Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Terlalu Banyak Bicara



Terlalu Banyak Bicara

"Tuan baik-baik saja. Saat ini ia sedang minum obat untuk memulihkan kesehatannya," kata Harris dengan suara pelan.     

"Kamu bohong. Aku bisa melihat keraguanmu saat mengatakannya. Kamu sudah menciumku. Kalau kamu tidak memberitahuku yang sebenarnya, aku akan mengabaikanmu," Nadine berpura-pura marah dan tidak mau memandang ke arah Harris.     

"Nadine, aku sudah jujur padamu," kata Harris.     

Nadine melotot ke arahnya dengan marah. "Kamu berbohong padaku! Kamu sudah menciumku, tetapi kamu tidak jujur padaku. Kalau kamu membohongiku seperti ini, lebih baik kita putus. Kamu pembohong!"     

Harris langsung meminggirkan mobilnya dan memarkirkannya di bawah sebuah pohon besar. Ia menatap Nadine dengan ekspresi yang serius. "Nadine, aku tidak berniat untuk membohongimu."     

"Benar, kan! Kamu bohong padaku! Katakan padaku, apa yang terjadi pada pamanku!" Nadine langsung menarik kerah baju Harris. "Kalau kamu tidak mengatakannya padaku sekarang juga, aku minta putus!"     

"Nadine, jangan begitu. Aku tidak bisa memberitahumu mengenai kondisi pamanmu. Ia punya alasan sendiri tidak mau mengatakannya. Aku tidak bisa mengkhianatinya," kata Harris dengan dilema.     

"Harris! Katakan padaku!" kata Nadine.     

"Aku benar-benar tidak bisa mengatakannya!" Harris tidak mau membohongi Nadine, tetapi ia juga tidak bisa memberitahu rahasia Aiden.     

"Kalau kamu tidak memberitahuku, aku akan memukulmu!" Nadine memutar otaknya dan mencari cara untuk mengancam Harris. Akhirnya, ia memutuskan untuk meniru dari film-film yang pernah ia lihat.     

"Kamu bisa memukulku sesuka hatimu. Tapi jangan putus," Harris juga berada dalam posisi yang sulit.     

Nadine mengangkat tangannya, berharap Harris benar-benar takut terhadap ancamannya. Tetapi ia tidak bisa memukul Harris. Ancamannya itu hanyalah omong kosong belaka. Ia tidak akan pernah bisa memukul orang lain.     

Akhirnya, tangannya mendarat di leher Harris dan kemudian ia memegang pipi Harris dengan lembut. "Kalau kamu memberitahuku, aku akan menciummu lagi."     

"Nadine …"     

Nadine semakin mendekat ke arahnya dan menanamkan ciuman yang hangat di bibir Harris. Mata Harris berkedip berulang kali saat mendengar Nadine berkata, "Bisakah kamu memberitahuku sekarang?"     

Harris melihat gadis yang ada di hadapannya. Ia merasa Nadine benar-benar manis. Bibir Nadine yang menyentuh bibirnya terasa sangat lembut.     

"Kurang …" kata Harris.     

Nadine menempelkan bibirnya pada Harris lagi, tetapi ia tidak tahu bagaimana cara mencium pria. Ia hanya bisa menempelkan bibirnya selama beberapa detik.     

"Sekarang, katakan padaku …" kata Nadine dengan polosnya.     

"Nadine, kamu benar-benar …"     

"Aku sudah menghitung hingga sepuluh detik. Apakah masih kurang?" Nadine terlihat bingung. Apakah sepuluh detik masih kurang lama?     

Mengapa menggoda Harris sangat sulit?     

"Nyonya menyuruhmu untuk menggodaku, tetapi godaanmu masih kurang menarik. Ancamanmu untuk putus dariku membuatku lebih takut. Saat kembali, kita akan berlatih lagi. Kalau kamu berhasil menggodaku, aku akan memberitahumu!" Harris memandang Nadine dengan serius.     

"Mengapa harus menunggu saat kita kembali. Kita bisa berlatih sekarang!" Nadine bergegas menarik kembali tubuh Harris agar tidak menjauh darinya.     

Harris merasa kebingungan.     

Ia adalah pria yang sangat tenang. Tetapi Nadine selalu membuatnya merasa kacau.     

Memang Nadine tidak memiliki kemampuan untuk berciuman atau pun menggodanya. Tetapi itu saja sudah cukup untuk membuat Harris merasa terbakar.     

"Nadine, berhentilah! Aku akan memberitahumu," Harris takut kalau sampai ada paparazzi yang mengambil foto mereka. Ditambah lagi, sekarang ia sedang menggunakan mobil Aiden.     

Apa yang akan dikatakan oleh media kalau sampai mereka mendapatkan fotonya dan Nadine sedang berciuman di dalam mobil Aiden.     

Nadine memandang ke arah Harris dengan senang. "Ternyata cara yang diajarkan bibi sangat bermanfaat."     

"Kamu hanya bisa melakukannya padaku, apakah kamu mengerti?" kata Harris dengan wajah serius. "Tunggu sampai kita pulang ke rumah, kamu bisa menciumku sepuasmu."     

