CINTA SEORANG PANGERAN

Simpan Semua Ladu Itu !



Simpan Semua Ladu Itu !

Amar mengambil ladu itu sebuah. Ini adalah ladu susu dan oatmeal. Warnanya kecoklatan karena oatmealnya rasa coklat. Bahkan ada campuran madu sehingga rasanya sangat legit dan manis.      

Nizam menatap Amar seraya menunggu jawaban dari pelayan. Pelayan itu malah terpaku sambil menatap Amar. Ia jadi merasa sangat berdosa menghidangkan ladu itu untuk Amar. Tetapi Ia masih ingat dengan jelas. Ketika Zarina memerintahkan mereka untuk memberikan ladu buatannya sendiri untuk Amar sedangkan untuk yang lain diberi ladu buatan pelayan.      

Sebenarnya rasanya pasti sama karena menggunakan bahan yang sama dan menggunakan resep yang sama bahkan pembuatannya di awasi langsung oleh Zarina sebagai kepala bagian dapur tetapi spesial untuk Amar hanya boleh makan ladu hasil dari tangan Zarina sendiri.     

Para pelayan itu tidak menyangkan kalau ladu itu telah membuat Amar bersedih kembali. Walaupun itu sebenarnya sangat manusiawi tetapi para pelayan itu tetap merasa berdosa sehingga ketika Nizam bertanya para pelayan itu malah terdiam ketakutan dan merasa berdosa.     

"Mengapa Kalian diam saja ! Ladu itu.. " Nizam bertanya sekali lagi, Ia sangat ingin menegaskan kepada para pelayan.     

"Itu ladu buatan Zarina sewaktu di Amerika. Kami sungguh bodoh telah menghidangkannya kepada Tuan Jendral Amar. " kata salah seorang pelayan sambil menundukkan wajahnya. Ia tahu Nizam pasti marah karena dianggapnya tidak peka.     

Para pelayan itu menundukkan kepalanya dengan wajah penuh kesedihan dan ketakutan. Mereka tadi serba salah, mau tidak dihidangkan takutnya malah tidak memenuhi amanat Zarina tetapi dipenuhi sekarang malah membuat Jendral Amar menjadi bersedih.     

Saking sedihnya para pelayan itu kini meneteskan air matanya. Nizam yang sedikit emosi kini menjadi menelan kemarahannya sendiri. Ia lalu mengambil piring ladu kembali dan memberikan kepada pelayan.     

Amar memandang Nizam dengan pandangan penuh tanda tanya, mengapa Nizam harus mengambil ladu - ladu itu dari tangannya. Itu ladu - ladu miliknya. Kalau saja yang mengambilnya bukan pangeran putra mahkota pasti Amar sudah merebutnya kembali tetapi karena Nizam yang mengambilnya maka Amar hanya bisa menatap dengan mata tetap berkaca - kaca.     

"Aku tidak akan memakannya. Jangan khawatir Amar, Aku akan mengamankan semua ladu - ladu itu hanya untukmu" Kata Nizam sambil menepuk bahu Amar dengan sedih.     

"Simpan semua ladu - ladu itu di dalam toples kedap udara dan amankan untuk di bawa ke Azura. Jangan biarkan siapapun menyentuh Ladu - ladu ini. Dan Kau nanti yang harus bertanggung jawab membawa ladu - ladu itu ke kediaman Amar." Kata Nizam kepada para pelayan itu.     

Para pelayan itu langsung menganggukkan kepalanya dengan sedih dan segera pamit undur diri. Sedangkan Amar menatap Nizam dengan penuh rasa terima kasih. Nizam bagi Amar adalah calon raja yang begitu bijaksana. Ia mampu memahami dna menyelami hati orang dengan baik.     

Nizam juga selalu memiliki keputusan yang adil dan bijaksana. Sayangnya selalu ada orang - orang yang memang tidak menyukai orang baik. Orang - orang yang memiliki ambisi jahat untuk menyakiti hati orang lain. Padahal Nizam tidak pernah melalaikan kewajibannya terhadap para bawahannya.     

Tetapi tetap saja Nizam memiliki musuh, orang baik tidak selamanya disukai oleh semua orang. Hanya orang - orang baik yang menyukai orang baik atau orang - orang jahat yang tersentuh hatinya oleh kebaikan hati orang baik.     

