CINTA SEORANG PANGERAN

Semua Pengawal Berkhianat



Semua Pengawal Berkhianat

Alena kemudian mengalah ketika melihat para pelayan itu berlutut di kakinya agar Alena mengurungkan niatnya untuk keluar. Ia memutuskan untuk tidak bertindak gegabah.     

"Pangeran Axel dan Putri Alexa masih membutuhkan perlindungan ibunya. Mohon Yang Mulia mempertimbangkan mereka. Pangeran Nizam pasti tidak akan mengampuni kami kalau terjadi apa – apa dengan Yang Mulia"     

"Pangeran Thalal.. Aku khawatir " Kata Alena mencoba menghilangkan rasa bersalahnya karena Ia tidak keluar padahal Alena tahu pasti kalau Pangeran Thalal pasti terluka. Pangeran Thalal adalah salah satu orang terpenting dalam hidupnya. Ia adalah adik ipar yang selalu membelanya. Ia juga suami dari sahabatnya sendiri. Bagaimana Ia bisa tinggal diam sementara Alena tahu kalau Pangeran Thalal berada dalam bahaya.     

"Pangeran Thalal saja tidak bisa mengatasi para penjaga yang berkhianat apalagi Yang Mulia " Seorang pengasuh yang sudah berumur tampak sudah menduga kalau para penjaga berkhianat. Ia sedari tadi sudah curiga ketika melihat para penjaga itu masuk ke dalam ruangan bayi sambil memegang senjata dengan wajah gelisah.     

Walaupun mereka tidak berkata apa – apa tapi dari cara mereka saling bertatapan mata tampak sangat gelisah. Walaupun Ia curiga tetapi Ia tetap bersikap seakan tidak ada apa – apa. Ia takut kalau Ia mencurigai penjaga itu maka penjaga itu akan bertindak lebih buruk dari sekedar hanya berjaga – jaga dengan senjata di tangan mereka. Apalagi beberapa pengasuh tampak tidak berpengalaman dengan ketegangan seperti ini.     

Pengasuh itu takut kalau para penjaga bertindak maka para pengasuh lainnya menjadi histeris dan panik dan itu jelas akan sangat berbahaya terhadap para bayi. Para pelayan yang histeris akan mengakibatkan para penjaga menjadi panik dan kepanikan itu berakibat fatal.      

Alena lalu melihat ke arah anak – anaknya yang kini mulai merengek termasuk Pangeran Atha. Mereka kelihatannya kehausan. Maka Alena kemudian membalikkan badannya dan segera mengambil Axel lalu menyusuinya dengan perasaan gelisah dan air mata bercucuran.      

Berulang kali Alena mengalami ketegangan dan ancaman bahaya. Tetapi terkadang Ia tidak tahan didalam mengatasi perasaannya. Pada dasarnya Alena bukanlah orang yang penakut tetapi terkadang Ia tidak bisa menahan air matanya     

Kapan Ia dapat hidup dengan tenang kalau sejak Ia mengenal Nizam begitu banyak cobaan yang terima. Nyawa jadi taruhan setiap saat. Sungguh Alena bukanlah wanita ambisius yang menginginkan pasangan hidup yang sangat kaya atau berkuasa.     

Hidup berkecukupan sejak kecil membuat Ia tidak memandang kalau kekayaan adalah yang terpenting dalam hidupnya. Dan sebagai calon pemilik perusahaan ayahnya karena Ia adalah anak tunggal yang hanya memiliki adik angkat membuat Ia juga tidak mencari suami yang memiliki kedudukan tinggi.     

Alena hanya mencari suami yang sangat Ia cintai dan mencintai dia. Alena hanya menginginkan suami yang bertanggung jawab terhadapnya dunia dan akhirat. Alena hanya ingin hidup bahagia selamanya walaupun tidak mewah.     

Kemewahan setiap orang tentunya berbeda standar. Ia sungguh ingin menukar semua kemawahan yang sedang Ia jalani dengan ketenangan hidup. Ibarat main air Ia sudah terlanjur basah dan tidak bisa menarik dirinya kembali.     

Alena harus siap dengan segala kosekuensinya ketika Ia bersedia dinikahi oleh Nizam. Dan Ia sedang menjalani itu. Ke depan Alena yakin kalau bahaya akan selalu mengancam jiwanya bahkan setelah Nizam menjadi raja.      

