CINTA SEORANG PANGERAN

Pelukan Spontan



Pelukan Spontan

Amrita segera berkata "Tidak... tidak kau jangan berpikiran seperti itu. Lanjutkanlah ! Aku tidak apa-apa engkau lukis. Aku akan duduk dengan manis dan aku tidak akan menangis lagi "kata Amrita sambil kembali duduk dengan tenang.     

Pangeran Hussein tidak berkata apa-apa lagi. Tetapi dia mengucapkan terima kasih sebelum kemudian melanjutkan lukisannya. Sampai lukisan itu selesai seluruhnya mereka tidak berkata apapun lagi hanya helaan nafas yang terdengar sesekali dan Amrita juga berusaha tetap untuk tenang dan tidak bersedih lagi setelah beberapa saat akhirnya lukisan Amrita selesai.     

Pangeran Hussein sangat kagum dengan hasil karyanya sendiri selama ini dia baru menyadari bahwa ternyata hasil lukisan yang sangat bagus atau mungkin karena kali ini dia melukis dengan sangat bersungguh-sungguh.     

Setelah selesai Pangeran Hussein membersihkan tangannya dan mencuci lalu dia berkata,     

 Nona Amrita, lukisan anda sudah selesai dan anda bisa melihatnya. Mohon maaf kalau keterampilan melukis ku tidak sebaik para pelukis profesional lainnya. Tetapi aku percaya bahwa lukisan ini akan menjadi kenangan yang terindah untuk ku dari kerajaan zamron." kata Pangeran Hussein kepada Amrita.     

 Amrita hanya mengangguk lemah lalu dia berdiri dan kemudian melihat hasil lukisan dari pangeran Husein. Dan ketika dia melihat lukisan dirinya di atas kanvas. Amrita sungguh tidak mempercayai pada pandangan matanya betapa lukisan itu sangat indah naturalis dan dan seperti hidup.     

 Amrita seperti melihat bayangan wajahnya di cermin. Dan yang sangat menarik dia melihat wajahnya yang seharusnya murung dan penuh dengan air mata tetapi dalam lukisan pangeran Husein. Wajah murung Amrita menjadi wajah yang penuh senyum manis, dengan mata yang seperti menyiratkan rasa cinta yang mendalam.     

Sesaat Amrita tidak mampu berkata apa – apa. Dia adalah seorang kolektor lukisan. Sejak kecil dia sangat menyukai seni lukis. Sayangnya Pangeran Abbash bukanlah pria yang berhati lembut dan menyukai jiwa seni. Ketika Amrita mengoleksi lukisan dari beberapa pelukis internasional, Ia malah menyebut lukisan adalah benda paling tidak berguna.     

Dari semua jenis lukisan Amrita sangat menyukai lukisan naturalis yang realistis dimana para pelukis menuangkan objek lukisan seperti aslinya. Seperti lukisan orang, kerumunan pasar, pemandangan dan banyak lagi. Melihat wajahnya dalam lukisan Pangeran Hussein, Amrita merasa hatinya langsung tertawan. Ia sungguh tidak mengerti mengapa Pangeran Hussein seakan tahu kalau Ia penggemar lukisan.     

Pangeran Hussein sendiri melihat Amrita yang terdiam seribu bahasa sambil takjub melihat hasil karyanya, berpikiran bahwa baru kali ini ada orang begitu takjub melihat hasil karyanya. Dan Ia semakin jatuh cinta kepada Amrita. Seandainya Amrita menjadi istrinya maka Ia akan melanjutkan hidupnya dengan banyak membuat karya lukisan.     

Amrita baru tersadar kalau Ia hanya terbengong melihat lukisan itu lalu sambil matanya tetap menatap ke arah lukisan itu, Amrita berkata kepada Pangeran Husein, "Yang Mulia, alangkah indahnya lukisanmu. Seumur hidupku aku belum pernah melihat lukisan seindah ini dan wajahku begitu cantik dan begitu berseri di atas kanvas itu. Yang Mulia telah melukis suatu kebohongan "kata Amrita kepada Pangeran Husein.     

"Aku sama sekali tidak melakukan suatu kebohongan dan lukisan ku tentang wajahmu yang begitu berseri itu bukanlah suatu kebohongan. Tetapi itu adalah suatu harapankku kepadamu.     

 Aku tidak pernah bertemu denganmu sebelumnya, sehingga aku tidak pernah melihat senyum manismu. Aku selalu melihat wajahmu yang begitu murung. Dengan mata yang sangat sayu dan wajah yang penuh kekalutan. Kalaupun kau tersenyum, senyum itu bukanlah senyum yang manis.     

