CINTA SEORANG PANGERAN

Aku Bukan Pria Yang Gila Jabatan



Aku Bukan Pria Yang Gila Jabatan

"Jangan takut Lila, Aku bukan pria yang gila jabatan. Aku tidak butuh jabatan itu. Aku bukan tipe orang yang sanggup mengorbankan kepentingan sendiri untuk kepentingan orang banyak. Aku tidak perduli kerajaanku akan hancur atau tidak tetapi jangan harap ada yang akan memisahkan kita karena Aku bersumpah akan meratakan kerajaanku sendiri untuk mencegahnya" Kata Pangeran Abbash dengan wajah gelap. Kekerasannya langsung muncul kembali dan itu sangat menakutkan.     

Lila sekarang merasa ketakutan melihat Pangeran Abbash yang mukanya itu terlihat mengeras.     

"Jangan berkata seperti itu, Aku tidak ingin menjadi orang yang menyebabkan kerajaanmu hancur. Tidak Yang Mulia jangan berkata seperti itu. Aku tidak akan menangis lagi. Aku juga sebenarnya tidak tertarik untuk menjadi putri Mahkota apalagi Aku tidak memiliki kapasitas untuk itu. "     

"Lalu mengapa Kau menangis ?" Kata Pangeran Abbash     

"Aku menangis karena takut kau tinggalkan. Aku tidak mau kehilanganmu "     

"Aku juga bingung harus bagaimana tetapi sebenarnya kalau Aku bersikeras maka Aku bisa saja menjadikanmu seorang ratu tetapi ini membutuhkan pengorbanan yang sangat besar untukmu dan untukku" Kata Pangeran Abbash dengan berterus terang. Ia tidak mau menutupi apapun dari Lila dan Ia memang bukan tipe orang yang suka berkata yang manis – manis. Ia juga buka tipe orang yang munafik dan suka merayu. Ia tidaklah sehalus wajahnya.     

"Memangnya pengorbanan apa ?" Kata Lila jadi ingin tahu.     

"Sebenarnya bukan status janda yang begitu berat untuk menjadi seorang Ratu tetapi status anak yang sudah kau miliki. Kau tahu kalau anak dari seorang ratu akan menjadi putra mahkota sedangkan kau sudah memiliki anak yang bukan dari darah dagingku walaupun Pangeran Ezhar sudah ku anggap anakku sendiri. Jadi... "     

"Jadi apa maksudmu ? " Lila melotot, Ia melepaskan pelukan Pangeran Abbash dan mendorong dadanya. Mukanya cemberut lalu Ia berkata lagi dengan tajam.     

"Apa kau ingin menyingkirkan Ezhar dari sisi kita ? Aku lebih baik kehilanganmu daripada kehilangan anakku " Lila langsung berkata sambil merenggut.     

"Katanya Kau mencintai Anakku ? Lalu mengapa Kau malah ingin menyingkirkan dia dari kehidupan kita ?" Kata Lila morang – maring. Emosinya semakin memuncak. Pangeran Abbash menghembuskan nafas panjang. Ia tidak pernah diomeli atau dimarahi oleh orang lain terlebih oleh seorang wanita.     

Pangeran Abbash akan langsung menendang orang yang berani mengomelinya dan jika laki – laki yang menjadi musuhnya Ia akan langsung menghabisinya tidak pakai lama. Tetapi terhadap Lila yang bahkan tidak berani balik membentak padahal Lila terus mengomel – ngomel. Setelah berapa lama Ia mendengar omelan istrinya Pangeran Abbash mulai merasa tidak sabar.     

Ia lalu merenggut Lila ke dalam pangkuannya. Ia mendudukan Lila di atas kedua kakinya. Dan Ia lalu membuka kaki lebar selebar kakinya yang memangku Lila dengan posisi kaki terbuka lebar. Lila langsung mau protes tetapi mulutnya langsung dibekap oleh mulut Pangeran Abbash yang merah dan kecil itu. Lila langsung terdiam tidak berkutik ketika kedua tangannya dipegang erat.     

Apalah daya Lila, Dia Cuma wanita biasa yang tidak memiliki kekuatan apapun dibandingkan dengan suaminya yang begitu terampil dalam ilmu beladiri dan memiliki ilmu tenaga dalam yang cukup tinggi. Masih untuk Pangeran Abbash tidak menjadikan tubuhnya lemas tidak berdaya.     

"Mmmmf..mmf..." Mulut Lila ingin berteriak – teriak tetapi yang keluar hanya suara gumanan yang tertahan mulut Pangeran Abbash. Lidah Pangeran Abbash bagaikan seekor ular yang sedang berjuang mempertahankan diri dari serangan elang. Ular itu meliuk – liuk dengan keras dan membelit apapun yang mendekatinya.     

Lila mengerang dalam hati ketika tangan kanan Pangeran Abbash tiba – tiba meluncur memasuki tubuhnya. Mata Lila melotot dan mulutnya seketika berdesis, Bukankah Ia masih merasa ngilu dan masih sangat perih tetapi , " Akh.... apa yang kau lakukan.. ini masih sangat sakit. Jangan kau lakukan itu Yang Mulia.." Kata Lila setelah Pangeran Abbash melepaskan lilitannya. Kedua kaki Lila berusaha menutup tetapi entah apa yang dilakukan oleh Pangeran Abbash pada tubuhnya karena kini kaki Lila tidak bisa di tutup.     

