CINTA SEORANG PANGERAN

Ketika Pesawat Mengudara



Ketika Pesawat Mengudara

Ketika pesawat mereka mengudara meninggalkan Amerika, Hati Alena mendadak terasa sangat sedih. Ia duduk di dekat jendela dan menatap gumpalan awan yang menghitam. Suara deru pesawat hampir tidak terdengar. Alena merasakan dadanya berdebar dengan kencang. Ia tahu bahwa Ia tidak bisa terus menerus menghindari kerajaan Azura. Ia harus rela berbagi Nizam dengan orang banyak. Bukan hanya dengan istri – istrinya yang lain tetapi dengan rakyat kerajaan Azura.     

Alena tidak menikahi Nizam hanya untuk dirinya. Nizam adalah milik orang banyak dan Ia tidak bisa begitu egois ingin menguasai Nizam seorang diri. Bagi Alena untuk tetap berada di sisi Nizam dan menikmati cintanya sudah suatu keberuntungan. Bahkan Ia sudah memiliki dua orang buah hati sebagai bekal untuk bisa bertahan di Azura. Alena tidak memiliki sekutu seperti istri Nizam yang lainnya.     

Satu – satunya sekutu dia adalah Cynthia dan Alena harus bersabar karena ternyata Cynthia tidak dapat tinggal bersamanya di dalam Harem karena Cynthia bukanlah wanitanya Nizam. Tetapi Ia masih bisa bernafas lega karena Nizam menjanjikan Cynthia untuk menjadi guru Bahasa Inggris bagi istri – istri Nizam yang lainnya.     

Perjalanan hidup seseorang sungguh tidak bisa ditebak dengan mudah. Ketika Alena mencintai Nizam. Ia tidak pernah sedikitpun akan mengira kalau pemuda Arab yang Ia cintai itu adalah pangeran Kerajaan Azura. Seandainya Ia tahu dari awal mungkin Ia akan mundur alon – alon. Tetapi kini Ia tidak dapat mundur selangkahpun, walaupun nyawa taruhannya Ia tetap harus maju menantang apapun yang akan terjadi.     

Alena mendesah ketika Ia kemudian merasakan ada yang memeluknya dari belakang. Alena sama sekali tidak memalingkan wajahnya untuk melihat siapa yang memeluknya. Dari baunya saja Ia sudah tahu kalau itu adalah suaminya. Lengan yang kokoh, kuat dan berbulu itu tampak melingkar diperutnya. Alena mengusap lengan itu dengan lembut kemudian Ia menyenderkan kepalanya di dada Nizam.     

"Kau pasti sedang memikirkan kerajaan Azura. Kau pasti sedang memikirkan bagaimana suasana di dalam harem sekarang " Kata Nizam sambil tersenyum dan menyimpan dagunya di kepala Alena.     

"Ya.. Kau tahu itu dengan pasti" Kata Alena dengan suara perlahan.     

"Apa kau takut ? " Kata Nizam bertanya dengan lembut.     

"Aku tidak pernah takut menghadapi apapun yang belum tentu terjadi. Aku hanya takut kau akan berubah pikiran. Aku takut suatu hari nanti kau akan menendangku keluar dari istana" Kata Alena     

"Mengapa pikiranmu begitu buruk. Bagaimana mungkin Aku akan menendangmu keluar kalau hidupku begitu bergantung kepadamu. Bukankah kau seperti udara bagiku" Kata Nizam kepada Alena.     

"Aku tidak tahu Nizam ? Terlalu banyak kemungkinan yang bisa terjadi antara kita. Aku hanya berharap apapun yang terjadi kau harus tetap menomor satukan keselamatan anak – anak kita "     

"Alena, apakah kau tidak percaya dengan kekuatan yang di atas ? Alloh tidak akan pernah membiarkan umatnya dalam kesulitan sepanjang umatnya itu mau berusaha. Apapun yang terjadi, ingatlah bahwa ada takdir yang tidak akan pernah salah memilih. Baik atau buruk takdir tersebut semua tergantung dari sudut pandang kita. Percayalah selalu ada kemudahan dibalik kesulitan. " Kata Nizam sambil tetap tersenyum dan menggoyangkan tubuh Alena dengan lembut di dalam pelukannya.     

"Katakan kepadaku apa yang akan Kau lakukan terhadap Putri Mira " Kata Alena tiba – tiba membuat Nizam langsung tersedak.     

