Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Suara Tembakan



Suara Tembakan

"Tetapi aku tidak percaya padanya. Aku kehilangan formula dan sampel parfumku sebelum kompetisi ini. Hari ini, tiba-tiba saja ada seseorang yang membuat parfum serupa dengan milikku. Sepertinya ini bukan sebuah kebetulan," Keara langsung memanfaatkan kesempatan ini untuk menuduh Anya, telah mencuri parfumnya.     

Anya hanya memandang Keara sambil tersenyum. Ia tidak mengatakan apa pun, tetapi senyumnya terlihat sinis.     

Pada saat itu, Keara memahami bahwa Anya sudah mengetahui semuanya!     

"Semua juri dalam kompetisi ini adalah ahli dalam bidangnya. Karena mereka telah memutuskan bahwa parfum yang saya buat adalah pemenangnya, saya mempercayai penilaian mereka," Anya menjawabnya dengan sangat tenang dan elegan.     

Pembawa acara itu sangat senang melihat keanggunan Anya dan berkata sambil tersenyum. "Sekali lagi selamat untuk Anda karena telah memenangkan kompetisi ini. Apakah ada yang ingin Anda sampaikan?"     

"Ini bukan pertama kalinya saya memenangkan kompetisi ini. Selama dua tahun terakhir, saya menghabiskan waktu saya di luar negeri untuk belajar dan tidak pernah membuat produk baru lagi. Sekarang saya ingin menyampaikan kepada para pecinta parfum di luar sana yang sudah lama menunggu, Anya telah kembali dan siap untuk meluncurkan produk baru!" kata Anya.     

Semangat Anya seolah menular, membuat para penonton langsung bertepuk tangan. Sepertinya, di kota itu cukup banyak pendukung Anya yang menyukai parfum-parfum buatan Anya.     

Dua tahun lalu, Anya telah membuat parfum tanpa alkohol, membuat orang-orang yang alergi terhadap parfum akhirnya bisa menggunakannya. Sejak saat itu, nama Anya mulai melejit.     

Namun tiba-tiba saja Anya menghilang.     

Setelah mendengar bahwa Anya kembali ke Indonesia untuk mengikuti kompetisi, para fans nya ikut datang untuk mendukungnya.     

"Sepertinya Anda memiliki banyak fans. Sebenarnya, saya juga alergi terhadap alkohol. Parfum buatan Anda yang Anda luncurkan dua tahun lalu seperti anugerah bagi orang-orang seperti saya. Saya yakin, kemampuan Anda lah yang membuat Anda bisa memenangkan kompetisi ini dua kali berturut-turut. Mengenai masalah parfum yang mirip, mari kita mendengarkan penjelasan dari para juri," pembawa acara itu memberikan mikrofonnya pada juri.     

Para juri tersebut sedikit malu dan menjelaskan, "Bahan yang disiapkan di tempat ini sangat terbatas dan dua peserta ini masih sangat muda sehingga mungkin mereka memiliki ide yang sama. Itu sebabnya hal ini terjadi. Namun seperti yang pembawa acara sampaikan, kami yakin terhadap kemampuan Nona Anya."     

Keara melihat ke arah kejauhan dengan gelisah dan kemudian lanjut berbicara. "Apakah kamu berani menunjukkan formula parfummu?"     

"Tidak masalah. Parfum hari ini akan menjadi produk baru di Iris. Ketika produk itu diluncurkan, bahan-bahannya akan tertera pada deskripsi produk," kata Anya dengan tenang.     

Aiden yang melihat dari kursi penonton merasa bahwa Keara sengaja mengulur waktu dan ingin menahan Anya berada di atas panggung. Namun, tatapan Keara berulang kali tertuju ke arah kerumunan, seperti sedang menunggu seseorang.     

Menunggu seseorang?     

Siapa yang ia tunggu?     

Ketika menyadari hal ini, Aiden langsung bagnkit berdiri dan melihat ke arah kerumunan. Di sana, ia melihat seorang wanita dengan sweater berwarna hitam. Masker dan topi menutupi wajahnya saat ia terus melangkah maju dengan cepat.     

Mata wanita itu tertuju pada Anya yang berada di atas panggung.     

Aiden merasa wanita itu sangat familier, tetapi ia tidak bisa mengingatnya. Siapa wanita ini?     

"Paman, ada apa?" Nico bisa merasakan keanehan Aiden.     

Walaupun wanita itu tidak melakukan apa pun, entah mengapa Aiden bisa merasakan bahaya. Bahaya yang sangat besar!     

Sepertinya, wanita itu adalah suruhan Keara untuk melukai Anya.     

"Wanita berbaju hitam itu membahayakan. Cepat tangkap dia," kata Aiden pada para pengawalnya. Sementara itu, Aiden juga langsung menerobos kerumunan, berusaha untuk menghentikan wanita tersebut.     

Nico menatap ke arah Aiden dan melihat ke arah wanita yang dihampirinya.     

Bukankah itu …     

"Natali! Kapan dia keluar dari rumah sakit jiwa?" teriak Nico. "Harris, cepat hentikan Natali. Ia berniat melukai bibiku!"     

"Bukankah Natali masih berada di rumah sakit jiwa? Kapan ia keluar?" Tara juga terkejut.     

Harris langsung mengangkat walkie talkie yang dipegangnya dan memberitahu para penjaga yang berada di ruang monitor. "Tuan Aiden mencoba untuk menghentikan wanita berbaju hitam dan bertopi. Cepat arahkan lampu kepada wanita itu.     