"Kau diamlah.. kalau kau tidak diam maka Aku akan memasukan tubuhku ke dalam tubuhmu " Pangeran Abbash mengancam.     

"Tidak!! Jangan ! Ampuni Aku. Aku akan diam.. Aku Akan diam " Lila menjadi sangat ketakutan. Ia tidak dapat membayangkan kalau benda raksasa itu akan mengamuk kembali dalam tubuhnya. Ia pasti akan kembali berdarah. Linunya saja masih terasa sampai ubun – ubun kepalanya.     

Pangeran Abbash menyeringai dan Ia kemudian mengecup leher itu dengan lembut, Tangannya kemudian bergerak dengan lembut dan itu membuat Lila menjadi mengerang lemah dan melenguh. Wajah Lila yang mengeras karena marah sekarang terlihat memerah.     

Omelannya berubah menjadi suara berdesis dan terengah bagaikan orang sehabis berlari jarak jauh. Tangan Pangeran Abbash yang panjang dan runcing itu sangat terlatih dengan tubuh wanita. Ia tahu mana yang akan membuat pasangannya terbang ke langit ketujuh. Lila sebenarnya tidak ingin mengeluarkan suara apapun tetapi keterampilan tangan pangeran Abbash tidak dapat ditolelir lagi sehingga erangan hebat kini keluar dari mulutnya.     

Lila bahkan tidak malu – malu lagi mengeluarkan teriakan keras sebagai luapan dari kenikmatan yang diperolehnya. Ia berteriak keras dan itu malah disuport oleh suaminya.     

"Berteriaklah yang keras..A ku lebih suka mendengar Aku berteriak keras dengan nada mesum daripada mengomeliku. Aku tidak tahan diomeli orang" Kata Pangeran Abbash sambil melepaskan tangan Lila sehigga tangannya yang lain kini lebih bebas menjelajahi semua tempat yang membuat Lila semakin berteriak hebat. Hingga tidak lama Lila terkulai lemas dipelukannya. Mulutnya hanya bisa terengah – engah dan tidak mampu mengeluarkan kata – kata apapun apalagi mengomeli suaminya.     

Pangeran Abbash menyangga tubuh istrinya dan mengelus lengan Lila. "Kau sudah tenang sekarang ?" Kata Pangeran Abbash bertanya kepada istrinya.     

Lila menganggukan kepalanya, Ia tidak bisa berkata apapun. Ia sedang tenggelam dalam lautan keindahan yang diberikan suaminya.     

"Aku tidak bermaksud sedikitpun untuk menyingkirkan putra kita. Kau ingat ? Aku sudah mengoleskan darahku dikeningnya sehingga dia sudah sama seperti darah dagingku sendiri. Aku hanya ingin mengelabui pihak kerajaan untuk sementara waktu.     

Aku akan menitipkan Pangeran Ezhar untuk sementara waktu ke Putri Alena dan Pangeran Nizam. Sampai penobatanmu menjadi Putri Mahkota. Setelah kita dinobatkan maka Aku akan mengambil Pangeran Ezhar dari Azura dan kita lihat siapa yang berani menentangku nanti. Maka Aku akan membunuhnya dengan kedua tanganku sendiri " Kata Pangeran abbash kepada Lila.     

Lila menjadi terdiam mendengar taktik licik Pangeran Abbash. Kelihatannya itu memang ide yang brilian tetapi Lila yang memang hatinya begitu lurus kemudian berkata lagi.     

"Bukankah itu termasuk ke dalam penipuan ?" Kata Lila.     

"Penipuan apa ? Sudah jelas – jelas mereka yang suka membuat aturan adat istiadat yang aneh – aneh. Sudah tahu dalam agama juga tidak ada larangan menikahi Janda. Kenapa pula istri pangeran tidak boleh janda. Dan perkara anak, kalau memang Pangeran Ezhar layak menjadi seorang Raja. Aku tidak keberatan dia menjadi raja" Kata Pangeran Abbash membuat Lila terpekik.     

"Yang Mulia.. Berhati – hatilah dengan ucapan Yang Mulia " Kata Lila sambil melihat ke kiri dan ke kanan.     

"Kenapa ? Memangnya ada apa ? Kau takut ada orang lain yang mendengar perkataanku ? Aku Pangeran Abbash bukanlah orang yang menganggap bahwa kedudukan Raja adalah kedudukan yang mulia. Menjadi seorang Raja hanyalah takdir yang di atas. Siapapun berhak menjadi raja asalkan dia mampu.     

Tidak semua anak Raja bisa menjadi raja yang baik. Tidak semua Pangeran sulung yang dilahirkan dari seorang Ratu memiliki kapasitas seperti Pangeran Nizam. Kau tahu ? Raja Azura sendiri yaitu ayahnya Pangeran Nizam tidak memiliki kapasitas sedikitpun untuk menjadi Raja. Tetapi hanya karena ada Ratu Sabrina disampingnya maka Yang Mulia Raja Al - Walid mampu bertahan.     

Aku tidak akan pernah membeda - bedakan anakku dengan Pangeran Ezhar. Semua akan memiliki kesempatan yang sama. Siapapun kelak yang memiliki kapasitas sebagai seorang Raja bahkan jika dia seorang wanita maka dia akan Aku jadikan penggantiku " Suara Pangeran Abbash berdesau seperti angin yang menderu menyapu semua awan gelap yang menyelimuti alam semesta.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.