"Mengapa Kau tiba – tiba bertanya seperti itu ?" Kata Nizam sambil mengerutkan keningnya. Ia langsung tahu siapa dalang dibalik pertanyaan Alena. Dan Nizam memang analisa jarang meleset.      

Ada suatu ketika Cynthia berkata bahwa selain pada putri Rheina, Alena harus berhati - hati terhadap putri Mira karena walau bagaimanapun sekarang Putri Mira sedang mengalami depresi mental dan sebagai suaminya Nizam tidak bisa lepas dari tanggung jawabnya walaupun Ia belum menikahinya secara agama.     

Waktu itu Alena hanya terdiam dan tidak berpikir panjang. Baginya Ia lebih khawatir kepada Putri Rheina. Dan seingatnya Putri Mira tidak terlalu frontal terhadapnya. Ia kelihatan begitu baik bersama putri Alycia. Tetapi Cynthia terus mengingatkannya kalau yang tidak frontal bukan berarti dia baik.     

 Alena yang baik hati malah menjawab bahwa orang gila tidak perlu ditakuti dan Cynthia hanya menggelengkan kepalanya. Hati sahabatnya itu terbuat dari emas saking mulianya. Dan kebaikan hatinya bagaikan bunga melati yang begitu putih mewangi. Dan Cynthia hanya berdoa semoga apapun yang terjadi Alena tidak akan pernah kalah. Dan Cynthia selalu berharap bahwa dimanapun berada kebaikan akan selalu menang melawan kelaliman.     

Alena tidak menjawab pertanyaan Nizam, Ia malah terus melanjutkan perkataannya. Suara Alena yang lembut berdesir seakan suara dedaunan yang tertiup angin tetapi bagi Nizam suara itu umpama angin topan yang memporak porandakan hatinya yang sedang galau.     

"Putri Mira adalah Adik dari Pangeran Abbash, dan sekarang Pangeran Abbash adalah teman kita. Menyikiti Putri Mira berarti menyakitinya. Dan Aku tahu walaupun kau bukan laki – laki yang berhati lembut seperti adik – adikmu tetapi kau juga bukan laki – laki berhati jahat. Kau adalah salju yang terbungkus api. Dan suatu ketika akan ada lelehan salju yang memadamkan api di dadamu.     

Kau selalu berbuat baik di dalam ketegasanmu. Dan Aku yakin kau tidak akan pernah membiarkan Putri Mira hidup menderita di dalam harem. " kata Alena dengan tatapan mata yang sedih. Ia baru menyadari perkataan Cynthia di saat Ia sedang merasa bersedih, merana menuju kepulangannya ke Azura. Ia bagaikan daun yang meranggas karena terkena kemarau berkepanjangan.     

Nizam terdiam ikut menerawang bersama Alena, mengapa sejak bertemu Alena, Nizam merasa kehidupan istana menjadi begitu pahit. Akan ada banyak kemunafikan yang harus Ia lakukan. Mengapa Ia tidak bisa untuk tidak bertanggung jawab. Mengapa Ia tidak bisa mengorbankan jutaan rakyatnya untuk Alena. Mengapa Ia tidak membiarkan keruntuhan dinasti Al- Walid untuk kebahagiaan keluargan kecilnya.     

Mengapa Ia tidak memiliki keberanian untuk membubarkan harem secara langsung mengingat ada banyak pihak yang akan murka kalau Nizam tiba - tiba mengembalikan anak gadis mereka dalam keadaan tidak tesentuh. Akan ada hinaan yang mereka rasakan kalau itu terjadi. Anak gadis mereka sangat tidak diinginkan oleh suaminya sampai - sampai mereka kembali dalam keadaan suci.     

Dengan bibir bergetar, Nizam menjawab, " Bersabarlah Alena untukku. Maafkan Aku yang tidak bisa melarikan diri bersamamu. Sesungguhnya suamimu ini bukanlah seorang laki – laki pengecut yang sanggup mengorbankan kerajaan dan rakyatnya demi kepentingan dirinya sendiri " Kata Nizam sambil membalikkan tubuh Alena lalu mencium bibir penuh yang lembut dan harum.     

Nizam tidak perduli dengan para pengawal dan asistennya. Ciuman lembutnya berubah menjadi ganas karena hatinya yang begitu gundah     

Hatinya sama gundahnya dengan hati Alena. Pertanyaan Alena dari kemarin serasa hujan anak panah yang menghujani hatinya. Terasa sangat perih dan menyakitkan. Nizam merasa Ia akan memberikan banyak penderitaan pada wanita yang sangat Ia cintai itu.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.