CINTA SEORANG PANGERAN

Kekagetan Yang Luar Biasa



Kekagetan Yang Luar Biasa

Penjaga itu menatap Alena yang masih berada di dalam mobilnya. Meyakinkan matanya sekali lagi kalau Ia tidak salah lihat setelah yakin, Ia segera membuka pintu gerbang tanpa bertanya lagi. Sementara itu penjaga yang satunya lagi segera berlari ke arah pintu masuk loby utama dan segera menaiki lift menuju ruangan kediaman Pangeran Barry.     

Walaupun Ia sangat ketakutan tetapi Ia harus memberitahukan berita luar biasa ini kepada Pangeran Barry. Bukankah selama ini semua tindakan yang dilakukan pangeran Barry sekarang ini hanya untuk mendapatkan Alena. Sekarang putri cantik itu malah datang sendiri. Seperti kancil yang dengan suka rela datang ke mulut Harimau sendiri.     

Penjaga itu tidak dapat membayangkan kalau seandainya Ia tidak memperbolehkan Alena masuk dan memberitahukan kedatangannya kepada Pangeran Barry. Mungkin Ia akan dibunuh besertai seluruh keluarganya.     

Pangeran Barry sedang melakukan rapat evaluasi dan persiapan untuk konferensi press nanti malam. Ia tampak serius berbicara di hadapan anak buahnya. Mukanya sedikit merah karena emosi. Ia merasa bahwa kerja kerasnya menyusun rencana untuk membunuh Nizam gagal total. Ia sampai sesumbar akan menghukum mati anak buahnya yang gagal melaksanakan perintahnya.     

Dan itu memang sudah dilakukan sebagian. Beberapa anak buahnya yang selamat dan datang ke kediamannya langsung di eksekusi sendiri oleh nya. Sedangkan para ketua gerakannya sedang di interogasi untuk bahan evaluasi. Dan setelah mereka selesai di integorasi mereka juga lalu di bunuh.     

Yang tersisa tinggal para jendral yang tidak terlibat langsung gerakan itu dan para pengawal pribadinya. Pangeran Barry masih cukup waras tidak membunuh semuanya karena Ia masih membutuhkan orang - orang untuk berada disampngnya.     

Anak buahnya hanya terdiam sambil menundukkan kepala. Mereka ketakutan melihat Pangeran Barry yang sedang emosi. Bahkan tidak ada satupun di antara mereka yang berani meminum minumannya. Melihat tangan Pangeran Barry yang terkepal saja membuat mereka ketakutan jadi buat apa minum air kalau nasib nyawa sendiri masih menjadi taruhan.     

"Nizam itu sudah masuk ke dalam perangkapku bahkan bersama jendralnya yang mengerikan itu. Tetapi bisa – bisanya Ia meloloskan diri. Padahal kalau seandainya dia mati maka Aku akan dapat melaksankan seluruh keinginanku" kata Pangeran Barry sambil mengambil gelas minumannya lalu Ia menenggak air yang ada didalamnya. Seorang pelayan segera menghampiri meja tempat gelas itu berada lalu kembali menuangkan air putih untuk Pangeran Barry.     

"Si Arani itu.. jendral itu dan Cynthia..a dik iparnya itu telah membantunya dengan maksimal. Bahkan musuhnya sendiri Edward. Anaknya Mr. Anderson bisa – bisanya melindungi Pangeran Nizam. Memangnya apa yang dia miliki hingga semua orang membantunya. Dan mengapa dia dikelilingi orang – orang hebat sementara Aku sendiri di kelilingi orang bodoh seperti kalian."     

Pangeran Barry mengambil gelas yang baru saja di isi penuh oleh pelayan lalu menyiramkan ke depan sehingga beberapa muka anak buahnya tersiram air.     

"Pertama Putri Cynthia mempengaruhiku untuk tidak membunuh Pangeran Nizam di sini kemudian ketika Aku sudah yakin dengan rencana bom ku. Mereka malah selamat. " Pangeran Barry tampak geram.     

Para anak buahnya hanya menunduk tidak berani mengatakan apa – apa. Bahkan mereka tidak berani mengusap air bekas siraman dari gelas Pangeran Barry.     

"Kalian harus membunuh semua orang yang terlibat gerakan kemarin. Mereka masih tersebar di kota ini dan tidak berani pulang ke sini. Aku tidak mau tahu. Aku sedang kesal. Bahkan Kau cari tahu dimana Pangaren Abbash di rawat. Seret dia ke hadapanku sekarang. Anak kurang ajar itu telah berani menggagalkan rencanaku. Yang masih harus Aku cari adalah siapa yang telah berani mengeluarkan dia dari rumah ini."     

Dia sudah dijaga ketat tapi masih bisa melarikan diri. Ini semua karena ada mata - mata di sekitar kita. Aku yakin yang melakukannya adalah orang yang dekat denganku. Kalau sampai Aku tahu siapa orangnya maka Aku akan membunuhnya dengan kedua tanganku sendiri" Kata Pangeran Barry dengan geram.     