Dan satu hal lagi iri dan dengki ternyata mampu mengubah orang baik menjadi orang jahat. Dan Imran telah menjadi korban iri dan dengki yang dia pupuk sendiri. Bahkan istrinya yang tidak berdosa adalah korban iri yang salah.     

"Minumlah Amar, agar hatimu menjadi tenang atau kau ingin kembali ke ruanganmu? Tetapi Aku tidak akan mengizinkan kau menunggui jenazah istrimu lagi. Kasihan dia.. nanti berat di alam kuburnya" Kata Nizam kepada Amar.      

Amar menghembuskan nafasnya yang terasa berat, bagaikan ada batu besar yang menghimpit dadanya tetapi Ia kemudian Amar bersaha kembali untuk tenang.     

"Hamba tidak apa - apa Yang Mulia. silahkan Yang Mulia untuk berbicara. Hamba akan mendengarkan dan menyimak dengan baik" Kata Amar sambil kembali menghela nafas.     

Nizam memastikan Amar tenang kembali sebelum kemudian Ia melanjutkan perkataannya.     

"Baiklah.. sebenarnya Aku sama seklai tidak ingin membicarakan ini dengan kalian sekarang tetapi aku sendiri tidak tenang memikirkannya. Aku hampir gila kalau mengingat tentang permasalahan ini. Aku tidak bisa berbicara dengan adikku tentang masalah ini karena dia baru selesai oprasi kecil lagi pula dia tidak akan terlalu mengerti.     

Aku juga tidak bisa berbicara dengan Cynthia karena dia belum tahu akar permasalahan ini dengan baik. Jadi harapanku adalah kalian yang akan membantuku untuk bertukar pikiran. Karena memang ini akan menjadi permasalahan kita juga" Kata Nizam dengan serius.     

Ketiga orang yang menjadi orang terakhir di pesawat sebagai pengawal Nizam yang tersisa itu sangat berharga bagi Nizam karena dengan adanya peristiwa ini mereka berarti sudah teruji kesetiannya.     

"Ini tentang Arani.. " Kata Nizam sambil terdiam. Hanya tiga kata yang keluar dari mulut Nizam tapi mampu membuat ketiga orang itu bagaikan disambar petir. Bagaimana mereka tidak kaget. Tiga kata dari Nizam itu bermakna besar. Tiga kata itu mengandung maksud kalau Nizam mencurigai Arani juga.      

Walaupun Arani adalah orang yang terdekat dengan Nizam dan seperti bayangan Nizam yang sangat tidak mungkin bagi Arani untuk menghianati Nizam tetapi peristiwa pengkhianatan Imran telah menjadikan semua kiniscayaan itu terbakar menjadi serpihan abu dan hilang lenyap tertiup debu.     

"Maksud Yang Mulia adalah, Yang Mulia bertanya kepada kami tentang Jendral Arani. Nyonya Jonathan " Kata Amar. Ali dan Fuad tidak mampu berbicara apapun mereka hanya menatap Nizam dengan pandangan yang berkabut.     

Nizam tidak menjawab, Lidahnya terasa sangat kelu untuk berkata - kata. " Aku tidak ingin mengatakannya.. Aku terlalu sedih dan takut menghadapi kenyataan" Kata Nizam tidak kalah muramnya. Nizam seperti merasa bahwa ini adalah mimpi buruk. Sungguh Nizam ingin bahwa kejadian yang dialami mereka adalah mimpi buruk dan Nizam ingin bangun dipagi hari dengan Imran masih ada disampingnya.     

Nizam masih ingin mereka berbincang bersama sambil tertawa atau tersenyum antara Dia, Imran, Amar dan Arani. Tidak ada ketakutan dan kekhwatiran seperti sekarang.     

"Yang Mulia.. hamba sungguh tidak ingin berpikir tentang hal ini" Kata Amar sambil mengusapkan kedua tangannya ke wajahnya. Cobaan ini sungguh teramat berat dia alami. Setelah salah satu sahabatnya berkhianat dan membunuh istrinya, Amar sama sekali tidak ingin memikirkan tentang Arani. Ia tidak sanggup kalau sampai Arani berkhianat.     

"Aku juga tidak ingin tetapi kita harus berpikir realistis. Aku bahkan kehilangan kepercayaan terhadap semua orang termasuk kepada bayanganku sendiri. Amar, kau adalah seorang mata - mata yang handal. Katakan kepadaku, Apakah kau melihat tingkah Arani yang janggal akhir - akhir ini?" kata Nizam bertanya kepada Amar.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.