THE RICHMAN

The Richman - Gabriel\'s Night



The Richman - Gabriel\'s Night

Gabriel Zein menghela nafas dalam, dia sudah menenggak hampir setengah botol bir untuk melampiaskan kekecewaannya karena penantiannya akan Rich tak berbalas. Pria itu tak kelihatan batang hidungnya hingga lewat tengah malam. Gabriel bahkan sudah menghancurkan hampir separuh apartmentnya dengan amarah. Pecahan kaca bertebaran di lantai, makanan tumpah ruah, semua menjadi begitu kacau karena kemarahannya, sementara dia duduk di sofa dengan gelas yang setengahnya terisi bir.     

"Sialan!" Umpatnya kesal, "SIAL!!!" Teriaknya sambil melempar gelas itu ke dinding hingga menimbulkan bunyi keras diiringi dengan pecahan kaca yang berhamburan ke lantai.     

Dengan sangat emosional Gab meraih botol bir dan menenggaknya, baru beberapa teguk seseorang membunyikan bel. Gabriel meletakkan botol itu dan mencoba mendengarkan bunyi bel itu sekali lagi. Dengan sempoyongan Gabriel menyeret langkahnya mendekat ke arah pintu, sebelum membuka pintu Gab sempat mengintai melalui lubang intai dan melihat wajah tampan Richard berdiri di depan pintu.     

"Shit!!" Umpatnya, Gabriel segera merapikan rambutnya, juga membetulkan posisi gaunnya. Naas dia tak bisa lagi memperbaiki bau mulutnya apalagi dengan semua benda yang sudah berantakan dan bertebaran di lantai.     

Gab membuka pintu perlahan, dia berpikir mungkin sebaiknya dia mengajak Rich keluar dari apartmentnya dan mencari tempat lain yang lebih nyaman.     

"Rich." Gab berusaha menyeimbangkan diri sementara dia sudah tampak tak bisa berdiri dengan tegak.     

Richard mengerutkan alisnya. "Kau mabuk?" Tanya Richard.     

"Ups..." Gabriel tertawa karena dia hampir merosot dari tempatnya berdiri.     

"Talk to me latter." Richard merangsek masuk dan segera meraih tengkuk Gabriel kemudian menciumnya. Sempat melirik ke sekitar sementara bibirnya tetetap melumat bibir Gabriel, Rich melihat semua kekacauan itu.     

"Let's drink first." Ujar Rich setelah membanting Gabriel ke atas sofa, wanita itu benar-benar merasa Richman, pria yang dulu pernah dia miliki kembali padanya, ke pelukannya.     

"Aku tidak percaya kau datang." Ujar Gabriel.     

"Pssttt..." Richard berjalan menuju meja bar dan mengambil dua gelas, sembari menghindari pecahan-pecahan kaca yang berserakan di lantai.     

Richard menuang bir yang tersisa di botol ke dalam gelas. " Minum ini,..." Ujarnya sembari menyodorkan gelas minuman pada bibir Gab.     

"Aku tidak ingin mabuk Rich, aku ingin kita bercinta."     

"Kita bisa melakukannya nanti." Ujar Rich.     

Tapi Gabriel tampak tak sabaran, dia merangkak naik ke pangkuan Rich dan segera menciuminya dengan kasar. Dari bibir hingga ke leher Richard, sementara tangannya terampil membuka kancing kemeja yang dikenakan Rich malam itu. Rahang Rich mengeras sekilas.     

"Setelah menunggu sekian lama, aku tidak ingin bercinta di sofa." Uajar Rich, dia segera mengangkat Gab dan membawanya berdiri. "Dimana kamarmu."     

"Oh, untunglah aku belum menghancurkannya juga." Gabriel terkikik.     

Gab menunjuk ke suatu tempat dan Rich membawanya dalam gendongan menuju tempat itu. Sementara Gab tidak melepaskan ciumannya pada Rich. Pria itu melemparkan Gab ke atas ranjang tepat setelah mereka tiba di dalam kamar.     

"Tunggu di sini."     

Richard meninggalkan ruangan itu kemudian kembali lagi dengan botol bir, cawan tempat es batu, dia meletakan itu di atas meja kecil di sisi ranjang Gab.     

"Kau ingin aku mengikatmu?" Tanya Rich dengan senyum menggoda.     

"Yes Please." Ujar Gab sambil menarik satu kakinya ke atas hingga menyibakkan sebagian gaunnya dan memperlihatkan kaki jenjangnya yang mulus.     

"Aku menyimpan semuanya di laci." Ujar Gab.     

