CINTA SEORANG PANGERAN

Moral Suatu Negara Tergantung Dari Moral Wanitanya



Moral Suatu Negara Tergantung Dari Moral Wanitanya

"Ya.. maafkan hamba jika hamba salah. Mengapa Yang Mulia pusing? Apa karena Yang Mulia kebingungan menyampaikan berita pernikahan Pangeran Abbash kepada Nona Amrita ?" kata Maya sambil menghabiskan tehnya.     

"Iya benar. Kau hebat bisa menebak jalan pikiranku " Kata Pangeran Husen sedikit terhibur dengan kebenaran tebakan asistennya itu. Maya menghela nafas, inilah salah satu kebodohan orang yang sedang jatuh cinta sudah jelas sedari tadi Pangeran Husen mendesah menyebutkan nama Amrita.     

Tapi Maya tidak ingin membuat Pangeran Husen gusar lagi. Walau bagaimanapun Ia menyayangi pangeran Husen dari lubuk hatinya yang terdalam walaupun dari luar Ia terlihat galak karena kegalakannya didasari perasaan sayang kepada Pangeran Husen.     

" Iya betul, Hamba memang hebat " Kata maya sambil menganggukan kepalanya berkali – kali membuat Pangeran Husen mengerutkan keningnya.     

"Mengapa Kau jadi memuji dirimu sendiri ? " kata Pangeran Husen sambil cemberut. Maya pura – pura kaget lalu Ia berkata lagi,     

'Oh Hamba salah ya ? Baiklah Hamba ralat lagi perkataan Hamba. Hamba memang tidak hebat " kata Maya sambil menggelengkan kepalanya.     

"heis.. kenapa kau malah jadi tidak serius " pangeran Husen semakin cemberut mendengar Maya yang tampak malah main – main padahal Ia sedang serius.     

"Jangan terlalu serius Yang Mulia. Kalau jodoh tidak adan lari kemana " Kata Maya sambil berdiri dan berjalan mendekati Pangeran Husen. Tangannya lalu menuangkan secangkir kopi yang masih panas ke dalam cangkir porselen yang berwarna putih bercorak emas. Kemudian Ia memberikannya kepada Pangeran Husen.     

"Kau tahu itu. Sungguh Aku takut menyampaikan berita ini kepadanya. Aku takut dia akan sakit hati" Kata Pangeran Husen sambil mengambil kopi dari tangan Maya dan meminumnya sedikit demi sedkit. Aroma kopi yang bercampur dengan jahe membuat pikiran Pangeran Husen menjadi sedikit tenang. Hangatnya kopi bercampur jahe membuat badannya terasa lebih hangat dan segar.     

"Tentu saja dia akan sakit hati Yang Mulia, Pria setampan Pangeran Abbash mana bisa dilepas begitu saja. Hamba dulu berpikir ketika mendengar cerita Amrita yang seperti wanita tidak memiliki harga diri karena bisa dengan mudah menyerahkan tubuhnya kepada pria yang sama sekali tidak mencintainya itu tetapi setelah melihat wajah setampan itu. Wanita mana yang tidak ikhlas menyerahkan tubuhnya ? " Kata Maya sambil duduk di depan pangeran yang menjadi majikannya sejak beberapa tahun ini.     

Pangeran Husen baru akan meminum kopinya lagi dan Ia langsung naik darah mendengar perkataan asistennya itu. Mengapa asistennya yang menyebalkan itu membela pria yang Ia benci setinggi langit. Apa dia lupa kalau majikannya adalah dirinya dan bukan Pangeran Abbash. Ia sedang kesal karena memikirkan Amrita yang mungkin akan sangat sakit hati karena pria yang dinanti – nantinya ternyata menikah dengan wanita lain. Ia begitu mengagumi kecantikan dan kemandirian Amrita dan rasa cintanya yang tumbuh semakin lama semakin besar dalam hatinya.     

Jadi ketika Ia mendengar perkataan dari Amrita, pangeran Husen langsung murka.     

"Beraninya kau berkata seperti itu ? Bagaimana bisa kau memuji pria menyebalkan itu di depan mukaku. Aku akui dia memang tampan tapi pria yang suka mempermainkan wanita dan meninggalkannya adalah pria yang tidak baik, tidak gentle" Kata Pangeran Husen sambil menggebrak meja di depannya.     

Maya malah tampak santai melihat kemarahan Pangeran Husen. Dimatanya setiap Pangeran Husen marah malah terlihat seperti anak kecil yang sedang merengek – rengek. Pangeran Husen tampak sangat imut dan menggemaskan. Cambang dan kumisnya tidak mempengaruhi keimutannya.     

"Lalu pria baik seperti apa Yang Mulia maksudkan ? Pria yang berbicara berdua dengan seorang gadis di ruangan tertutup dan bukan muhrimnya ?" Kata maya sambil mesem – mesem lucu. Pangeran Husen menjadi pucat mendengar asistennya berkata seperti itu. Ia seperti sedang menepuk air di permukaan sungai dan airnya malah memercik ke mukanya sendiri.     

