CINTA SEORANG PANGERAN

Rencana Pesta Penyambutan



Rencana Pesta Penyambutan

Para Putri langsung menyelinap pergi ketika mendengar suara Putri Rheina yang berteriak kesakitan karena dicambuk. Apalagi Putri Alicya dia sudah hampir pingsan karena sangat ketakutan. Hanya Putri Kumari yang tampak tenang. Ia malah berdiri tegak dan tidak terlihat ketakutan sedikitpun. Ketika tiga cambukan sudah dilayangkan maka kaki Putri Rheina langsung memerah kebiruan.     

"Bawa dia ke kamarnya dan langsung diobati agar tidak berbekas. Aku tidak mau pandangan mata Pangeran Nizam terganggu oleh bekas luka di kaki istrinya. " Kata Ratu Sabrina dan Hatice langsung menyangga Putri Rheina dan membawanya ke kamar Putri Rheina. Putri Rheina menangis tersedu – sedu menahan sakit dan amarah.     

Sedangkan Sanita yang tadi ikut memegang Putri Rheina kini menatap Putri Kumari. Tetapi tidak seperti Putri Rheina yang terlihat histeris. Putri Kumari malah berdiri dengan tegar dan ketika Sanita mau memegang tangannya. Putri Kumari malah mengangkat tangannya dan berkata,     

"Aku tidak perlu dipegang. Aku memang salah dan Aku akan terima hukuman apapun yang akan di berikan. Cambuklah ! " Kata Putri Kumari dengan datar membuat Ratu Sabrina dan yang lainya terdiam keheranan.     

Seumur hidup mereka berada diistana dan terbiasa dengan hukuman cambuk baru kali ini ada putri yang tidak ketakutan ketika akan dicambuk. Karena hukuman cambuk ini sangat menyakitkan jangankan para putri bahkan para pangeran saja terkadang ketakutan mendengar hukuman cambuk.     

Bahkan ketika kemudian Mahendri mencekal cambuk itu ditangannya dan mulai mengayukan ke kakinya Putri Kumari. Putri Kumari tetap berdiri tegak dan hanya menggigit bibirnya menahan sakit. Tidak sedikitpun keluar jeritan dari mulutnya bahkan keluhan pun tidak. Ketika tiga cambukan sudah dilayangkan Putri Kumari malah menganggukkan kepalanya penuh rasa hormat dan mengucapkan terima kasih kepada Ratu Sabrina.     

Ratu Sabrina ternganga dengan mulut lebar. Hilang sudah rasa wibawa Ratu Sabrina dengan mimik wajah ternganga seperti itu.     

"Aku mengakui salah karena terpancing emosi. Hukuman Yang Mulia Ratu Sabrina sangat baik bagi kami. Aku menerimanya dengan lapang dada. Aku tidak akan berjanji untuk tidak akan mengulanginya tetapi sekiranya tidak ada yang akan mencelakakanku maka Aku akan diam tetapi jika ada yang mengancam keselamatanku. Aku memohon ampunan dari Yang Mulia Ratu Sabrina kalau Aku tidak tidak akan tinggal diam jika ada yang menyakitiku." Kata Putri Kumari sambil tersenyum sangat manis.     

Sesaat Ratu Sabrina menelan ludahnya, Ia merasa Putri Kumari ini memang sangat dipersiapkan untuk menjadi seorang ratu. Tingkah lakunya ternyata jauh lebih beradab dari Putri Rheina keponakan jauhnya. Ratu Sabrina memandang Putri Kumari dari atas ke bawah. Ia sudah berpikiran lain – lain. Dari semua putri yang ada diharem Ia seperti menemukan permata yang hilang ke dalam lumpur.     

"Berapa umurmu ? Aku lupa lagi " kata Ratu Sabrina kepada Putri Kumari     

" Dua puluh satu tahun Yang Mulia " Kata Putri Kumari     

���Ah ya.. Aku lupa lagi. Bukankah Kau salah satu jendral wanita di kerajaanmu ? " Ratu Sabrina baru teringat kalau wanita ini memang salah satu jendral perang yang terkemuka di kerajaannya. Dia memang terlahir sebagai putri sulung yang diharapkan dulunya sebagai laki – laki. Raja Alimudin sangat mengharapkan kalau anak sulungnya adalah laki – laki sehingga kemudian ketika ternyata ratunya melahirkan anak perempuan maka Raja Alimudin malah mengajarinya berenang, berkuda, memanah, menombak dan memegang senjata api. Ia ingin Putri sulungnya tumbuh seterampil anak laki – laki.     

