Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Ayah Harris



Ayah Harris

"Nico, tutup mulutmu," tegur Aiden.     

Nico merasa kesal. Ia memandang ke arah Harris dan Aiden, tidak tahu apa kesalahannya.     

"Harris, maafkan Nico. Ia memang sering berbicara dulu sebelum berpikir. Jangan diambil hati," Tara langsung bangkit berdiri dan meminta maaf pada Harris.     

Kemampuan dan penampilan Harris sangat luar biasa, sudah tidak bisa diragukan lagi. Satu-satunya kekurangannya adalah tidak memiliki ayah.     

Hidupnya sungguh berkebalikan dengan Nico.     

Meski tidak punya kemampuan yang bisa menandingi Harris, Nico adalah cucu tertua dari Keluarga Atmajaya. Ia dicintai oleh semua orang di sekitarnya. Tidak hanya Bima saja yang membantunya, tetapi juga kedua pamannya. Harris bahkan tidak tahu siapa ayahnya.     

"Aku tidak sakit hati dengan kata-katanya. Mungkin aku memang tidak memiliki latar belakang keluarga yang hebat, tetapi aku sudah bersyukur memiliki ibu seperti ibuku. Aku juga beruntung bisa bertemu dengan Tuan Aiden dan Tuan Bima."Kemudian Harris juga mengangkat tangan Nadine yang sedang bertautan dengan tangannya. "Yang paling penting, aku bisa bertemu dengan cinta sejatiku."     

Nadine ikut tertawa dan berkata, "Benar. Aku juga berterima kasih pada Bu Hana karena telah membawamu ke Keluarga Atmajaya. Kakek sering bilang bahwa ia merasa beruntung dengan adanya Harris di Keluarga Atmajaya. Kami semua menganggap keberadaanmu penting di keluarga kami. Tidak seperti kakakku yang bodoh dan tidak berguna."     

"Aku akan belajar banyak dari Harris. Harris kamu akan menjadi adik iparku. Kamu harus sopan kepadaku," kata Nico dengan bangga.     

"Aku sudah sangat sopan. Aku bahkan sudah membantumu menyembunyikan bahwa kamu sering tidak datang rapat untuk bermain di kantor. Selain itu …"     

Nico langsung bergegas menghampiri Harris dan menutup mulutnya. "Semua itu di masa lalu. Mengapa kamu membahasnya sekarang?"     

"Aku hanya mengingatkan apa yang sudah aku lakukan untukmu," kata Harris dengan sopan.     

"Lepaskan Harris!" Nadine merasa tidak terima saat melihat kakaknya menindas Harris.     

Harris adalah pria yang sangat baik. Meski ia memiliki kemampuan yang sangat tinggi sekali pun, ia selalu rendah hati karena ibunya berulang kali mengingatkannya agar ia selalu sadar tempatnya.     

Meski Nico melakukan apa pun padanya, Harris tidak akan melawan. Ia hanya bisa mengandalkan Nadine untuk membantunya.     

Semua ini demi menghormati perintah ibunya.     

Ia ingin menganggap Aiden dan Nico sebagai temannya, tetapi Hana tidak memperbolehkannya, karena khawatir Harris akan lupa daratan.     

Nico langsung melepaskan Harris, merasa sedikit malu karena Harris telah membongkar kemalasannya. Ia melirik ke arah pamannya dengan takut, khawatir pamannya akan menegurnya.     

Pada saat yang bersamaan, pintu kamar Anya terbuka. Bima masuk ke dalam ruangan itu didampingi oleh Maria yang membantunya.     

"Ayah …" Anya langsung bergegas duduk saat melihat ayah mertuanya.     

"Jangan banyak bergerak. Berbaringlah dan banyak-banyak istirahat." Bima mengibaskan tangannya, meminta Anya untuk kembali berbaring di tempat tidurnya.     

Maria langsung menghampiri Anya dan berdiri di sampingnya. "Anya, kakak sudah mendengar ceritanya dari Aiden. Jangan khawatir. Semuanya akan baik-baik saja. Ayah sendiri yang memilihkan dokter terbaik untukmu," hibur Maria sambil tersenyum.     

Anya terkejut mendengarnya. Ia tidak menyangka bahwa Bima sendiri lah yang meminta dokter terbaik untuk menanganinya. Tidak heran Aiden begitu percaya diri dan sama sekali tidak khawatir.     

Memang dokter pilihan Bima tidak akan pernah salah.     

"Kita kan keluarga. Tentu saja aku harus memanggil dokter terbaik untuk menantuku," Harris mengambilkan sebuah kursi dan meletakkannya di samping tempat tidur Anya agar Bima bisa duduk.     

"Karena semuanya berkumpul di sini hari ini, ayah ingin memberitahu sesuatu pada kalian," setelah mengatakannya, Maria melirik ke arah Harris.     

Aiden langsung berusaha menghentikannya. "Ayah, kamu harus memberitahu orang yang bersangkutan terlebih dahulu …"     

"Orang yang bersangkutan adalah Harris dan ia juga punya hak untuk mengetahui yang sebenarnya. Kalau Hana mau memberitahunya, ia tidak akan menyembunyikan semuanya hingga saat ini. HHari ini ayah Harris datang menemuiku," kata Bima.     

Semua orang yang berada di dalam ruangan itu langsung terkejut, terutama Harris. Ia bahkan sama sekali tidak tahu mengenai ayahnya.     

