CINTA SEORANG PANGERAN

Apa konskuensi dari Kegagalan Suatu Kudeta ?



Apa konskuensi dari Kegagalan Suatu Kudeta ?

"Bertahun – tahun berada di sisi Pangeran Nizam. Memangnya jabatan apa yang sudah kau terima selain menjadi jendral yang mengurus tentang pengawalan putra Mahkota ? Bahkan kau menyia – nyiakan waktumu untuk berkeluarga. Apakah Kau tidak tahu kalau adalah jendral yang paling disisihkan diantara yang lain ?" Suara Pangeran Barry berhasil membuat Imran mengurungkan niatnya untuk menutup pembicaraannya dengan Pangeran dari kerajaan Zamron itu.     

"Aku... " Imran ingin berkata sesuatu tetapi Pangeran Barry sudah menyelanya kembali.     

"Kau adalah jendral terbesar diantara mereka. Kemampuanmu mengatur pasukan melebihi kemampuan Pangeran Rasyid. Tetapi siapa pemimpin pasukan utamanya Kau atau dia ? Orang bodoh juga tahu kalau selamanya darah akan lebih kental dari air. Pangeran Rasyid adalah sepupu dari Pangeran Nizam. Mereka memiliki pertalian darah jadi walaupun kemampuannya di bawah dirimu.     

Oh ya ngomong - ngomong Aku juga tahu kalau pengetahuan tentang kenegaraan mu sangat baik dan sebenarnya kau layak untuk menjadi perdana menteri. " Pangeran Barry sengaja menggantung kata - katanya membuat Imran menelan ludahnya sendiri walaupun sebenarnya Ia tahu kemana arah pembicaraan Pangeran Barry tetapi Ia tetap ingin mendengar perkiraannya sesuai dengan jalan pemikiran Pangeran Barry.     

Pangeran Barry berhasil mengguncang psikologi dari Imran. Pangeran Barry tersenyum sinis, mata – matanya benar kalau ternyata Imran memiliki perasaan ketidak adilan. Imran merasa diperlakukan tidak adil oleh Nizam. Ia merasa tersisih setelah kedatangan Amar. Imran merasa Nizam lebih menyayangi Amar dibandingkan dirinya.     

"Kau diam..heh. Tentunya kau tahu apa yang akan aku katakan selanjutnya tentang kapasitasmu itu. Kau benar ! Kau yang seharusnya paling layak menjadi perdana menteri untuk Kerajaan Zamron dibandingkan dengan Pangeran Thalal.      

Memang mungkin Arani lebih baik darimu tetapi dia seorang perempuan dan sampai kapanpun sepanjang para tetua yang berpikiran kolot itu menduduki dewan kerajaan jangan harap akan ada perempuan yang menjadi perdana menteri.      

Jadi ketika Arani tidak bisa menjadi perdana mentri maka seharusnya yang paling layak untuk menggantikannya adalah dirimu . Sayangnya kau bukanlah orang yang dipandang oleh Pangeran Nizam. Kau hanyalah jendralnya, penjaganya, pelayannya jadi sampai kapanpun kau hanyalah alas kakinya "     

Wajah Imran tampak kelabu mendengar perkataan Pangeran Barry tetapi saat itu Ia masih waras untuk tidak termakan perkataan Pangeran Barry.     

"Terima kasih atas perbincangan hari ini Yang Mulia. Tetapi apapun yang Anda katakan, Aku anggap ini adalah omong kosong di malam hari. Bagi hamba berada di sisi Yang Mulia Pangeran Nizam merupakan pengabdianku untuk kerajaan Azura" Kata Imran dengan tegas.     

"Ya.. Aku tidak bisa memaksamu karena memang ada beberapa orang yang suka berada di area nyaman walaupun dia menjadi budak selamanya. Tetapi kalau kau memang ingin berpindah tempat dari area nyaman menuju area penuh tantangan demi dinasti keluarga yang lebih mulia maka bergabunglah denganku. Simpan nomor ku ini. Dan Aku siap kau hubungi kapan saja " Kata Pangeran Barry sambil menutup teleponnya.     

Imran berdiri memandang kegelapan malam dengan berbagai pikiran aneh berkecamuk di dalam benaknya. Selama ini tidak pernah sedikitpun Ia memikirkan akan ketidak adilan yang mungkin telah Ia terima bertahun – tahun. Tujuan hidupnya adalah mengabdi kepada Nizam tanpa memperdulikan perlakuan Nizam kepada dirinya. Kini pikirannya menjadi sedikit terganggu oleh perkataan Pangeran Barry. Tetapi kemudian Imran mengenyahkan pikiran itu.     