"Ok sayang, aku akan segera datang." Bisik Rich di telinga Gab, tepat setelah Rich merangkak di atas tubuh Gab. "Bersabarlah."Imbuhnya sebelum kembali berdiri dan berjalan menuju laci. Rich membuka kotak pertama dan tak menemukan apapun, sepertinya itu tempat Gab menyimpan semua dokumen.     

"Laci kedua." Ujar Gab memberikan petunjuk.     

"Ok." Richard membuka laci kedua dan melihat ada sebuah revolver di sana. Tapi dia berusaha mengabaikannya, Rich segera mengambil dua pengikat tangan dan dua pengikat kaki yang masing-masing di kaitkan pada pojok ranjang Gab.     

"Kau ingin aku menutup matamu?" Tanya Rich.     

"Tidak." Geleng Gab.     

Richard mengerucutkan bibirnya. "Kau berubah sekarang." Ujar Rich.     

"Kau lupa jika tadi kau menolakku?" Tanya Gabriel mempertanyakan tingkah laku Rich saat mereka bertemu di kantor Richard siang tadi.     

"Entahlah, aku masih sangat kebingungan dengan kedatanganmu yang tiba-tiba." Terang Rich. Dia meraih sapu tangan dari dalam saku celananya kemudian mengikatkannya ke mata Gab.     

"Ijinkan aku menebus kebodohanku siang tadi." Rich mengikat sapu tangannya ke belakang kepala Gab setelah menutupi bagian mata wanita itu. Setelah itu Rich sempat menciumnya sekilas sebelum menuruni tubuh Gab, membuat wanita itu menggeliat tak sabar.     

Richard mengambil satu lagi sapu tangan dan menutupkan ke wajah Gab, membuat wanita itu meronta beberapa saat namun karena anggota geraknya terikat dia tidak bisa berbuat banyak. Gab lemas oleh bius yang sudah dioleskan Rich di sapu tangan yang dia kenakan untuk membekap Gabriel.     

Jangankan bercinta, Rich bahkan enggan untuk menyentuh wanita itu. Satu –satunya tujuannya datang ke apartment Gab adalah untuk mencari petunjuk setelah sebuah rekaman yang menunjukkan wanita mirip Gabriel terekam cctv di tempat Christabell terakhir terlihat beberapa minggu lalu.     

Richard segera memeriksa semua dokumen yang ada di laci pertama Gabriel, sebelum wanita itu sadar, Richard harus sudah menemukan semua bukti yang bisa dia gunakan untuk melacak keberadaan isterinya.     

Rich menemukan berbagai fakta, Gabriel memiliki beberapa identitas palsu dengan berbagai foto yang membuat wanita itu benar-benar terlihat berbeda. Rich memasukkan semuanya ke dalam sebuah tas milik Gabi dan membawanya keluar, termasuk revolver yang ada di laci. Rich yakin betul benda itu pernah di gunakan oleh wanita gila ini untuk menodong isterinya.     

Richard melihat kea rah Gab, rahangnya mengeras, ingin sekali dia mengarahkan revolver itu ke kepala wanita gila ini dan menarik pelatuknya, tapi Rich masih cukup waras. Prioritas utamanya adalah menyelamatkan isterinya, dia tidak memerlukan bantuan kepolisian yang menurutnya bekerja cukup lambat, Rich memiliki jalannya sendiri dengan orang-orang kepercayaannya.     

Sebelum pergi dari kamar itu, Richard melihat sebuah lemari besar milik Gab, dia menghentikan langkahnya dan berjalan menuju lemari itu. Rich membuka pintunya dan menemukan isinya adalah pakaian milik Gab. Namun di salah satu pintu, Rich menemukan beberapa berkas yang tampak berantakan, Rich membuka berkas-berkas itu dan menemukan sebuah tiket perjalanan dengan kapal untuk dua orang perempuan.     

Richard meliahat nama dua wanita itu, salah satunya cocok dengan identitas palsu milik Gab.     

"Poerto Rico?" Desis Richard.     

Perjalanan laut yang dilakukan Gab tepat dua hari setelah hilangnya Cristabell. Rahang Rich mengeras, dia segera keluar dari apartment wanita itu sementara Gab tergeletak tak berdaya dengan mata tertutup, kaki dan tangan terikat. Richard sengaja tak mengikat mulut Gab, karena dia tidak ingin wanita itu mati sia-sia, dia harus menebus semua perbuatannya.     

Sebelum melakukan penerbangan ke Poerto Rico dengan jet pribadinya, Rich menyempatkan diri menyerahkan semua bukti kejahatan Gab kepada pihak kepolisian dengan tuduhan peemalsuan identitas.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.