 Walaupun aku tahu bahwa Kau sangatlah cantik tetapi Aku tidak pernah melihat senyummu yang manis dan tulus. Lukisan ini adalah suatu harapan bahwa suatu hari nanti aku akan melihatmu tersenyum dengan manis, walaupun senyum itu tidak ditujukan kepada diriku," kata Pangeran Hussein membuat Amrita semakin tersentuh.     

"Maafkanlah Aku. Aku menyadari kalau Aku selama ini sudah berbuat salah. Yang Mulia. Menikahlah denganku. Walaupun saat ini Aku tidak mencintaimu, Aku harap kau akan bersabar menghadapiku." Kata Amrita perlahan membuat Pangeran Hussein sangat ingin meloncat kegirangan.     

Tetapi Pangeran Hussein tetap menjaga wibawanya, walaupun Ia sangat bahagia dan itu tidak bisa dibohongi dari pancaran matanya yang berbinar – binar tetapi Pangeran Hussein hanya tersenyum.     

"Aku sungguh sangat menghargaimu. Percayalah Aku tidak akan menyia – nyiakan kesempatan ini. Berilah Aku kesempatan sehingga Aku bisa membuktikan bahwa ada cinta dari suamimu yang akan membasuh lukamu"     

Amrita tiba – tiba menghambur ke dalam pelukan Pangeran Hussein dan memeluknya dengan erat membuat Pangeran Hussein, Maya dan para pengawal tercengang. Mereka bukan muhrim tetapi malah berpelukan dan Maya sendiri tidak mampu berkata apa – apa selain hanya terbengong. Ia segera menyingkir dan mengangkat teleponnya.     

"Assalamualaikum Yang Mulia.." Maya tampak panik menelpon Nizam. Nizam yang sedang mengadakan pertemuan dengan Mr. Arescha langsung mengangkat teleponnya dan meminta izin untuk berbicara. Mr. Arescha memberikan isyarat melalui tangannya kalau Ia tidak keberatan.     

Lalu tubuh tinggi besar itu berdiri dan melangkah menjauhi Mr. Arescha agar pembicaraannya tidak terdengar. Nizam biasanya tidak suka diinterupsi saat Ia berbicara tentang hal penting terutama tentang bisnis tetapi kali ini Ia memang sedang menunggu berita penting dari Maya.     

Nizam ingin tahu perkembangan tentang cinta adiknya sehingga dengan tidak sabar Ia segera menjawab salam dari Maya dan langsung bertanya, " Waalaikumsalam Maya, katakan kepadaku " Kata Nizam dengan mata tajam.     

" Dia .. dia.." Maya malah semakin melotot ketika Pangeran Hussein membalas memeluk Amrita dan mengelus kepalanya. Maya sangat panik karena dia tidak terbiasa melihat dua orang yang tidak ada ikatan apapun saling berpelukan.     

"Dia APA ? " Nizam melotot semakin tidak sabar. Ia mejadi gemas dengan Maya yang malah terdengar sangat panik.     

"Mereka berpelukan. " kata Maya     

"APA ? Bagaiman bisa ? Cepat cegah ! " Nizam tampak langsung gusar. Walaupun ini adalah berita pertanda baik tetapi Nizam tidak terima kalau adiknya menyentuh wanita yang belum menjadi istrinya.     

Walaupun sebenarnya kejadian itu adalah kejadian wajar. Amrita sudah tidak suci lagi dan terbiasa dengan laki – laki walaupun Cuma dengan Pangeran Abbash. Pangeran Hussein juga bukan perjaka yang tidak tahu apa – apa. Dia sudah menikah dengan putri Elisa jadi mungkin bagi mereka ini bukan yang pertama. Tetapi bagi Nizam ini tetap merupakan perbuatan dosa.     

Maya seperti mendapat kekuatan dari Nizam, Ia segera menutup teleponnya dan bergegas menghampiri mereka. Lalu berdehem keras dan membuat kedua insan itu segera saling melepaskan pelukan spontan mereka.     

Wajah keduanya sangat memerah, Dada Pangeran Hussein berdebar keras dan Amrita juga tak kalah gugupnya. Ia jadi merasa menjadi wanita murahan yang tidak sabaran. Amrita meminta maaf dengan menundukkan kepalanya. Ia benar - benar sangat malu.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.