CINTA SEORANG PANGERAN

Jangan Tinggalkan Aku



Jangan Tinggalkan Aku

Melihat muka Pangeran Abbash yang tampak kesal dan geram dan tebakannya yang salah, Lila jadi tertawa kecil. Ia tidak mengira kalau Pangeran Abbash bersedih karena Ia malah ditunjuk jadi Pangeran Putra Mahkota. Ia pikir Pangeran Abbash bersedih karena kakaknya di asingkan ke pulau terpencil.     

"Mengapa Kau malah tertawa ?" Kata Pangeran Abbash sambil mencolek pipi ranum di depannya itu. Ia sangat suka melihat wajah Lila yang begitu cerah, dia semakin mirip dengan Putri Alena tetapi kemiripannya sekarang tidak membuat Pangeran Abbash mencintai Lila. Pangeran Abbash mencintai Lila sepenuh hati dan segenap jiwanya.     

"Kau tahu Yang Mulia ? Ketika suamiku Edward mati terbunuh oleh orang – orang suruhan kakakmu. Aku begitu dendam dan ingin membalas perbuatannya dengan tanganku sendiri. Bahkan Aku sampai memohon kepada Yang Mulia Nizam untuk tidak membunuhnya. Karena Aku ingin membalasnya sendiri." Kata Lila kepada suaminya.     

"Dan Yang Mulia Pangeran Nizam mematuhimu ?" Kata Pangeran Abbash dengan sangat terkejut. Ia sama sekali tidak mengira kalau Nizam diam karena mematuhi keinginan Lila. Memangnya seberapa penting kedudukan Lila dimata Nizam. Setahunya Nizam sama kerasnya dengan dirinya di dalam menghadapi lawannya.     

Lila menganggukan kepalanya, Ia menatap wajah suaminya yang begitu tampan dan itu membuatnya tidak ingin berhenti menatap wajahnya. Tuhan begitu baik kepadanya. Ia menggantikan kesedihannya dengan kebahagiaan yang berlipat ganda. Ia diberikan suami yang ketampanannya jauh melebihi ketampanan Edward dan bahkan lebih tampan dibandingkan dengan Pangeran Thalal dan Pangeran Nizam.     

"Aku baru tahu kalau kau begitu penting di matanya" Kata Pangeran Abbash dengan penuh rasa heran. Tetapi Lila kembali tertawa, " Kali ini kau yang salah Yang Mulia. Dia menghargaiku karena Putri Alena. Dia sangat mencintai istrinya dan perlu Yang Mulia ketahui, Pangeran Nizam sangat menyayangi kepada Putri Alena. Jadi apapun keinginan Yang Mulia Putri Alena asalkan tidak membahayakan nyawanya maka akan dituruti. Apalagi sejak kejadian Putri Alena dicambuk olehnya maka Yang Mulia Pangeran Nizam semakin menyayangi Putri Alena.     

Siapapun orangnya asalkan Putri Alena menyukainya maka Yang Mulia Pangeran Nizam akan melindunginya. Termasuk Yang Mulia sendiri" kata Lila.     

Pangeran Abbash menunjuk ke dirinya sendiri, " Aku ?? Apa maksudmu ?" Kata Pangeran Abbash tidak mengerti.     

"Bukankah beberapa kali Yang Mulia bermaksud tidak baik kepada Putri Alena ?" Kata Lila.     

Pangeran Abbash menganggukan kepalanya. "Ya itu benar, Aku memang dulu sangat tidak berbudi sehingga berani mencintai Yang Mulia Putri Alena padahal dia sudah memiliki pasangan yang begitu sempurna. Tetapi Aku juga heran mengapa Yang Mulia Pangeran Nizam tidak membunuhku ? Aku juga sempat berpikiran karena Putri Alena mungkin tidak menghendaki Aku mati"     

"Itu benar, Dan yang terpenting karena Yang Mulia tidak menodai Putri Alena ketika kemarin Yang Mulia menculiknya serta Yang Mulia menyelamatkan si kembar serta pangeran Atha. Dan itu sudah cukup membuktikan bahwa Yang Mulia adalah orang yang baik" Kata Lila.     

"Setiap kali ada orang yang menyebutku orang baik, Aku selalu menyesal telah melakukan banyak kejahatan. Dan Aku sekarang berjanji akan menjadi orang yang baik yang akan selalu berjuang untuk melawan kejahatan" Kata Pangeran Abbash dengan berapi – api.     

"Mungkin itulah sebabnya Tuhan menjadikan Yang Mulia sebagai Putra Mahkota. Sudah saatnya Kerajaan Zamron dipimpin oleh Raja yang baik dan kuat sebagaimana Ayahanda Yang Mulia " Kata Lila dengan tulus.     

