CINTA SEORANG PANGERAN

Aku Ingin Seperti Pangeran Nizam



Aku Ingin Seperti Pangeran Nizam

"Yang Mulia sungguh tidak tahu malu. Bagaimana Yang Mulia bisa mengatakan itu dihadapanku ?" Kata Lila sambil cemberut. Ia jadi sebal dan kesal karena suaminya berkata seperti itu.     

"Laah.. mengapa Kau marah ? Aku hanya mengatakan yang sebenarnya. Aku sama sekali tidak akan menyia -nyiakan wanita cantik yang memang bisa Aku sentuh. Dia suka Aku suka jadi kita akan bersenang - senang bersama. Tidak usah ada cinta untuk bercinta asalkan ada sukarela atau tidak sukarela juga tidak apa asalkan Aku suka" Kata Pangeran Abbash dengan wajah datar     

"Mengapa Yang Mulai sangat tidak berperasaan, yang Mulia sangat sensitif, teganya berkata seperti itu kepada Aku. Aku ini istri Yang Mulia kenapa Yang Mulia berbicara tentang menyentuh wanita lain di hadapan Aku" Lila kembali memprotes Pangeran Abbash. Ia menjadi sangat cemburu mendengar perkataan Pangeran Abbash.     

Walaupun Ia tahu kalau Ia menikahi seorang Pangeran Bahkan sekarang Pangeran Abbash menduduki Pangeran Putra Mahkota Kerajaan Azura dan itu berarti dia akan memiliki harem dan istri yang banyak agar bisa memiliki dinasti yang kokoh.     

"Kau kan tahu kalau Aku tipe laki - laki yang tidak memiliki perasaan. Aku memang tidak sensitif dan baru sedang akan sensitif karena akan belajar darimu. Kenapa kau jadi marah - marah ? Mau Aku perkosa juga?" Kata Pangeran Abbash sambil mengerutkan keningnya.     

Lila tersedak mendengar kata - kata Pangeran Abbash. Mengapa ada manusia yang seperti Pangeran Abbash di dunia ini. Wajah dan mulut sungguh tidak sesuai. Wajah begitu cantik dan lembut lebih cantik dari wanita tetapi mulut sangat tajam dan vulgar. Ia juga seperti tidak memiliki kelembutan apapun dalam hatinya.     

"Yang Mulia, ayolah bersikap romantis sedikit" kata Lila sambil memeluk leher Pangeran Abbash yang jenjang.      

"Untuk apa Aku bersikap romantis ?" kata Pangeran Abbash sambil balas merangkul pinggang istrinya.     

"Agar Aku menjadi senang.." Kata Lila sambil tersenyum lalu memejamkan matanya yang cantik. Lila menunggu Pangeran Abbash menciumnya.      

"Apa Kau bersikap genit seperti ini juga pada para tamu di club?" kata Pangeran Abbash sambil malah menatap wajah istrinya yang sedang menunggu ciuman darinya. Lila membuka matanya dan wajahnya berubah menjadi pucat. Ia sebenarnya bukan tipe wanita yang genit dan pecicilan. Bukankah dalam sifat dia itu berbanding terbalik dengan Alena. Wajah mereka sama tetapi sifat mereka sangat jauh berbeda.      

Lila terkadang masih bisa bersikap anggun di hadapan Edward dan menahan perasaan tetapi di hadapan Pangeran Abbash, dia seperti mabuk sendiri. Ketampanan Pangeran Abbash membuat dia lupa tentang sifat pemalunya.Dia seperti Zulaikha yang tidak bisa menahan hasratnya kepada Nabi Yusuf. Lila bahkan sengaja mancing - mancing Pangeran Abbash agar menyentuhnya seperti memakai pakaian yang sedikit transparan.     

Lila jadi cemberut, Ia lalu duduk menjauh dari suaminya dan memunggungi suaminya. Pangeran Abbash mengelus punggungnya dengan lembut.     

"Mengapa Kau seperti tersinggung begitu ? Apakah pertanyaanku salah ? Aku tahu club itu seperti apa karena Aku sering sekali bertemu dengan seseorang di tempat itu. Mereka berlomba - lomba menarik perhatian para pelanggan pria. " kata Pangeran Abbash sambil memegang bahu Lila. Lila lalu menepiskan tangan Pangeran Abbash dengan sebal.      