"Bukan seperti itu. Ya.. ya baiklah Aku akui kalau itu salah, tapi Aku berani bersumpah kalau Aku tidak berniat sedikitpun mau melakukan hal – hal yang dilarang. Aku hanya ingin berbicara sedikit saja tentang dirinya. Siapa tahu dia bersedia aku jadikan selir"     

"Eist.. Yang Mulia bukankah peraturan di Azura itu sudah jelas. Jika para pangeran menyukai para gadis silahkan berbicara dengan Ratu Sabrina maka akan langsung dilamar dan kemudian baru boleh berbicara setelah posisi mereka jelas apakah menjadi seorang istri atau selir atau hanya sekedar pelayan " Kata Maya     

"Iya Aku salah. Aku sudah mengakui Aku salah. Tetapi seumur hidupku walaupun Aku sering menggoda para gadis belum pernah sedikitpun Aku menyentuh mereka walaupun hanya sebatas tangan. Aku sangat berbeda dengan Pangeran Abbash " Kata Pangeran Husen membela dirinya.     

"Ya.. Karena kalau terdengar sedikit saja Yang Mulia menodai seorang gadis maka Yang Mulia Pangeran Nizam tidak akan memberikan ampun kepada Yang Mulia." Kata Maya dengan santai.     

Pangeran Husen jadi nyengir sendiri, memang benar Ia sebenarnya lebih takut terhadap Nizam dibandingkan siapapun. Kakaknya yang begitu lurus itu tidak mungkin akan membiarkannya berbuat salah karena merusak kesucian seorang wanita. Kakaknya selalu berprinsip bahwa keselamatan suatu negara tergantung dari moral para wanitanya. Jika moral wanitanya baik maka baik pulalah suatu kerajaan.     

Bukankah para ibu itu adalah para wanita. Dan jika seorang ibu tidak bermoral bagaimana Ia bisa mendidik anak – anaknya dengan baik. Dan Jika anak – anak tidak terdidik dengan baik bagaimana generasi penerus bangsa akan terbentuk dengan baik pula. Itulah yang selalu Nizam tanamkan pada semua adik – adiknya. Tetapi tentu saja tidak semua menurutinya.     

Ada banyak pangeran yang tinggal diistana mengingat selir dari ayah mereka juga sangat banyak dan tidak semua dekat dengan Nizam. Hanya ada dua orang pangeran se- ayah yang sangat dekat dengan Nizam yaitu Pangeran Husen dan Pangeran Thalal.     

"Jadi bagaimana Yang Mulia, apa yang harus hamba lakukan agar yang Mulia sedikit tenang sebelum pesawat ini mendarat di Bandara kerajaan Zamron " Kata Maya.     

"Aku ingin meminta pendapatmu sebagai seorang wanita. Kira – kira apa yang harus Aku katakan ketika memberitahukan bahwa pria yang dicintainya tidak memberikan kabar berita karena Ia sibuk menikah dengan wanita lain" Kata Pangeran Husen kepada asistennya.     

Maya mengangkat alisnya dan berkata " Sejak kapan Yang Mulia meminta pendapat hamba tentang hal seperti ini. Biasanya Yang Mulia suka meminta pendapat yang lain kalau tentang asmara " Kata Maya     

"Aku sedang terdesak dan Aku tidak punya siapa - siapa sekarang. Aku hanya ingin pendapatmu saja, walaupun pendapatmu itu salah besar tetapi Aku tetap akan menghargainya " Kata Pangeran Husen.     

"Memang benar kata pepatah, ketika orang sedang tenggelam di arus sungai maka Ia akan mencari apapun sebagai alat untuk menyelematkan diri termasuk memegang sebatang rumput liar yang tumbuh di tepi sungai. Sudah jelas tidak akan menyelamatkan dirinya tetap saja diraih dan dipegangnya " kata Maya.      

"Haduh.. kau malah berfilsafat segala. Kau sangat menyebalkan. Mengapa Tuhan harus menjadikanmu sebagai asistenku ?" Kata Pangeran Husen sambil mengepalkan tangannya.     

" Karena Tuhan tidak akan memberikan apa yang Kau inginkan tetapi Tuhan akan memberikan apa yang kau butuhkan" Kata Maya.     

Pangeran Husen langsung menaikan kakiknya ke atas sofa dan memberingkan tubuhnya di atas sofa sambil mendekap bantal sofa.     

"Dahlah... Aku mau tidur saja. Mana pernah Aku menang melawanmu " Kata Pangeran Husen sambil memejamkan matanya. Tetapi kemudian bahunya digoncangkan dengan lembut oleh Maya.     

" Yang Mulia dari tadi belum makan, Hamba tidak memberikan izin yang Mulia tidur sebelum memakan beberapa suap roti. Nanti yang Mulia bisa sakit " Kata Maya sambil kemudian menaruh sebuah roti maryam dan menyiramnya dengan kuah kari domba yang lembut dan harum. Wangi susu bercampur rempah sangat menggugah selera mengingat kari dari Azura menggunakan susu cair dan bukannya menggunakan santan.     

Pangeran Husen walaupun malas Ia segera bangun karena Ia tahu kalau Maya tidak akan pernah berhenti menyuruhnya makan kalau belum Ia lakukan. Maya lalu menyuapi pangerannya itu beberapa suap. Pangeran Husen memang sangat lapar karena dari tadi sibuk memikirkan Amrita.     

Setelah beberapa suap Pangeran Husen lalu mengangkat tangannya tanda Ia sudah kenyang. Maya memberikan air putih untuk melancarkan masuknya makanan ke perut Pangeran Husen. Ia juga memberikan sebuah puding mangga sebagai pencuci mulut.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.