"Apa kau tahu konskwensinya jika aku menjadi putra mahkota ?" pangeran Abbash bertanya kepada Lila. Lila menggelengkan kepalanya. Ia sungguh tidak tahu apa yang akan terjadi kalau Pangeran Abbash menjadi raja.     

"Jika Aku menjadi putra mahkota maka Kau seharusnya menjadi putri mahkota" Suara Pangeran Abbash begitu lirih terdengar.     

"Memangnya kenapa kalau Aku menjadi putri mahkota? Dan mengapa Yang Mulia mengatakan seharusnya ?" Kata Lila sedikit tidak mengerti. Ia bukan orang yang mengerti tentang sistem kerajaan dan walaupun Ia sangat pintar tetapi Ia tidak banyak mengetahui tentang segala hal karena memang Ia tidak memiliki banyak fasilitas yang membuat Lila menjadi orang yang segala tahu.     

Bukankah pengetahuan seseorang tidak ditentukan oleh kecerdasannya tetapi pengetahuan seseorang ditentukan oleh sebanyak dan sejauh apa dia mengeksplorasi keingintahuannya beserta dengan segala fasilitas yang Ia miliki.     

Alena mungkin dia biasa saja tetapi dengan fasilitas yang dia miliki dia memiliki pengetahuan yang lebih tinggi dibandingkan Lila dalam segi apapun kecuali ilmu hukum tentunya. Alena memiliki kesempatan mengeksplorasi seluruh kemampuannya. Apalagi sekarang dia menjadi istri Nizam yang sangat pintar. Sedikitnya dia banyak belajar dari suaminya itu.     

"Syarat menjadi Putri Mahkota itu haruslah seseorang yang masih suci dan tentu saja tidak boleh seseorang yang sudah menjadi istri orang lain terlebih kalau dia sudah memiliki anak. Ada peraturan yang sangat keras dan tidak bisa dibantah tentang hal itu.     

Kau tahu bagaimana Ratu Sabrina begitu menentang ketika Pangeran Nizam memperistri Putri Alena. Para tetua seantero kerajaan menentang dengan keras pernikahan mereka hanya karena Putri Alena bukanlah rakyat dari kerajaan Aliansi. Padahal Putri Alena masih gadis. " Sampai di sini Pangeran Abbash menghentikan perkataannya dan menatap Lila yang wajahnya mulai pucat pasi.     

"A..apakah kau akan meninggalkan Aku ? Apakah Kau akan menceraikan Aku ? Bagaimana bisa ? Bukankah kita baru menikah " Lila memandang wajah suaminya dengan mata berair dan tidak dapat dicegah Lila mulai menangis tersedu – sedu. Pangeran Abbash memandang Lila dengan pandangan aneh. Ia bingung mengapa Lila menangis. Pangeran Abbash sungguh bukan laki – laki yang peka perasaannya.     

Pangeran Abbash tidak tahu kalau perkataanya akan menyakiti Lila. Bukankah Ia mengatakan itu untuk mengatakan yang sebenarnya. Ia hanya ingin memberitahukan kepada Lila kondisi yang sebenarnya. Pernikahannya dengan Lila tanpa seizin pihak kerajaan. Tidak ada satupun dari keluarganya yang tahu pernikahan ini.     

Lagipula sebagai laki - laki Pangeran Abbash merasa tidak perlu meminta izin kedua orang tuanya untuk menikahi seorang wanita. Lagipula Pangeran Abbash tahu kalau Ia sampai meminta izin ayah dan ibunya maka sampai kapanpun Ia tidak akan pernah diizinkan menikahi seorang janda. Kecuali mungkin Ia menjadikannya seorang selir.     

"Mengapa Kau menangis ? Dan mengapa kau mengatakan segala macam omong kosong seperti itu?" Pangeran Abbash bertanya sambil mengelus kepala Lila dengan penuh kasih sayang. Lila tersedu sedan menjawab pertanyaan Pangeran Abbash. Pipinya memerah dan mukanya sembab. Pangeran Abbash berulang kali menghapus air mata yang bercucuran bagaikan air terjun yang menimpa aliran sungai.     

"Bagaimana Aku tidak sedih ? Bukankah Yang Mulia mengatakan kalau Aku tidak pantas menjadi Putri Mahkota. Kalau Aku tidak pantas menjadi Putri Mahkota lalu bagaimana ?" Kata Lila sambil terus menangis. Membuat Pangeran Abbash langsung mendekapnya dan membenamkan muka Lila ke dadanya yang bidang.     

Betapa damai dan indahnya bersender di dada Pangeran Abbash. Dan itu malah membuat Lila semakin kuat menangis dan bukannya berhenti. Lila semakin takut merasa kehilangan suaminya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.