Karena Aku berniat akan menjodohkan Pangeran Ezhar dengan putri Alexa " Kata Nizam     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.