Pangeran Abbash semakin mengerutkan kening. Ia sedikit heran dengan tingkah Lila. Selama ini tidak pernah ada wanita yang bertingkah seperti itu kepadanya. Tetapi Lila berulang kali bertingkah merajuk, cemberut dan manja. Dan Lila seringkali mendebat perkataannya dan herannya Pangeran Abbash tidak pernah merasa marah terhadap Lila walaupun Lila bertingkah seperti itu.      

"Aku bukan wanita bertipe seperti itu. Aku bukanlah pelayan yang merangkap wanita panggilan. Aku adalah pelayan yang merangkap sebagai penterjemah jika ada tamu asing. Aku biasanya menemani para tamu asing yang hanya ingin bersantai di sana. Dan bukannya menemani tidur. Jadi Aku tidak perlu bersikap genit" Kata Lila sambil cemberut.     

"Kenapa Kau marah ? Aku hanya bertanya. Terus terang Aku suka kau bersikap genit kepadaku. Aku hanya sedikit cemburu ketika membayangkan kau telah bersikap genit kepada para pelanggan" Kata Pangeran Abbash.     

"Aku ini wanita yang sudah pernah bersuami mengapa kau masih cemburu tentang siapa saja yang pernah menyentuhku." Kata Lila     

"Tentu saja itu berbeda. Edward adalah suamimu. Kalau kau bersikap genit kepadanya Aku tidak perduli karena itu adalah suatu kewajaran. Tetapi kalau kau bersikap genit kepada yang bukan suamimu itu yang membuatku cemburu.     

Kau akan tinggal di istana, dimana akan banyak pangeran tampan yang ada disekelilingmu. Apalagi pergaulan di kerajaan Zamron sedikit lebih bebas dibandingkan dengan Azura. walaupun tidak sebebas negara liberal tetapi para putri dan pangeran terkadang memiliki acara bersama. Dan itu biasanya di atur oleh Kakakku Pangeran Barry.      

Kakakku memang rencananya ingin mengumbah fundamental kerajaan Zamron kalau sampai Ia menjadi Raja. Aku sendiri tidak keberatan. Bagiku yang penting Aku masih dapat bersenang - senang" Kata Pangeran Abbash     

"Apa Kau meragukan kesetiaanku ?" kata Lila semakin cemberut, kemudian dia berkata lagi,     

"Kau ini pria sungguh egois. Kau tidak pernah menjaga pergaulanmu dengan para wanita tetapi kau tidak ingin mendapatkan wanita yang memiliki pergaulan tidak baik." kata Lila      

"Aku memang pria yang egois. Aku bukanlah pria yang baik tetapi Aku tetap menginginkan kau menjadi istriku yang baik. Aku akan berusaha memperbaiki semua sifatku sekarang. Aku juga ingin menjadi suamimu yang baik. Walaupun Aku mungkin tidak sebaik Yang Mulia Pangeran Nizam tetapi Aku tetap akan berjuang untuk menjadi suamimu yang baik" Kata Pangeran Abbash dengan tulus. Mata Lila seketika berkaca - kaca. Ia lalu berbalik dan merangkul leher Pangeran Abbash.     

"Aku tidak ingin Yang Mulia sama seperti Pangeran Nizam. Bagiku cukup menjadi diri sendiri dan suami yang baik. Karena setiap suami adalah unik, kita para istri tidak bisa saling membandingkan dengan suami orang lain" Kata Lila sambil mencium bibir suaminya yang semanis madu.     

Tetapi baru saja mereka hendak melangkah lebih jauh ada suara ketukan di pintu yang membuat wajah Pangeran Abbash segera berubah. Ia sedang bercengkrama dengan istrinya dan semua pelayan dan penjaga itu pasti tahu. Ia tidak suka diganggu saat berduaan dengan istrinya tetapi suara dketukan itu terdengar terus menerus dan seperti suara ketukan dari orang yang sedang panik.      

Pangeran Abbash tadinya tidak ingin perduli tetapi Lila menahan dada suaminya dan berkata, " Agaknya ada sesuatu yang penting, Yang Mulia tolong untuk menemuinya dulu" Kata Lila.     

"Ah.. kita abaikan saja.. Aku sudah tidak tahan" kata Pangeran Abbash sambil meliarkan tangannya. Tetapi Lila bukannya tidak ingin melayani suaminya. Ia mengelus tangan suaminya yang sudah hingga dipuncak gunung yang indah.     

"Aku tidak akan kemana - mana. Aku akan menunggu di sini. Karena ketukan itu terdengar terus menerus. Aku curiga ketukan itu tidak akan berhenti sampai Yang Mulia menemuinya. " Kata Lila dengan lembut.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.