CINTA SEORANG PANGERAN

Keterusterangan seorang Ayah



Keterusterangan seorang Ayah

Kakaknya sangat dingin bahkan sampai – sampai seluruh adik – adiknya mengira Kakaknya itu tidak memiliki rasa cinta kepada siapapun. Ketika ada tudingan mungkin kakaknya itu gay tetapi kemudian itu lebih tidak mungkin lagi kalau mata kakaknya tidak pernah memancarkan kehangatan kepada siapapun. Kakaknya lebih seperti patung es yang bernyawa dibandingkan manusia. Bahkan robot saja mungkin masih punya perasaan.     

Perubahan kakaknya menjadi lebih manusiawi sejak jatuh cinta kepada Kakak Alena dan sebagai adik yang hampir selalu menempel pada Nizam sebelum Nizam pergi ke Amerika.     

Dan ketika gosip menyebar saat ada yang mengetahui kalau Putri Rheina ternyata selama ini masih suci. Seperti menyembunyikan bangkai maka serapat apapun kita menyembunyikan akhirnya tercium juga. Beritanya tersebar ketika tanpa sengaja pelayan yang ikut melayani Putri Rheina melihat tanda kesucian yang masih berada di bawah lengan Putri Rheina.     

Pelayan itu adalah pelayan baru yang ternyata di simpan oleh seseorang untuk memata – matai Putri Rheina. Dan begitu Ia mengetahui Putri Rheina masih suci maka Ia segera menyebarkannya kepada yang lain dengan diam – diam. Tetapi kemudian Ratu Sabrina langsung mengambil tindakan. Sadar kalau berita kebohongan ini akan mengakibatkan terancamnya kedudukan Nizam dan Nyawa Putri Rheina menjadi taruhan maka Pelayan itu langsung di hukum mati dan semua orang yang mengetahui di bungkam secara paksa.     

Jika ketahuan ada putri yang membicarakan masalah ini maka akan dihukum cambuk dan jika pelayan maka akan dihukum mati. Itulah sebabnya kemudian gosip ini langsung reda bagaikan api yang disiram air. Langsung mati tanpa meninggalkan asap. Dan Pangeran Husen beserta pangeran yang dekat dengannya untungnya sudah terlanjur tahu.     

Saat itulah Pangeran Husen dan Pangeran Thalal, Pangeran Rasyid dan Pangeran Hamdan langsung tersadar bahwa Kakak mereka Nizam memang tidak akan pernah bisa menyentuh wanita lain. Kakaknya tidak akan pernah bisa berpaling kepada wanita lain. Kakaknya itu sudah berubah banyak wajah dinginnya berubah menjadi hangat dan matanya juga terlihat lebih ramah.     

Ia juga tidak terlihat terlalu kejam dan menakutkan jika ada yang salah. Kakaknya sekarang lebih banyak menimbang rasa. Perasaannya kini sudah mendominasi tingkah lakunya. Nizam tidak hanya bermain logika tetapi juga bermain dengan hati.     

Pangeran Husen menarik nafas panjang, " Aku takut membayangkan kejadian yang akan menimpa Kakakku di kerajaan kelak. " Kata Pangeran Husen dengan wajah murung.     

'Tidak apa – apa. Kita lihat saja nanti apa yang akan terjadi. Sebaliknya anakku. Ada yang ingin Ayah bicarakan berkaitan dengan Amrita " Kata Perdana Mentri Amir kepada calon menantunya dengan wajah yang sangat serius.     

"Memangnya ada apakah Ayah ?" Kata Pangeran Husen.     

"Sebenarnya ini adalah hal yang sangat memalukan tetapi terus terang Ayah tidak ingin menipu siapapun apalagi menipu diri Yang Mulia. Betapa Ayah sudah sangat menyayangi Yang Mulia " Kata Perdana Mentri Amir kepada Pangeran Husen.     

"Silahkan ayahanda bicara apa saja. Aku akan mendengarkan dengan baik '     

Perdana Mentri Amir menarik nafas panjang bahkan Ia sampai berdoa dulu agar diberi keringanan didalam berbicara dengan calon menantunya. Semakin terlihat polos Pangeran Husen membuat Ia semakin merasa berdosa jika tidak membicarakan hal ini kepadanya.     

"Ini tentang calon istri Yang Mulia. Ini tentang Amrita Anakku." Kata Perdana Mentri Amir sambil tertunduk.     