Putri Raya yang memang memasang penyadap di ruang pribadi pangeran Barry langsung menggigil ketakutan. Kalau sampai Pangeran Barry tahu maka Ia pasti akan di bunuh. Putri Raya berjalan bolak – balik di dalam kamarnya. Ia harus mencari cara agar bisa terbebas dari bayangan kematian. Pangeran Barry berulang kali mengatakan kepada dirinya bahwa Ia akan membunuh semua mata – mata yang menyebabkan larinya Pangeran Abbash dari kediamannya.     

Putri Raya meremas – remas jemari tangannya. Ia terus memperhatikan gerak – gerik Pangeran Barry dari layar handphonenya. Wajahnya semakin pucat pasi.     

"Selain Pangeran Nizam masih hidup. Hubunganku dengan Mr. Anderson juga memburuk. Ini sungguh membuatku sangat kesal" Pangeran Barry berjalan bolak - balik di depan kursi singgasananya yang sengaja disediakan di ruangan pribadinya.     

Semenjak kegagalannya membunuh Nizam dan malah membuat Edward meninggal membuat hubungan antara Pangeran Barry dan Mr. Anderson langsung retak. Hanya dalam hitungan jam seluruh saham Pangeran Barry langsung merosot tajam. Pangeran Barry sungguh tidak mengerti apa yang terjadi karena menurut logikanya seharusnya Mr. Anderson tidak akan langsung melakukan tindakan yang membuat seluruh saham perusahaannya menjadi turun.     

Pastinya ada sentimen negatif yang tersebar ke seluruh investor perusahaan Pangeran Barry di Amerika. Ini yang membuat Pangeran Barry semakin morang – maring dan membuat Putri Raya merasa semakin tidak aman berada di samping Pangeran Barry.     

Sementara itu penjaga yang akan memberitahukan kedatangan Alena ke pangeran Barry tampak sedikit tegang. Ia bukannya tidak tahu kalau semenjak kegagalan Pangeran Barry melakukan pembunuhan kepada Nizam. Pangeran itu menjadi semakin kejam dan gila. Dan sekarang Ia akan datang mengganggu pertemuan Pangeran Barry dengan para jendral dan asisten serta pengawal ini Pangeran Barry. Ini menjadi sangat menegangkan. Hanya akan ada dua pilihan yang berlaku untuknya. Yang pertama Pangeran Barry akan marah dan membunuhnya sedangkan yang kedua Pangeran Barry akan menjadi bahagia dan Ia akan mendapatkan hadiah.     

Ia melihat dua penjaga yang sedang berjaga di depan ruangan tempat Pangeran Barry mengadakan pertemuan. Penjaga itu langsung menatap penjaga dari luar. Kemudian mereka saling berbisik – bisik lalu setelah berdiskusi sedikit lama akhirnya pintu nekat diketuk dari luar.     

Pangeran Barry yang sedang marah – marah langsung terdiam. Tangannya yang sedang mencekal gelas hampir saja dilemparkan ke arah pintu kalau saja Ia lalu berpikir kalau mungkin orang yang mengetuk pintunya membawa berita penting. Karena kalau sampai beritanya tidak penting Ia pasti akan mati ditangannya.     

Pangeran Barry memberikan isyarat agar pintu di buka. Begitu pintu di buka tampak dua orang penjaga berdiri di depannya. Pangeran Barry malah menatap mereka sambil mengangkat gelas minumnya. Tenggorokannya terasa sangat seret karena dari tadi Ia marah – marah terus. Wajah tampannya terlihat sangat mengerikan.     

Dua orang penjaga itu tampak menggigil ketakutan. Pangeran Barry menatapnya dengan tajam. Ia seperti seekor singa yang sudah siap akan menelan mangsanya bulat - bulat. Tidak ada yang paling menakutkan di kerajaan Zamron selain menghadapi Pangeran Barry.      

Bahkan kekejaman Pangeran Abbash masih bisa disembunyikan di balik wajahnya yang manis tetapi Wajah tampan Pangeran Barry ini sama sekali tidak ada manis - manisnya kalau lagi marah. Jangan marah sedang bercinta saja Pangeran Barry ini masih tidak bisa tersenyum apalagi sedang marah.      

Menurut orang - orang lebay, saking dinginnya wajah Pangeran Barry jika Pangeran Barry memasukan kakinya sebelah saja ke dalam kolam air, maka air di kolam itu langsung akan membeku menjadi es.     

"Katakan, ada apa !! " Katanya sambil menyimpan gelasnya dan mengeluarkan pistolnya dari pakaiannya dan langsung menodongkannya ke arah dua orang penjaga itu. Dua orang penjaga itu langsung berlutut ketakutan.     

"Ampuni hamba Yang Mulia.. tetapi.. di luar ada Putri Alena " Kata si penjaga sambil menggigil. Keningnya menyentuh lantai yang terlapisi karpet merah berwarna tebal.     

Tidak ada yang tidak kaget mendengar berita ini. Para Jendral hampir berdiri dari kursinya saking kagetnya. Terlebih Pangeran Barry. Senjata yang dipegangnya bahkan meluncur jatuh ke dekat kakinya. Untungnya pistol itu tidak meledak sendiri. Jantung Pangeran Barry hampir jatuh saking kagetnya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.