THE RICHMAN

The Richman - The Tears



The Richman - The Tears

Hari ini Christabell kembali dari acara amal dengan limbung. Seharusnya acara malam penggalangan dana rutin ini dihadiri oleh Rich suaminya, tapi karena ada rapat yang tidak bisa ditinggalkan oleh Richard selama Adrianna berada di Jepang, akhirnya Christabell datang sendiri ke acara amal itu. Christabell yang rencananya memberikan pidato mendadak dibatalkan karena Bell mendadak tidak tahu apa yang harus dia katakan. Christabell bahkan sempat bingung dia berada di mana malam itu.     

"Christabell, apa kau baik-baik saja?" Sapa Julie salah satu wakil direktur di yayasan itu. Tatapan Christabell kosong, dia benar-benar tidak bisa diajak komunikasi malam itu.     

"Berikan dia air." Yolanda salah satu pengurus yayasan menyodorkan air mineral pada Christabell dan membantunya minum.     

"Bagaimana perasaanmu?" Yolanda bertanya tapi Christabell tak merespon, hanya menatapnya tapi terlihat sangat bingung.     

Salah seorang pengurus yayasan menghubungi Richard, dan kebetulan Rich sudah selesai dengan rapatnya segera datang ke gedung tempat acara penggalangan dana malam itu. Dengan panik Richard langsung menghampiri Christabell.     

"Sayang . . ." Richard meraih tangan Christabell dan meremasnya, Rich memastikan Christabell menatap matanya dalam-dalam. "Christabell." Dia mengeja nama isterinya itu, dan seperti seseorang yang baru saja tenggelam lalu di angkat ke permukaan, Christabell membuka matanya lebar dan langsung menghambur ke pelukan Richard, seketika dia menangis di pelukan suaminya itu. Semua orang yang menyaksikan, para pengurus yayasan, mereka tampak terharu melihat kejadian itu. Christabell biasanya sangat energic, dia juga sangat ramah dan senang bergaul. Dia bahkan menjadi direktur yayasan yang dicintai dan di bangga-banggakan oleh semua pengurus yayasan. Ini kali pertama mereka melihat Christabell begitu berbeda dari biasanya dan mereka semua sempat cemas di buatnya.     

"Mungkin Mrs. Anthony terlalu lelah." Ujar Yolanda sembari berjalan ke arah Richard.     

"Ya, aku akan membawanya pulang." Jawab Richard, dia terus mengenggam tangan Christabell. "Terimakasih sudah menghubungiku." Rich menatap dalam pada Yolanda dan mengucapkan terimakasihnya dengan sangat tulus.     

"Sama-sama. Biarkan saja dia beristirahat untuk beberapa waktu, kami akan mengurus yayasan." ujar Yolanda.     

"Ya." Angguk Richard. Dia segera menuntun Christabell keluar dari ruangan dan menuju mobilnya. Patric sang supir sudah bersiap dengan mobilnya sementara Richard dan Christabell duduk di bangku belakang. Christabell bersandar di lengan Richard sementara pria yang rambutnya mulai memutih itu mengusap-usap lengan isterinya.     

"Apa kau lelah?" Tanya Rich sembari menatap ke wajah Christabell, meskipun dalam kegelapan dia bisa melihat kilatan di mata isterinya itu, Christabell mengangguk dan Richard mendekapnya semakin erat.     

"Tidurlah." Ujar Rich. Di pelukan suaminya, Christabell menemukan tempat ternyaman untuk bersandar. Sementara tangannya terus mengusap lengan isterinya untuk membuat Christabell semakin nyaman, Richard memikirkan semua kejadian sejak pagi tadi. Chrisatbell membuka mata dan saat Richard menyapanya dengan senyum lebar, "Good morning love." Christabell justru terlihat ketakutan. Dia menatap Richard dengan asing untuk beberapa saat.     

"Hei . . . ini aku." Richard meraih tangan Bell, dan tidak seperti biasanya, tubuh isterinya itu menjadi kaku, solah ingin menolak sentuhan dari Rich.     

"Christabell Anthony, aku suamimu. Apa kau belum bangun?" Richard mengira Christabell bercanda, tapi dia tidak mengambil pusing. Rich bergegas turun dan berjalan ke arah kamar mandi untuk mandi. Seusai mandi, Christabell sudah bersikap seperti biasanya. Menyapanya dengan ramah, memberikannya kecupan di bibir, dan Rich menganggap kejadian bangun tidur sebagai lelucon belaka.     

