CINTA SEORANG PANGERAN

Aku Bagaikan Ayam Pejantan



Aku Bagaikan Ayam Pejantan

Pangeran Thalal terkejut mendengar perkataan Nizam. Ini sebuah usulan yang menarik. Dengan memberikan bayi mereka kepada Nizam maka Lila ada kemungkinan bisa menjadi ratu tetapi pengorbanannya lumayan besar. Yaitu memberikan bayinya untuk di asuh oleh Nizam dan Pangeran Thalal langsung bisa menebak kalau Lila pasti akan menolaknya.     

"Itu tidak mungkin.. Lila pasti tidak ingin berpisah dari bayinya " Kata Pangeran Thalal. Tetapi Nizam malah mengangkat bahunya.     

"Kalau Lila termasuk orang yang berpikir dia pasti tidak akan keberatan. Toh perpisahan ini tidak akan selamanya. Cukup sampai dia dinobatkan sebagai Ratu. Saat ini situasi kerajaan Zamron sedang genting, beberapa pemberontakan kaum sparatis mulai bermunculan. Mereka hendak memancing di air keruh.     

Bentrokan terjadi antara pendukung Pangeran Barry yang fanatik yaitu para pejabat yang memang mereka menduduki posisinya karena pertolongan dan kedekatan dengan Pangeran Barry bentrok dengan para pengusaha yang menginginkan Pangeran Barry turun dari posisinya agar Amerika segera mencabut embargonya, "     

Pangeran Thalal mendengarkan setiap perkataan dari Nizam dengan seksama.     

"Pangeran Abbash saat ini tidak memiliki pendukung. Bukankah selama ini dia selalu tenggelam dibalik nama besar kakaknya. Dia selalu bergerak untuk memuluskan jalan kakaknya termasuk membunuh semua pejabat yang berusaha menghalangi Kakaknya untuk menduduki pangeran putra mahkota.     

Saat ini jika Pangeran Abbash ingin menggantikan kakaknya maka Ia harus mendapatkan dukungan dari para pejabat dan itu tidak mungkin dilakukan jika Ia tidak memiliki istri yang masih suci untuk menjadi Putri Mahkota dan tentu saja bayinya tidak boleh ada di istana. Bayi itu akan menjadi penghalang yang paling besar."     

Pangeran Thalal menganggukan kepalanya, Ia mengagumi analisa kakaknya yang selalu luar biasa.     

"Apa kakak sudah mengatakan hal ini kepada Pangeran Abbash ?" Pangeran Thalal bertanya.     

"Dia tadinya hendak perdi ke Scotlandia dan tidak ingin pulang ke Zamron tetapi Aku mengatkan bahwa ibundanya sedang sakit sehingga Ia harus pulang ke Zamron. Saat ini dia sedang ingin hidup nyaman. Ia mulai mencintai Lila dan anaknya bahkan Ia memberikan nama kepada bayinya Lila dan menganggap bahwa bayi itu sebagai anaknya sendiri .     

Jadi kalau seandainya Aku mengatakan bahwa Ia dan Lila harus berpisah dengan bayi mereka. Mereka pasti tidak mau pulang Ke Zamron dan Aku sangat kasihan dengan Ratu Ariel. Dia bisa mati berdiri kalau kedua anak lelakinya pergi meninggakan dia" Kata Nizam     

"Apakah kakak berpikir kalau Pangeran Abbash hanya akan menikahi Lila seorang ? Atau dia akan menikah lagi. Dia sangat tampan dan sebagai putra mahkota maka akan banyak wanita yang disediakan untuknya. Track recordnya sebagai playboy kelas kakap akan sangat mendukungnya jika dia menikahi banyak wanita" Kata Pangeran Thalal.     

"Aku pikir dia sudah insyaf. Lila akan jadi pelabuhan yang terakhir "     

"Mengapa Kakak sangat yakin?"     

" Dia langsung mau menikah dengan Lila padahal baru bertemu sebentar. Ia orang yang bebas, merdeka. Ia tidak akan mau menikahi Lila kalau Ia tidak mencintainya. Tetapi entahlah kalau dia sudah bermain politik. Dan Lila sendiri bukan wanita bodoh yang terlalu pencemburu.     

Rasa cemburunya agaknya sudah mati karena luka yang ditinggalkan Edward " Kata Nizam.     

"Aku tahu itu Kakak, Ini seperti luka yang bertubi – tubi mengenai luka seseorang sehingga saking banyaknya luka dia tidak takut lagi jika akan ada luka baru yang muncul. " Pangeran Thalal mencoba menyimpulkan arah pembicaraan kakaknya.     

