Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Gaun Istimewa



Gaun Istimewa

"Anya, ibumu sangat bahagia kamu datang hari ini. Ia bangun pagi sekali dan mencoba banyak baju. Tetapi akhirnya ia mengenakan gaun ini. Apakah kamu tahu mengapa?" Galih membuka obrolan di antara mereka.     

Anya memperhatikan gaun yang dikenakan oleh Indah. Maria juga menyukai fashion sehingga ia banyak belajar dari Maria. Bahkan Maria sering membuatkan gaun khusus untuknya.     

Saat melihat gaun di tubuh Indah, Anya merasa meski gaun itu terlihat mahal, modelnya sedikit lebih kuno.     

"Gaunnya sangat indah. Apakah gaun itu dibuat khusus?" jawab Anya.     

Aiden meminum tehnya, tidak mengatakan apa pun. Ia juga bisa melihat bahwa baju yang Indah kenakan itu terlihat bergaya kuno, tetapi sepertinya Indah jarang menggunakannya, mungkin hanya satu atau dua kali.     

Baju itu masih sangat baru.     

"Hari di mana aku kehilangan kamu, aku mengenakan baju ini," kata Indah sambil menangis.     

Melihat Indah menangis dengan begitu sedih, Anya matanya terasa sedikit panas. Tetapi ia tidak bisa menangis.     

Ia membuka tasnya dan mengambil sebuah tisu untuk Indah. "Baju itu sangat bagus. Kamu terlihat sangat cantik."     

Indah menerima tisu itu dan menghapus air matanya. "Anya, aku benar-benar minta maaf. Aku tidak tahu kamu adalah anak kami. Kakakmu … Dia …"     

"Dia adalah dia, kamu adalah kamu. Apa yang ia lakukan tidak ada hubungannya dengan kalian berdua," kata Anya dengan suara pelan.     

Galih dan Indah adalah orang yang baik.     

Apa yang Keara lakukan bukan tanggung jawab mereka. Sudah berulang kali mereka berusaha untuk mendidik Keara, tetapi Keara tidak mau mendengarkan mereka. Mereka bahkan memutuskan hubungan mereka dengan Keara.     

Tetapi bagaimana pun juga, Keara tetap anaknya. Ketika Keara membutuhkan bantuan, Galih tidak bisa mengabaikannya begitu saja.     

"Anya, sebelum pulang, maukah kamu makan siang dulu bersama dengan kami? Ibumu ingin makan siang bersama dengan putrinya," pinta Galih.     

Anya terlihat sedikit canggung. Walaupun ia tahu bahwa Galih dan Indah adalah orang tuanya, rasanya makan semeja dengan mereka akan sangat sulit.     

Suasananya pasti akan sangat canggung.     

Tangan Aiden menyentuh pundak Anya dengan lembut, "Di daerah sini tidak ada restoran yang enak. Dan perjalanan pulang cukup jauh. Anak kita butuh makan."     

Anya mengangguk dengan patuh. "Baiklah kalau begitu. Maaf merepotkan kalian."     

"Sama sekali tidak merepotkan. Kami malah sangat senang,"     

Di saat makan siang, Aiden berkata dengan suara pelan. "Seminggu yang lalu, Anya pergi ke rumah sakit untuk memeriksakan kandungannya. Di sana kami bertemu dengan Keara. Ia memberitahu kami bahwa ibunya sedang berada di rumah sakit ini. Aku tidak tahu bagaimana Keara bisa tahu bahwa Anya adalah anak kalian."     

Indah menatap ke arah Galih, "Bukankah kamu bilang hasil tes DNA-nya menunjukkan bahwa Anya bukan anak kita? Bagaimana bisa Keara tahu?"     

"Dua tahun lalu, Keara mengubah hasil tes DNA Anya dan membuat kakak iparku pikir Anya adalah anaknya. Aku tidak tahu apakah kamu mengetahuinya atau tidak," Aiden menatap Galih tanpa rasa bersalah sama sekali meski ia sedang membongkar kejahatan putri sulungnya.     

Galih menghela napas panjang. "Anak itu! Mungkin ia sudah tahu sejak lama bahwa Anya adalah anak kami."     

"Jadi, kakakku juga tahu? Mereka berdua bekerja sama untuk menipuku dan melihat kesehatanku semakin memburuk? Mereka berdua menyembunyikan semuanya agar aku tidak pernah melihat putriku? Aku sudah menghabiskan seluruh hidupku untuk membantu keluargaku. Aku juga harus kehilangan putriku. Mengapa mereka memperlakukanku seperti ini?" kata Indah sambil menangis.     