"Siapa yang mau menciummu. Cepat katakan padaku apa yang terjadi pada paman," tanya Nadine dengan gugup.     

"Apa yang aku katakan padamu sekarang benar-benar rahasia," Harris menceritakan mengenai kondisi kesehatan Aiden saat ini dan juga kehamilan Anya.     

"Astaga. Jadi bibi masih belum tahu kalau ia sedang hamil?" Nadine menatap Harris, terkejut saat mendengar semua ini. "Kapan pamanku akan menjalani operasinya?"     

"Ia masih belum menentukan kapan akan menjalani operasi karena saat ini ia masih ingin bersama dengan Nyonya. Ditambah lagi, saat ini Nyonya sedang hamil. Mungkin ia akan menunggu hingga Nyonya melahirkan dengan selamat sebelum menjalani operasi itu," kata Harris.     

"Dengan kata lain, tiga bulan pertama masa kehamilan bibi sangat rentan dan paman tidak bisa menjalani operasi pada saat itu. Kita tidak bisa memberitahu bibi mengenai kondisi paman karena takut ia akan khawatir. Mengapa kamu memberitahuku? Sekarang aku khawatir!" Nadine memukul tangan Harris beberapa kali.     

"Kamu yang memaksa. Sekarang, hanya aku yang mengetahui kondisi Tuan dan aku khawatir kondisinya akan semakin memburuk. Aku merasa sedikit lega setelah menceritakannya kepadamu," kata Harris.     

"Sekarang bukan hanya kamu saja yang khawatir. Aku tidak tahu bagaimana harus bertemu dengan paman besok. Sekarang, bagaimana aku harus memberitahu bibi?" Nadine merasa sangat tertekan.     

Harris memakaikan sabuk pengaman Nadine lagi dan menyalakan mobilnya, kembali ke rumah mereka.     

"Katakan saja pada Nyonya bahwa Tuan mengalami migrain karena insomnia. Selama insomnianya sembuh, gejala lain juga akan menghilang," kata Harris.     

Nadine memandang Harris dengan galak. "Kamu sangat pandai beralasan. Sepertinya ini bukan pertama kalinya kamu berbohong."     

"Aku tidak membohongimu," jawab Harris.     

Nadine menghela napas panjang dan menelepon Anya. "Bibi, aku sudah menanyakannya pada Harris. Katanya, sakit kepala yang paman alami sekarang karena insomnianya. Selama insomnianya sembuh, gejala lain juga akan menghilang. Katakan pada paman untuk banyak istirahat. Ia juga harus tidur dengan nyenyak."     

"Apa yang kamu lakukan sehingga ia memberitahumu?" Anya tidak menyangka Nadine akan mendapatkan informasi secepat ini.     

"Aku melakukan apa yang kamu katakan sehingga Harris langsung memberitahuku," Nadine tertawa.     

"Baiklah kalau begitu. Aku bisa tenang selama pamanmu baik-baik saja. Pulanglah dan cepat istirahat," kata Anya, mengakhiri panggilan dengan tenang.     

Setelah Anya menutup telepon, Harris langsung menghubungi Aiden dan memberitahu bahwa Anya mencurigai mengenai penyakitnya.     

"Tuan, Nyonya menanyakan mengenai kondisi Anda melalui Nona Nadine. Nona Nadine memaksa dan saya tidak bisa menghindar sehingga saya memberitahunya mengenai kondisimu," kata Harris.     

"Hmm …" Aiden tidak banyak berbicara. Ia takut Anya tiba-tiba saja masuk dan mendengar pembicaraannya dengan Harris.     

"Nona Nadine juga mengetahui mengenai kehamilan Nyonya, tetapi ia berjanji untuk merahasiakannya," kata Harris.     

"Kamu terlalu banyak bicara," kata Aiden dengan dingin.     

"Maaf, Tuan. Nona Nadine sangat mengkhawatirkan Anda sehingga saya tidak bisa menyembunyikannya." Harris ingin menjelaskan apa yang Nadine lakukan kepadanya. Tetapi ia lah yang membongkar rahasia Aiden sehingga ia merasa lebih baik ia mengakui kesalahannya.     

Ia juga tidak mau Aiden marah lagi pada Nadine …     

"Apa yang Keara lakukan akhir-akhir ini?" tanya Aiden.     

"Saya dengar Keara bertengkar dengan ayahnya. Hubungan mereka semakin memburuk. Ibunya sudah keluar dari rumah sakit dan kondisinya stabil," kata Harris.     

"Baiklah kalau begitu. Aku tidak mau bertemu denganmu saat aku sedang libur," Aiden tidak ingin bertemu dengan siapa pun untuk sementara. Bertemu dengan Harris akan membuatnya terus memikirkan mengenai pekerjaan.     

Kalau terus seperti ini, kondisinya tidak akan membaik …     

"Baik, Tuan," kata Harris.     

"Siapa yang tidak mau kamu temui?" Anya kembali ke kamarnya dan mendengar Aiden sedang menelepon seseorang.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.