Aiden tidak memberitahu Anya bahwa untuk membawa Anya pulang ke Indonesia, Atmajaya Group menanamkan saham yang besar dan mensponsori kompetisi ini.     

Atmajaya Group lah yang memilih tempat untuk menyelenggarakan kompetisi ini, yaitu di salah satu hotel yang dimiliki oleh Aiden.     

Aiden pikir, dengan itu semuanya berada di bawah kendalinya.     

Para penjaga yang berada di ruang monitor langsung menemukan Natali dan menyorotnya dengan cahaya.     

Natali tertegun di tempatnya dan tidak bisa bergerak. Lampu itu membuat Anya menyadari bahwa ada seorang wanita yang bertingkah aneh di tengah kerumunan. Ia juga melihat Aiden sedang menuju ke arah wanita tersebut dengan beberapa pengawal di sekelilingnya yang tampak sangat sibuk.     

Pada saat yang bersamaan, Keara menatap ke arah Anya dengan puas.     

"Anya …" Natali tiba-tiba saja mengeluarkan pistol dan mengarahkannya ke arah Anya.     

Anya tidak menyangka Natali akan begitu gila hingga membawa pistol ke tempat yang sangat ramai seperti ini. Ia bahkan berani menodongkan pistol itu di hadapan semua orang.     

Ia menyadari bahwa situasinya sangat membahayakan. Ia tidak punya banyak waktu untuk berpikir tetapi setelah berusaha menenangkan diri, ia langsung menunjuk ke arah Keara dan berteriak, "Anya di sana!"     

Keara tidak menyangka Anya akan menunjuk ke arahnya.     

"Apakah kamu gila? Aku bukan Anya. Apakah kamu tidak bisa mengenali Anya?" teriak Keara dengan marha.     

Natali menghabiskan dua tahun berada di rumah sakit jiwa. Terkurung dan terpenjara bersama dengan orang-orang yang tidak waras membuat otaknya pun sedikit terganggu.     

Ia mengalihkan pistolnya dari Anya menuju ke arah Keara.     

"Ada pistol. Cepat keluar dari sini!" para petugas yang berada di sana langsung mengevakuasi para pengunjung agar mereka bisa menyelamatkan diri dari bahaya.     

Pembawa acara dan beberapa juri masih berada di atas panggung, tidak berani melarikan diri. mereka hanya bisa mundur perlahan ke tempat yang lebih gelap dan menantikan kesempatan untuk kabur.     

Ketika Natali mengarahkan pistolnya ke arah Keara, Anya melihat bahwa Aiden dan pengawalnya sudah sangat dekat dengan Natali.     

Ia khawatir karena Natali sedang memegang pistol, takut terjadi sesuatu pada Aiden atau orang terdekatnya yang masih berada di kursi penonton. Ia hanya bisa berharap para pengawal Aiden bisa menjatuhkan Natali secepat mungkin.     

Keara merasa panik dan langsung melindungi perutnya. "Natali, apakah kamu tidak bisa membedakan suaraku dan Anya? Aku adalah Keara, dia adalah Anya. Kamu harus membalas dendam pada orang yang telah menyakitimu, bukan padaku!"     

Namun, dua orang yang berada di atas panggung memang sangat mirip, meski Anya terlihat lebih muda dari pada Keara.     

Keara memang terlihat lebih dewasa dan menawan dari Anya, sementara Anya terlihat lebih muda dan ceria. Kalau melihatnya dengan baik-baik, mereka sebenarnya terlihat berbeda.     

Tetapi sayangnya, Natali sudah tidak waras dan tidak bisa berpikir.     

"Lebih baik aku membunuh orang yang salah daripada melepaskan keduanya," tanpa keraguan, Natali langsung menarik pelatuk pistolnya dan menembak Keara.     

"Ahhh!" kaki Keara tertembak, membuatnya terjatuh ke lantai.     

Aiden merasa sangat panik saat mendengar suara tembakan itu. Para penonton yang masih belum sempat melarikan diri juga ketakutan dan berlari ke segala arah karena terlalu panik.     

Kompetisi parfum internasional yang bergengsi ini telah berubah menjadi sebuah tempat pembunuhan.     

Setelah menembak ke arah Keara, Natali langsung beralih ke arah Anya, "Sekarang giliranmu!"     

Ia tidak akan melepaskan keduanya. Lebih baik ia menembak keduanya dan membunuh keduanya sekaligus!     

Tepat saat Natali hendak menembak, Aiden langsung bergegas menyerbunya dengan kecepatan penuh. Ia menabrak Natali dan membuatnya kehilangan keseimbangan, tepat saat Natali menarik pelatuk pistolnya sekali lagi.     

Tembakan Natali mengenai lampu yang berada di atas mereka, membuat lampu itu pecah dan terjatuh.     

"Aiden!" teriak Anya.     

Aiden sedang berusaha untuk menahan Natali sehingga tidak menyadari bahwa lampu yang berada di atas kepalanya terjatuh, mengenai kepalanya.     

Natali memanfaatkan kesempatan saat Aiden tertimpa lampu tersebut untuk meronta-ronta dan berteriak. "Aku akan membunuhmu. Aku akan membunuhmu, Anya!"     

Aiden kembali menarik Natali yang hendak bangkit berdiri, membuatnya kembali terjatuh ke tanah.     

Tetapi pada saat yang bersamaan, suara tembakan terdengar …     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.