"kau benar sekali. Seperti itulah keadaan Lila"     

"Tetapi Kakak, mengapa kakak seperti terlihat sangat mendukung Pangeran Abbash padahal Pangeran Abbash adalah musuh kita"     

"Dia bukan musuh kita lagi sejak dia menyelamatkan bayi – bayi kita dan menjaga kehormatan Alena" Kata Nizam.     

"Menjaga kehormatan Kakak Putri? Apa maksudnya ?" Pangeran Thalal tidak mengerti     

"Waktu di malam wisuda itu dia menculik Alena dan menyelamatkannya dari kakaknya sendiri. Dia membawa Alena ke hotel tetapi dia tidak menyentuhnya. Dia menghormati Alena karena memang Ia tidak ingin menodainya. Aku merasa dia saat itu tidak terlalu buruk walaupun Aku menembak kedua bahunya sebagai peringatan kepada dia karena sudah membawa lari Alena "     

"Walaupun begitu, Aku tetap merasa heran, bukankah Kakak biasanya tidak mudah percaya dengan seseorang tetapi mengapa Kakak sangat mempercayai Pangeran Abbash bahkan menikahkannya dan mengizinkan dia tinggal di rumah ini."     

"Itu karena istrimu menerima usulan dari Alena untuk menjodohkan Pangeran Abbash dengan Lila. Aku pikir dia memiliki pemikiran lain tentang Pangeran Abbash apalagi kemudian Dia menyembunyikan kenyataan bahwa Pangeran Abbash memiliki Amrita dan tidak memberitahukannya kepada Alena.     

Otak istrimu itu juga tidak bisa dipandang remeh. Ia pasti sudah memikirkan matang – matang kenapa Dia meminta Aku menerima pernikahan ini " Kata Nizam.     

"Aku tidak mengerti Kakak. Apakah Kakak sudah tahu jawabannya kenapa?"     

Nizam tersenyum terlebih dahulu sebelum menjawab pertanyaan adiknya itu.     

"Dia pikir kalau Pangeran Abbash ke depannya akan sangat bermanfaat dengan kita. Dan itu sudah terbukti. Jika Pangeran Abbash naik tahta maka tidak akan ada lagi berani menggeser kedudukan Azura karena Aku berani bertaruh kalaau Pangeran Abbash tidak akan pernah berniat meluaskan kekuasaannya dan Ia akan membela kerajaan Azura dari serangan kerajaan lain."     

Pangeran Thalal terus menganggukan kepalanya, ini sangat menarik dan membuat Ia tidak sabar ingin segera pulang ke Azura.     

"Kakak bagaimana dengan keadaan Azura ? Apa kakak sudah membuat peta konsep untuk menghapi konflik di Azura yang pasti akan langsung muncul begitu kaki kita menginjak di tanah Azura"     

Nizam malah nyengir kuda mendengar pertanyaan adiknya,     

"Saat ini Aku fokus ke Harem dulu. Aku tidak akan menang melawan para pejabat dan negera Aliansi lainnya kalau Aku tidak bisa menenangkan Harem. Ada banyak wanita yang harus aku tiduri dan harus aku hamili agar aku bisa memperkokoh posisiku.     

Ya Tuhan.. Aku berasa jadi ayam pejantan yang harus meniduri semua ayam betina hanya untuk menghasilkan telur. Sungguh diri ini tidak beruntung." Kata Nizam dan itu langsung menimbulkan ledakan tawa di mulut Pangeran Thalal. Nizam tadinya begitu kesal mendengar adiknya mentertawakannya tetapi kemudian Ia ikut tertawa terbahak – bahak. Nizam merasa sangat lucu karena membayangkan Ia menjadi ayam pejantan dan salah satu ayam betinanya adalah Alena.     

Para Cheetah di tangan mereka tampak bersuara perlahan melihat gelak tawa dua pangeran tampan itu membuat cheetah bereaksi. Dan tangan Pangeran Thalal serta Nizam refleks menenangkan mereka.     

" Momo dan Mimi harus sering berinteraksi dengan manusia dan jangan biarkan mereka hanya menurut kepadamu "Kata Nizam sedikit berang melihat Momo dan Mimi memperlihatkan wajah galak.     

"Iya.. Aku terlalu sibuk untuk sering - sering menengok ke sini " Pangeran Thalal tampak membela diri.     

"Tetapi kau dan Arani yang seharusnya berjaga dan membuat shift berdua agar semua menjadi terpelihara dengan benar."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.