Pangeran Husen segera menyadari kalau calon ayah mertuanya ini pasti akan membicarakan tentang hal yang sangat penting sehingga kemudian Ia mengangkat tangannya dan meminta Maya untuk menurunkan sekat mobil. Walaupun ini bukan kendaraanya tetapi Pangeran Husen tahu persis bahwa standar kendaraan yang digunakan untuk membawa anggota keluarga kerajaan haruslah kendaraan tingkat pertama dimana kendaraan itu harus mewah, luas dan memiliki sekat agar terjaga kerahasiaan antara penumpang yang dibagian tengah mobil dan sopir yang di depan.     

Melihat Pangeran Husen mengangkat tangan, Perdana Mentri langsung menganggukan kepalanya penuh dengan rasa terima kasih. Terus terang saja Ia sendiri tidak berani meminta sopirnya untuk menurunkan sekat mobil mengingat ada asisten pribadi Pangeran Husen duduk di depan. Sangat tidak mungkin berbicara dengan pangeran atau raja atau pejabat penting lainnya tanpa kehadiran asisten diantara mereka karena ini berkaitan dengan keselamatan mereka sendiri.     

Jika Perdana Mentri yang meminta sekat diturunkan maka Ia takut kalau Pangeran Husen keberatan walaubagaimanapun tingkatan dirinya dengan Pangeran Husen masih lebih tinggi pangeran Husen. Dan Pangeran Husen sendiri tahu tentang hal itu makanya dia sendirilah yang meminta sekat diturunkan.     

"Terima kasih Yang Mulia, Anda sungguh sangat mengerti tentang hal ini" Kata Perdana Mentri Amir.     

"Sama – sama Ayah. Nah sekarang Ayah bisa berbicara. Bicaralah Ayah ! " Kata Pangeran Husen dengan lembut sambil terdiam dengan posisi siap mendengarkan. Untuk kali ini Ia sudah bisa menebak apa yang akan dibicarakan oleh calon ayah mertuanya.     

"Sebenarnya Ayah sangat malu untuk berbicara tentang hal ini. Tetapi jika tidak dibicarakan Ayah akan merasa sangat berdosa kepada Yang Mulia. Yang Mulia sangat baik dan sebenarnya berhak mendapatkan gadis yang lebih baik " Kata Perdana Mentri Amir dengan bibir bergetar dan mata berkaca – kaca.     

Betapa Ia merasa telah menjadi seorang ayah yang penuh kegagalan. Ia bukanla seorang ayah baik yang bisa menjaga anak gadisnya dengan baik. Sesaat suasana jadi hening sehingga hanya ada deru mobil yang masih melaju memecah keramaian jalan di Kita Adis. Ibu kota kerajaan Zamron.     

Pangeran Husen jadi kasihan melihat perdana mentri Amir yang sangat tertekan. Matanya segera mencari kulkas kecil yang biasanya ada di samping mobil. Ia segera membukanya dan sesuai dugaan ada beberapa botol air putih dingin yang biasanya tersedia.     

Pangeran Husen mengambil satu dan membuka tutupnya kemudian dengan penuh kesopanan Ia memberikan botol itu kepada calon ayah mertuanya. Dengan penuh rasa terima kasih Perdana Menteri Amir segera mengambilnya dan meminumnya. Setelah tenggorokannya di guyur air dingin sesaat kemudian dadanya menjadi lega. Tekanan yang sedari tadi Ia rasakan berangsur – angsur berkurang. Apalagi dilihatnya wajah Pangeran Husen yang begitu tenang.     

Tetapi kemudian pikiran Perdana Menteri Amir kembali kalut ketika membayangkan reaksi Pangeran Husen tentang Amrita yang akan Ia bicarakan. Bagaimana kalau seandainya Pangeran Husen marah dan kemudian memutuskan untuk tidak jadi menikah dengan anaknya. Alangkah malunya dirinya dan aib akan segera menimpa keluarganya. Selama ini yang beredar tentang cerita anaknya hanyalah desas desus tanpa bukti karena Pangeran Abbash akan langsung membunuh orang yang berani bergosip tentang dirinya dan Amrita.     

Tetapi sebagaimana halnya dengan kasus Putri Rheina, kebohongan itu sangat sulit untuk di tutupi. Walaupun tidak terang – terangan tetapi gosip kebersamaan mereka sudah sangat diketahui oleh khalayak ramai. Hal ini terutama sering tidak adanya mereka berdua di kerajaan Zamron.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.