Siapa ayahnya? Mengapa ayahnya datang menemui Bima?     

"Ayah, kita seharusnya berbicara terlebih dahulu pada Bu Hana. Biarkan Bu Hana yang memutuskan apakah ia ingin memberitahu Harris atau tidak," kata Aiden.     

Bima menjadi semakin tidak sabar. "Kalau begitu cepat telepon Hana sekarang dan tanyakan keputusannya."     

Aiden langsung menelepon Hana. "Bu Hana, hari ini ada seorang pria yang datang ke rumah Keluarga Atmajaya, mengaku sebagai ayah Harris. Apakah kamu tahu mengenai hal ini?"     

Ketika mendengar bahwa ayah Harris menghubungi Bima, Hana merasa sedikit lega. "Tuan, memang saya yang memberitahu bahwa Harris akan segera menikah. Sebagai seorang ayah, setidaknya saya ingin ia datang dan menemui Anda. Kalau Anda tidak menyukai ayah Harris, setidaknya ingat pengabdian saya dan anak saya kepada Keluarga Atmajaya."     

"Bu Hana tenang saja. Kami hanya ingin memastikan bahwa orang itu benar ayah Harris. Ngomong-ngomong, mulai hari ini Anya akan menginap di rumah sakit. Tolong kirimkan barang-barang yang mungkin kami perlukan," kata Aiden, mengalihkan pembicaraan.     

"Baik, Tuan. Saya akan segera menyiapkannya," Hana langsung menutup teleponnya dan mengambil barang-barang yang dibutuhkan.     

Setelah mengakhiri panggilan tersebut, Aiden berkata. "Bu Hana sendiri yang meminta ayah Harris datang ke Keluarga Atmajaya sebagai ayahnya. Ia melakukan ini karena khawatir ayah akan mengatur perjodohan Nadine dengan pria lain. Ia tidak ingin anaknya kehilangan wanita yang dicintainya. Kalau bukan karena ini, Bu Hana tidak akan pernah mau menemui Salim Mawardi lagi."     

"Salim Mawardi? Pengusaha perhiasan yang sangat kaya itu?" Nico menatap Harris dengan tidak percaya. "Untung saja kamu sangat mirip dengan Bu Hana, tidak mirip dengan Keluarga Mawardi sama sekali. Coba lihat saja, wajah putra Salim sangat jelek."     

"Nico …" tegur Bima. "Jaga ucapanmu."     

"Salim Mawardi memiliki seorang anak laki-laki bernama Halim, yang memiliki keterbelakangan mental. Selain itu, ia juga memiliki anak perempuan adopsi bernama Della. Katanya, istri Salim memaksa Della untuk menikahi putranya, membuat Della melarikan diri dari rumah!" kata Tara.     

Sama seperti Nico, Tara juga suka bergosip sehingga ia bisa mendapatkan sumber gosip dengan sangat cepat.     

"Dari mana kamu mendapatkan berita itu?" tanya Anya dengan penasaran.     

"Aku mendengarkan klien VIP ku bergosip," Tara nyengir lebar saat mengatakannya. Itu juga salah satu keuntungan menjadi dokter gigi bagi para orang-orang kaya. Ia bisa mendapatkan banyak informasi dari keluarga-keluarga tersebut. "Katanya setelah Della melarikan diri dari rumah, ia bekerja untuk menghidupi dirinya sendiri. Keluarga Mawardi membiarkannya untuk menderita, berharap ia akan kesulitan dan kembali ke rumah untuk menikah dengan putra mereka," lanjut Tara.     

"Mana mungkin? Kalau aku jadi wanita itu, aku tidak akan pernah mau kembali," Nadine merasa bahwa Keluarga Mawardi sangat tidak bermoral. Bagaimana bisa mereka mengadopsi seorang anak perempuan untuk dijadikan menantu mereka?     

Bukankah itu namanya pemaksaan?     

Hanya karena gadis itu anak adopsi, gadis itu dipaksa untuk menikahi putra mereka?     

"Salim Mawardi bisa mendapatkan kekayaan dan kedudukannya saat ini karena istrinya. Walaupun ia mau mengakui Harris sebagai anaknya, ia tidak akan membiarkan Harris kembali ke rumah Keluarga Mawardi. Semua ini salahku. Aku tidak tahu mengenai hubungan Nadine dan Harris. Aku pikir Nadine sudah cukup umur untuk mulai berkencan. Harris, tolong jangan tersinggung. Aku sangat menghargaimu dan tidak menentang hubunganmu dengan Nadine. Aku sangat senang kamu akan menjadi cucu menantuku," kata Bima.     

Harris hanya diam saja dari awal hingga akhir. Nadine memandang ke arah tunangannya dengan khawatir. "Harris, aku tidak peduli siapa kamu, dari keluarga mana kamu berasal. Perasaan kita tidak akan pernah berubah."     

Harris balas memandang Nadine dan kemudian mengangguk dengan tegas.     

"Tuan, tolong ijinkan saya menikahi Nadine. Saya akan memperlakukannya dengan baik, mencintainya dan menjaganya seumur hidup saya. Mengenai Keluarga Mawardi, saya tidak berniat berhubungan dengan mereka," kata Harris.     

Anya memandang ke arah Aiden, terus menerus mengirimkan sinyal pada suaminya itu, dengan menggunakan matanya agar Aiden membantu Harris.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.