CINTA SEORANG PANGERAN

Saling Berpacu antara Alena dan Nizam



Saling Berpacu antara Alena dan Nizam

 Tiba – tiba Alena terbangun, Ia lalu duduk bersender ke bahu Nizam sambil menggosok – gosok matanya. Matanya yang cantik itu mengerjap - ngerjap. Tangannya masih memegang ujung selimut yang menutupi tubuh polosnya.     

"Kalian sedang berbicara apa ? ribut sekali " Kata Alena sambil tengadah menatap wajah suami yang berkerut – kerut. Nizam baru tersadar kalau Alena sejak memiliki anak, telinganya jadi sensitif. Ia bisa segera bangun kalau mendengar keributan kecuali kalau sangat lelah.     

"Ini adikku, Pangeran Husen. Dia kebingungan menghadapi Amrita. Katanya Amrita malah terdengar menangis keras ketika Pangeran Husen datang. Ia masih tergila – gila dengan pangeran Abbash " Nizam terlihat sudah sedikit putus asa.     

Sebenarnya Ia sendiri tidak yakin dengan idenya. Ia tidak pernah berlaku romantis terhadap wanita. Ia bahkan sangat jarang merayu Alena. Ia mengatakan ide itu kepada pangeran Husen, karena terinspirasi oleh Edward.      

Nizam tahu kalau Edward sangat romantis dan Alena sangat menyukai kalau Edward sering mengiriminya bunga. Membacakan puisi dan bernyanyi untuknya. Jadi Ia ingin memberikan ide itu kepada adiknya. Siapa tahu berhasil.     

"Tentu saja Ia tergila – gila. Mana bisa adikmu itu disandingkan dengan pangeran Abbash.." Kata Alena kelepasan membuat Nizam langsung murka. Ia langsung menindih Alena dan menjepitnya, tetapi Ia tidak lupa untuk mematikan handphonenya. Sehingga pangeran Husen termenung melihat wajah Nizam di layar handphonenya hilang berganti rupa menjadi gambar pemandangan.     

"Beraninya Kau mengatakan adikku seperti itu. Apa kau juga masih tergila – gila sama Pangeran Abbash?" Kata Nizam sambil melotot.     

Alena malah membuka kakinya sambil cekikikan, membuat tubuh Nizam menjadi gemetar karena sangat panas.     

"Kenapa Kau marah ? hadapi saja keadaan yang sebenarnya. Lagipula kalau wanita sudah jatuh cinta akan sulit untuk berpaling ke lain hati dengan mudah kecuali..." Alena malah menghentikan perkataannya seakan ingin menggoda Nizam yang akhir - akhir ini terlihat selalu begitu serius menjelang kepulangannya ke Azura     

"Kecuali apa ? " Kata Nizam penasaran, istrinya ini terkadang suka memiliki ide yang aneh dan nyeleneh.     

"Kecuali kalau Amrita dihadapkan pada kenyataan kalau pangeran Abbash itu tidak mungkin jadi miliknya. Dan adikmu itu harus menunjukkan bahwa dia memiliki nilai jual yang lebih tinggi dari pangeran Abbash" Alena tiba – tiba serius. Kedua tangannya memeluk leher Nizam dan mulai mencium lehernya dengan lembut.     

"Kau bilang Nilai jual ? Apa kau sedang bermain tentang hukum ekonomi?" Kata Nizam kepada Alena sambil balas mengusap kepala Alena.     

"Kau ingat bagaimana Amar bisa menaklukan Zarina hanya dalam waktu singkat ? " Kata Alena sambil menelusuri tubuh suaminya.     

Nizam menganggukan kepalanya sambil memerah, nafasnya mulai terasa memburu.     

"Itu karena Kami, Aku dan Cynthia berhasil membuka hatinya " Kata Alena sambil memainkan tangannya membuat Nizam kelabakan.     

"H..h.h.. terus bagaimana ? Apa kau harus kesana dan cynthia untuk meyakinkan Amrita. Si pecicilan itu kena batunya sekarang. Dia mencintai wanita yang tidak mencintainya. Alena.. aku mohon.. terus " Kata Nizam sambil membalikkan tubuhnya agar Alena ada di atas tubuhnya.     

Alena hanya menatap suaminya yang sedang terpejam. Ia lalu berkata lagi,     

"Terus apa maksudnya ? Terus begini atau terus Aku bercerita.. " Kata Alena sambil terus mengelus – ngelus yang semakin bengkak.     