Dan ketika di Amerika saat Ia memandang pakaian yang berpakaian merah membawakan makanan khas India dan entah mengapa hatinya langsung terpanah oleh kecantikan wanita itu. Dan Ia kemudian semakin bergetar merasakan betapa nikmatnya masakan wanita itu dan ketika kemudian Ia berniat ingin mengenal wanita itu lebih jauh ternyata kenyataan pahit harus Ia terima. Wanita itu ternyata istri dari Amar.     

Rasa iri dan marah langsung membuncah keluar dari jiwanya. Perkataan Pangeran Barry tentang ketidak adilan Nizam langsung memantik panas dalam hatinya bagaikan bara api yang ditiup angin. Apinya langsung menjela – jela menghanguskan jiwa pengabdiannya kepada Nizam. Nizam benar – benar sudah bertindak pilih kasih. Ia bertahun – tahun ada disamping Nizam tetapi belum pernah sekalipun Nizam menjodohkan dia kepada seorang gadis apalagi gadis secantik Zarina.     

Dan setiap Ia bertemu Zarina dan menatapnya rasa irinya kepada Amar tumbuh semakin besar hingga kemudian Ia menelpon kembali ke pangeran Barry dan menyanggupi untuk membantu Pangeran Barry melakukan kudeta di kerajaan Zamron.     

Pangeran Barry mengatakan kalau Ia menghendaki senjata yang baru di beli oleh Imran untuk pasukan militer Kerajaan Azura. Senjata itu berada dalam pesawat militer yang membawa Imran dan sekarang mengudara bersama dengan pesawat yang ditumpangi keluarga Nizam. Sayangnya para pilot diluar jangkuan kekuasaan Imran. Para pilot berasal dari angkatan udara sedangkan Ia dari angkatan darat. Ia tidak dapat membujuk pilot pesawat militer untuk membelokkan jalannya pesawat ke arah pulau tempat Pangeran Barry berada.      

Dan orang yang bisa memberikan perintah untuk membelokan pesawat itu adalah Nizam sebagai pemegang kekuasaan tertinggi di luar Azura. Jadi memang jalan satu – satunya adalah membajak pesawat agar Nizam memberikan perintah untuk membelokan pesawat – pesawat itu ke pulau dimana Pangeran Barry berada.     

Pangeran Barry juga akan menawan Nizam dan keluarganya untuk nantinya menekan kerajaan Azura untuk mendukung gerakan dari Pangeran Barry serta mengakui secara de jure ( Secara tertulis, secara hukum ).     

Sungguh suatu ide yang sangat cemerlang dan Imran langsung merasa bahwa ini adalah kesempatan dirinya untuk mengobati rasa sakit hatinya atas ketidak adilan yang Ia rasakan. Ia juga mengakui kebenaran dari perkataan pangeran Barry yang mengatakan kalau sudah seharusnya Ia memperbaiki nasib dinasti keluarganya. Ia harus membuat seluruh keluarganya memiliki kemuliaan. Sudah cukup Ia mengabdikan hidupnya kepada orang yang tidak memperhatikan nasibnya.     

Tadinya Imran tidak ingin Nizam mengetahui pengkhianatannya dan Ia akan diam – diam saja. Tetapi kemudian karena salah satu anak buahnya yang tolol telah mengatakan sesuatu yang membuat Imran langsung ketahuan sebagai pengkhianat.     

Dan ketika Imran sudah ketahuan Ia kemudian berencana untu tetap diam. Imran tidak ingin mengatakan tujuan yang sebenarnya dengan mengatakan siapa orang yang menyuruhnya agar menjadi kejutan bagi Nizam saat bertemu dengan pangeran Barry. Tetapi Imran lagi – lagi kaget karena Nizam langsung mengetahui siapa dalang utama dibalik pergerakannya. Irman mengeluh dalam hatinya kalau Nizam sungguh mengerikan kemampuan di dalam analisanya.      

Akhir dari flash back     

Melihat Imran hanya terdiam, Nizam kemudian bertanya lagi dengan suara keras,     

"Mengapa Kau hanya diam. Apa kau tahu apa konskuensinya kalau kudeta dari Pangeran Barry gagal ?" Kata Nizam sekali lagi kepada Imran. Imran menengadahkan wajahnya.     

"Ya.. Hamba tahu tetapi sebagai seorang jendral Hamba tidak takut menghadapi suatu kegagalan dari konspirasi " kata Imran membuat Nizam langsung tertawa terbahak – bahak.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.