"Jangan sedih. Walaupun aku dan Aiden harus berpisah selama dua tahun karena masalah itu, yang penting sekarang kami sudah kembali bersama. Akhirnya kita juga bisa bertemu. Aku harap, kamu menjaga kesehatanmu. Saat ini aku sedang mengandung anak kembar dan aku akan melahirkan di bulan desember. Aku harap kamu dan ibuku bisa membantuku untuk menjaga anak-anak ini," dengan canggung, Anya menggenggam tangan Indah sambil tersenyum.     

Anya dengar Indah menolak untuk menjalani operasi karena ia sudah menyerah dan tidak mau hidup lagi setelah mengetahui bahwa anaknya telah mati.     

Meski Anya tidak memiliki perasaan apa pun kepada dua orang di hadapannya, ia tidak bisa menghapus fakta bahwa mereka adalah ibu dan anak. Setidaknya, Anya ingin memberi harapan bagi Indah untuk bertahan hidup.     

"Aku …" suara Indah sedikit gemetaran.     

"Tentu saja kami akan membantumu untuk mengurus anakmu. Aku akan menjaga ibumu baik-baik agar ia bisa segera pulih," Galih mengelus tangan Indah. "Indah, kamu tidak boleh menolak permintaan anak kita. Ia meminta bantuanmu untuk mengurus cucu kita."     

"Anya, Diana sudah membesarkanmu dengan sangat baik. Kalau kesehatanku sudah membaik, aku akan datang dan berterima kasih padanya secara langsung. Tidak usah mengkhawatirkan aku. Aku akan menjaga kesehatanku agar aku bisa menemani cucu-cucuku nanti," mata Indah berbinar dengan harapan baru.     

Kedatangan Anya dalam hidupnya membuatnya berharap untuk cepat sembuh.     

Setelah makan siang, Anya dan Indah duduk berdua sambil mengobrol. Sementara itu, Aiden mengajak Galih untuk keluar dari kamar untuk membahas masalah penting.     

Aiden menceritakan mengenai pemeriksaan Anya minggu lalu, saat Keara meletakkan pisau berdarah di ruang pemeriksaan. Ia menceritakan semuanya kepada Galih, bahwa Keara berniat untuk mencelakai Anya.     

"Keara terus berusaha untuk mencelakai Anya dan Tony pun membantunya. Tujuannya hanya satu, untuk mendapatkan keuntungan. Selama bertahun-tahun Keluarga Pratama telah mengerahkan banyak uang dan sumber daya untuk mencari putri kalian. Tetapi apakah kalian pernah berpikir mengapa kalian tidak bisa menemukan Anya? Lebih dari 20 tahun lalu, Fany membakar sebuah panti asuhan, berharap Anya merupakan salah satu anak di antara anak-anak tersebut. Ia berharap Anya mati. Untungnya saja, selama bertahun-tahun, tidak ada yang mengenal Anya. Kalau tidak, mungkin ia tidak akan bisa bertahan hingga sekarang."     

Aiden menghela napas panjang saat menceritakannya. "Semua ini adalah masalah Keluarga Pratama. Seharusnya aku tidak ikut campur. Tetapi aku tidak akan membiarkan Anya berada dalam bahaya."     

"Kakak iparku terlalu kejam. Indah juga adiknya. Mengapa ia memperlakukan Indah seperti ini? Keara pun menjadi sama kejamnya dengannya, bahkan berusaha untuk menyakiti adiknya sendiri. Aiden, jangan khawatir. aku tahu apa yang harus aku lakukan," Galih merasa sangat kecewa dengan tindakan Keara dan Tony. Ia merasa sangat marah saat memikirkan apa yang mereka lakukan untuk menghalangi Anya pulang ke keluarga mereka.     

Keara adalah putrinya, tetapi Anya juga anaknya.     

Setelah kematian kakaknya, Indah bersedia untuk menikah dengan Galih dan menjadi ibu tiri Keara.     

Selama bertahun-tahun, ia selalu membantu Keluarga Srijaya. Tetapi Keluarga Srijaya malah menghalanginya untuk menemukan putri kandungnya.     

Mereka tidak pernah berniat untuk membalas semua kebaikan Indah selama ini.     

Kalau Aiden tidak tahu mengenai kondisi Indah yang terus memburuk, ia tidak akan pernah membawa Anya untuk menemui mereka. Mungkin Indah tidak akan bertemu dengan putrinya hingga mati.     

Bagaimana pun juga, di hati Aiden, keselamatan dan kebahagiaan Anya lah yang paling penting.     

Tetapi pada akhirnya, karena begitu besarnya rasa cinta Aiden pada Anya, Aiden ingin Anya bertemu dengan ibunya untuk terakhir kali.     

"Maafkan aku karena telah mengubah hasil tes DNA yang kalian lakukan. Anya sangat sensitif mengenai keluarga. Aku tidak mau kalau Anya mendonorkan livernya. Saat itu ia sudah hamil dan aku tidak mau ia merelakan anak di dalam kandungannya. Tolong pahami kondisiku," Aiden meminta maaf pada Galih dengan tulus.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.