Alena menggigit bibirnya agar tangisannya tidak keluar ketika Axel memandangnya dengan matanya yang benih. Ia seakan ingin berkata, "Jangan bersedih Muya, ada Aku disampingmu yang akan selalu menjagamu." Alena mengusap pipi Axel dan memandang Alexa yang sedang bersabar menunggu giliran.     

Sementara itu diluar ruangan,     

Sosok tubuh roboh di hadapan Pangeran Thalal yang sedang merayap untuk bergerak menyelamatkan dirinya sendiri. Tetapi Kemudian Pangeran Thalal melihat lagi ada dua orang pengawal datang. Para pengawal itu ada di area ruang maka yang letaknya dekat dengan ruangan bayi.     

Jelas mereka datang karena mendengar letusan senjata. Pangeran Thalal sudah tidak bisa berkutik lagi ketika pengawal itu langsung menodongkan senjatanya ke arah pangeran Thalal yang sedang merayap di bawah.     

Sampai kemudian Pangeran Thalal hanya diam terperangah ketika melihat sebuah Kaki meluncur ke depan dia dan menendang tangan penjaga yang memegang senjata itu. Selain tangan yang ditendang, Kepala penjaga itu lalu di pegang dan Krak.. terdengar tular leher patah.     

Temannya si penjaga yang akan menembak orang yang menendang penjaga itu mengalihkan senjatanya tetapi terlambat karena Ia sudah di banting oleh tubuh temannya yang sudah mati itu.     

Pangeran Thalal hanya bisa menelan ludah ketika melihati orang itu lalu memelintir tangan penjaga yang tadi terbanting kemudian kaki orang itu menginjak leher si penjaga yang tangannya dipelintir dan hanya sekali gerakan terdengar kembali tulang leher yang patah.     

"Kakak.. " Pangeran Thalal mengeluh melihat orang itu langsung mati dalam sekali gerakan kaki. Nizam menengok ke arah Pangeran Thalal dan kemudian bergerak mendekatinya.     

Darah yang mengalir di paha dan bahu Pangeran Thalal langsung di hentikan oleh totokan tangan Nizam. Ia segera memapah tubuh adiknya. "Kakak !! "     

"Diamlah !! Jangan banyak bicara. Kau akan banyak kehilangan darah. " Kata Nizam dengan wajah yang kelam. Kejadian kali ini sangat membuat Nizam kesal bukan main. Bayangkan saja seluruh penjaga di pesawat ini berkhianat dan tidak ada satupun yang tersisa selain para pilot dan awak kapal.     

Nizam mengetuk pintu ruangan para bayi berada karena Ia tahu kalau Alena tadi berlari ke arah ruang bayi. Tetapi di dalam tidak ada suara sehingga kemudian Nizam berkata, " Alena !! Buka pintunya ini Aku.." Kata Nizam dengan lembut.     

Alena berdiri tegak, Ia hendak melangkah pergi sambil mengendong Axel tetapi pelayan segera mendahuluinya.     

"Yang Mulia.. hati – hati " Kata pelayan itu. Dia masih tetap ketakutan dengan situasi yang menegangkan ini.     

"Itu suara suamiku. Tidak mungkin Aku tidak mengenalinya" Alena berkata tegas     

"Hamba takut Yang Mulia dibawah tekanan sehingga mau membuka pintunya " Kata si pelayan itu tetap berhati – hati. Alena menggelengkan kepalanya.     

"Yang Mulia pangeran Nizam tidak akan mungkin sampai melakukan itu. Mana mungkin Ia akan menipu kita walaupun dia berada di bawah tekanan. Aku tahu betul siapa suamiku" Kata Alena sambil berjalan dan menyingkirkan pelayan dari hadapannya dan tidak bisa dicegah lagi Ia sudah membuka pintu ruangan.     

"Alena kau baik – baik saja ? Bagaimana dengan anak – anak ?" Kata Nizam sambil membawa Pangeran Thalal yang berdarah – darah. Alena menjawab dengan cepat sambil memberikan bayinya ke pengasuhnya.     

"Kami baik – baik saja. Bagaimana dengan pangeran Thalal ? Mana Cynthia ?" Kata Alena sambil membantu Pangeran Thalal agar berbaring.     

"Dia tertembak di paha dan di bahu tapi Aku sudah menghentikan jalan darahnya agar tidak pendarahan. Alena.. Kau diamlah disini. Jangan pernah membukakan pintu kecuali Aku yang menyuruhmu. Aku akan membereskan dulu situasi di sini."     

"Imran ?? " Alena bertanya tentang Imran.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.