Melihat Putri Kumari dijejali keterampilan anak laki – laki. Ibunya tidak tinggal diam. Karena kegiatan Putri Kumari sudah banyak maka Ia tidak memaksakan Putri Kumari untuk belajar keterampilan anak perempuan seperti memasak, menjahit, menari atau menyanyi tetapi Ibunya mengajarkan cara berdandan kepada Putri Kumari dan menanamkan paham kalau perempuan itu harus tampil menarik.     

Itulah sebabnya Putri Kumari walaupun memiliki keterampilan seperti anak laki – laki tetapi Ia tetap tampil cantik feminim. Bahkan dia menjadi wanita tercantik di kerajaannya. Ia juga sangat mencintai kerajaannya dan selalu siap berkorban demi tanah airnya.     

"Ayo kita berbicara di ruanganku sebentar " Kata Ratu Sabrina sambil berjalan.     

"Baiklah.. " Kata Putri Kumari sambil mengikuti langkah Ratu Sabrina.     

'Oh ya Putri Alicya, kau boleh ikut " Kata Ratu Sabrina sambil melirik ke arah putri yang berambut pirang seperti boneka berbi itu.     

Putri Alicya segera berjalan menjajari langkah Putri Kumari.     

" Oh ya..Kumari. Apakah Kau bisa berjalan ?" Kata Ratu Sabrina sambil menatap Putri Kumari.     

"Aku tidak apa – apa. Ini hanya sakit sedikit "Kata Putri Kumari. Umur dua puluh satu tahun sudah jadi jendral dan ikut berperang ketika usianya baru enam belas tahun jadi kalau Cuma cambukan di kakinya itu adalah perkara kecil.     

"Aku senang akhirnya Aku bisa menemukan seseroang yang bisa Aku andalkan" Kata Ratu Sabrina sambil tersenyum senang. Putri Kumari sudah berhasil menarik perhatiannya. Ia sekarang tidak merasa mumet lagi. I a seperti sudah menemukan seseorang yang selama ini Ia cari, Putri Yang bisa diandalkan untuk mengurus harem saat ini sebelum Alena datang ke dalam Harem.     

Karena sesuai hierarki maka yang berhak menjadi pengurus harem adalah istri yang paling tua atau ibu dari calon pewaris tahta yaitu Alena sebagai Ibunda dari Pangeran Axel atau Putri Rheina sebagai istri tertua. Tetapi karena Alena belum datang dan Ia melihat Putri Rheina sama sekali tidak bisa diandalkan akhirnya Ia menemukan Putri Kumari. Putri Kumari terlihat sangat pintar, percaya diri dan tidak mengenal rasa takut.     

Putri Kumari dan Putri Alicya saling berpandangan tidak mengerti. Tetapi mereka tidak berani berkata apa – apa lagi mereka hanya berjalan mengikuti Ratu Sabrina ke dalam ruangannya.     

Mereka lalu duduk di depan ratu Sabrina yang duduk dengan anggun di kursi yang berwarna merah keemasan itu.     

"Kalian tahu kalau anakku dan Putri Alena serta dua orang cucuku akan datang sebentar lagi " Kata Ratu Sabrina dengan mata berbinar – binar. Ia sudah tidak sabar ingin bertemu dengan kedua cucunya.     

Putri Kumari dan Putri Alicya menganggukan kepalanya hampir bersamaan. Desas desus kalau Pangeran Nizam akan segera kembali sudah sangat ramai dibicarakan bahkan pesta penyambutan sudah mulai dibicarakan. Itu juga yang membuat emosi dari Putri Rheina menjadi tidak stabil. Ia sangat ingin bertemu dengan Nizam walau bagaimanapun mereka sudah menjadi suami istri.     

Tetapi para putri juga tahu walaupun Putri Rheina mengharapkan kedatangan Nizam tetapi kalau ingat bagaimana Ia diabaikan oleh suaminya itu. Ia malah menjadi membenci Nizam. Ia sangat membencinya tetapi di lain waku Ia tiba – tiba sangat mencintainya.     

"Saat ini Aku sedang sibuk mempersiapkan beberapa urusan kerajaan sehingga pesta penyambutan yang akan di adakan menjadi tidak dapat Aku kerjakan. Padahal secara hati nuraniku sebagai seorang ibu, Aku sangat ingin mempersiapkan pesta itu dengan kedua tangannya sendiri. Tetapi sebagai seorang ratu Aku tidak mengabaikan bencana yang mungkin akan mengancam hidup para rakyatku" Ratu Sabrina terdengar begitu berwibawa.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.