Nizam semakin mengawang – ngawang, Ia jadi tidak tahu apa yang ingin Ia teruskan. Apakah cerita Alena atau elusan Alena.     

Sebenarnya mereka tadi baru saja turun gunung tetapi sekarang mereka malah memanjat gunung lagi. Suasana menjadi sedikit panas lalu berubah menjadi tambah panas dan kemudian terbakar sekalian. Alena sudah seperti seorang joki yang memacu kudanya berlari mengitari Arena pacuan kuda. Kuda Arab yang gagah perkasa itu berlari dengan sangat kencang hingga membuat Alena semakin bersemangat.     

 Keringat berhamburan dari ujung rambut hingga ujung kaki, Dan Nizam sudah lupa daratan, mulutnya seperti biasa tidak terkontrol kalau sedang menunaikan kewajiban. Hingga kemudian kuda itu terkapar di bawah joki yang sama terkaparnya.     

"Kau luar biasa... " Kata Nizam sambil mengusap pipi Alena yang basah oleh keringat.     

"Aku memang luar biasa.. " Kata Alena sambil tersenyum. " Aku siap berlari lagi.." Kata Alena lagi membuat Nizam melotot.     

" Tidak.. tidak.. kita tadi belum selesai berdiskusi tentang adikku. Kau katakan apa yang harus adikku lakukan agar Ia mendapatkan cinta Amrita." Kata Nizam sambil menarik selimut dan menutupi tubuhnya. Tetapi Alena malah menarik selimut itu dan melemparnya ke bawah. Kuda Arab itu kini tidak berdaya melawan Alena.     

"Aku sedang bergairah dan bersemangat. Aku tadi sudah tidur tetapi malah Kau bangunkan jadi bukan salahku kalau sekarang Aku jadi tidak bisa tidur lagi"     

"Iya.. iya Aku akan melayanimu sepuasnya tetapi katakan dulu apa yang harus Adikku lakukan" Kata Nizam malah membuat Alena semakin ingin menggodanya.     

"Sini.. sini.. cium Aku dulu.." Kata Alena sambil menatap suaminya dengan genit. Nizam cemberut di cubit dada Alena hingga Alena berteriak kesakitan tetapi lama – lama teriakannya berubah menjadi suara yang membuat bulu kuduk merinding dan lagi – lagi Nizam jadi naik kembali.     

"Alena apa aku harus lagi.. " Kata Nizam sambil terengah – engah lagi.     

"Iya.. Aku sedang sangat bersemangat jadi kau buat Aku terbang dan akan kubuat adikmu bisa mendapatkan Amrita.     

"Akan Aku lakukan apapun untuk menolong adikku " kata Nizam sambil menghujamkan tubuhnya ke Alena dan Alena langsung terlonjak kaget karena gerakan Nizam begitu tiba – tiba. " Auch.. perlahan.. it's hurt" Kata Alena sambil sedikit pucat.     

Walaupun Ia sudah sangat terbiasa dengan tubuh Nizam tetapi kalau masuknya tiba – tiba tak urung Alena kaget juga. "Maaf Sayang.. " Kata Nizam sambil nyengir, Ia melembutkan gerakannya hingga kemudian suasana kembali seperti hutan yang terbakar. Kali ini Ia yang menjadi joki.     

Nizam adalah seorang penunggang kuda yang hebat. Tubuhnya yang berwarna coklat itu berkilat – kilat karena basah oleh keringat. Nizam terlihat sangat membuat Alena takjub. Wajah Nizam yang tampan itu begitu semakin bersinar. Bibirnya yang seksi tak henti – hentinya mendesah.     

Alena malah membayangkan wajah itu ketika sedang memimpin pertemuan. Raut wajah itu sangat berbeda. Nizam seperti sedang menunjukkan sisi manusiawinya ketika sedang dilanda kenikmatan. Hingga kemudian sekarang Alena yang menyerah.     

"Cukup Nizam.. Aku sudah tidak tahan. Lepaskan Aku. Aku akan memberitahukan bagaimana menaklukan Amrita" Kata Alena dengan terengah – engah. Tubuhnya mulai terasa sakit dan ngilu tetapi Nizam malah semakin menggila.     

"Nizam.." Alena mulai panik dengan tingkah suaminya. Tetapi Nizam sama sekali tidak terlihat akan mengakhirinya. Ia malah mengunci tubuh Alena agar tidak bergerak.     

"Nizam.. Aku tidak mau pingsan lagi.. cukup !!" Kata Alena sambil mulai berkaca – kaca.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.