Tapi sore ini, mendengar penurutan teman-temannya soal Christabell yang naik podium dan tidak tahu apa yang harus dia katakan, itu cukup mengerikan. Bell tidak pernah seburuk itu dalam hal ingatan, dia adalah orang paling teliti, paling mempersiapkan diri dalam segala hal, aplagi yayasan yang dinaunginya bisa dianggap belahan jiwanya, dan untuk malam penggalangan dana rutin ini sudah diadakan begitu sering hingga semua orang sudah pasti menantikan kata sambutan dari isterinya itu, dan malam ini tak satupun kata keluar dari mulut Chrsitabell. Tepuk tangan para hadirin mendadak membuatnya panik dan limbung lalu berubah menjadi asing dengan semuanya, itu yang dikatakan Yolanda Frank pada Richard sesaat setelah Chrsitabell kembali mengenali suaminya.     

***     

Setiba di rumah, Richard membantu Christabell untuk mencuci mukanya juga menggosok giginya kemudian menggantikannya pakaian dan membantunya untuk pergi tidur. Rich menyelimuti Christabell, sementara beberapa kali tatapan Bell terlihat kosong.     

"Tidur dan jangan pikirkan apapun." Bisik Richard sebelum memberikan kecupan di kening isterinya itu. Setelah memastikan bahwa Christabell bisa tertidur, Richard segera menghubungi dokter keluarga dan menceritakan kondisi isterinya itu.     

"Dokter, maaf mengganggumu selarut ini." Ujar Richard.     

"Oh Mr. Anthony, tidak masalah. Ada yang bisa ku bantu." Jawab sang dokter ramah.     

Richard menghela nafas dalam, begitu berat baginya untuk memulai mengisahkan tentang kejadian-kejadian aneh yang terjadi pada isterinya seharian ini. "Ini soal isteriku, Christabell." Ungkap Rich.     

"Mrs. Anthony, apa yang terjadi padanya?" Tanya sang dokter.     

Rahang Rich mengeras sekilas, dia menoleh ke arah wanita setengah baya yang meski rambutnya juga mulai memutih tapi dia tetap terlihat begitu cantik dimatanya, kerapuhannya hari ini membuat Richard kecut hati. "Pagi ini dia bangun dan justru kebingungan saat melihatku." Ujar Rich.     

"Em, beberapa orang mengalaminya Sir, jangan terlalu khawatir."     

"Jika mengingat beberapa bulan terakhir, dia sering melupakan sesuatu, dia melupakan hari ulangtahunnya, dia melupakan hari ulang tahun pernikahan kami, dia lupa dimana meletakkan kacamatanya atau kunci mobilnya. " Richard menjelaskan dengan lebih rinci.     

Sang dokter terdengar menghela nafas, "Seiring bertambahnya usia, daya ingat seseorang mungkin akan sedikit menurun Sir, dan mungkin itu yang sedang dialami oleh Mrs. Anthony."     

"Ya, tapi ibu mertuaku mengalami salah satu penyakit langka terkait dengan ingatan." Richard mengingat tentang Layla Stone sang ibu mertua.     

"Parkinson?' Tebak sang dokter.     

"Bukan." Jawab Rich. "Cadasil." Imbuh Richard. Untuk beberapa saat terlintas bagaimana buruknya kehidupan Layla Stone saat itu. Richard bergidik ngeri membayangkan isterinya mungkin mengalami gejala awal yang sama dengan mendiang ibu mertuanya itu.     

Sang dokter berdehem, seolah berat mengungkapkan penjelasan berikutnya. "Anda bisa membawanya ke rumahsakit Sir, Mrs. Anthony membutuhkan pemeriksaan menyeluruh untuk mengetahui penyakitnya secara pasti."     

"Ok. Aku akan membawanya kerumahsakit besok." Jawab Richard. Pembicaraan dengan dokter keluarga malam itu berakhir, Richard terduduk lemas di single sofa menghadap ke arah isterinya yang sudah tertidur pulas. Richard tidak pernah membayangkan bagaimana hidupnya akan berjalan tanpa adanya Christabell, wanita yang sudah menemaninya puluhan taun. Mencintainya dan memberikan kehidupan padanya juga dua orang anak yang begitu luarbiasa. Bagaimana jika Christabell kehilangan semua ingatan manis yang mereka lewati bersama-sama selama ini sebagai suami dan isteri.     

"Cadasil . . ." Gumam Richard lirih, rahangnya mengeras. Andaikan benar penyakit itu tengah mengerogoti ingatan isterinya, apa jadinya nanti? Tentu saja melihat isterinya yang semula begitu energic, berjiwa muda, ceria dan bersemangat, melewati hari-hari penuh cinta bersama dengannya meski usia mereka tak muda lagi, semua itu akan meguap hilang. Cadasil semakin hari akan membuat isterinya semakin tak berdaya dan Rich tidak siap dengan semua kemungkinan buruk itu. Mata Richard berkaca, tapi dia segera menghapusnya. Perlahan Richard merangkak ke atas ranjang dan memeluk isterinya itu dari belakang dengan erat.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.