Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Pulang di Hari Pertunangan



Pulang di Hari Pertunangan

Begitu mendengar ini, Anya merasa bingung.     

Ivan ingin bertemu dengan Heru. Pasti ada sesuatu yang ingin ia pastikan.     

Anya menggandeng tangan Aiden dan bertanya. "Apa yang kalian bicarakan?"     

"Aku hanya bercanda. Apakah kamu lelah?" Aiden melihat wajah Anya yang kelelahan dan merangkulnya.     

Benar kata Aiden, ia sangat lelah hari ini. Ia langsung menyandarkan tubuhnya di pelukan Aiden dan membiarkan Aiden yang menopang bobot tubuhnya.     

"Aku mau pulang. Apakah kamu sudah selesai?" tanya Anya.     

Mata Ivan masih tertuju ke arah Aiden, menunggu jawaban darinya.     

"Besok siang, Harris akan mengantarmu ke sana," setelah mengatakannya, Aiden pergi bersama dengan Anya.     

Raisa menghela napas panjang melihat Aiden sudah pergi dari sana. Ia benar-benar takut, terutama saat Aiden bercanda tadi. "Kak, aku benar-benar ketakutan setelah mati. Memangnya kamu ingin menemui siapa?"     

"Kenalanku. Kamu pasti lelah seharian ini. Aku akan mengantarmu pulang," kata Ivan dengan sangat sopan.     

Nico dan Tara sudah tinggal bersama sejak mereka bertunangan.     

Namun, Ivan menawarkan untuk mengantar Raisa pulang di hari pertunangan mereka. ia tidak berniat untuk tinggal bersama dengan Raisa dan Raisa pun juga merasakan hal yang sama.     

"Apakah boleh?" Raisa tidak bisa menyembunyikan kegembiraannya.     

"Aku belum membersihkan rumahku. Kalau tinggal di rumah Keluarga Atmajaya, kamu pasti tidak nyaman dengan ayahku dan kakak iparku. Kalau kamu ingin tinggal di rumahku, aku butuh waktu beberapa hari untuk merapikannya…"     

"Tidak, tidak usah. Aku tidak apa-apa pulang ke rumah," Raisa tidak mau tinggal di rumah Ivan atau pun di rumah Keluarga Atmajaya.     

"Ayo kalau begitu," Ivan sempat minum anggur saat makan malam tadi sehingga ia tidak menyetir. Supir Keluarga Atmajaya yang mengantar mereka.     

Saat perjalanan menuju ke rumah Keluarga Mahendra, Ivan bersandar di kursinya dan memejamkan matanya. Sesekali Raisa mencuri pandang ke arahnya.     

Sebenarnya, Ivan bukanlah pilihan yang buruk. Ivan adalah pria yang tampan dan memiliki kepribadian baik. Walaupun usianya sudah cukup tua, ia sangat sabar.     

Raisa berpikir, meski suatu hari nanti ia tidak bisa bertemu dengan pria yang dicintainya, menikah bersama dengan Ivan bukanlah pilihan yang buruk.     

Tetapi sekarang ia masih enggan untuk tinggal bersama dengan Ivan. Siapa tahu ia menemukan pria yang disukainya dan menemukan kebahagiaannya sendiri.     

Sekitar pukul 11 malam, Ivan memencet bel rumah Keluarga Mahendra.     

Seorang pelayan membukakan pintu untuk mereka. melihat Ivan dan Raisa datang bersama, wajah Rian dan Irena menjadi murung.     

"Ibu, aku tidak mau tinggal di rumah Keluarga Atmajaya. Paman Bima terlalu menyeramkan. Aku ingin tinggal di rumah saja," melihat ibunya, Raisa langsung bermanja-manja.     

"Kamu ini …"     

"Ivan, apakah kamu tidak punya tempat tinggal lain?" tanya Rian dengan kesal.     

Ivan langsung berusaha menjelaskan. "Aku punya rumah sendiri di luar rumah Keluarga Atmajaya. Tetapi karena pertunangannya terlalu mendadak, aku masih belum sempat membersihkannya. Kalau ia mau tinggal di sana, aku akan mencari desainer besok untuk mendekor ulang rumah itu sesuai dengan selera Raisa."     

"Ibu, aku masih belum menikah. Mengapa ibu mau mengusirku dari rumah?" kata Raisa sambil menggoyang-goyangkan tangan ibunya, merajuk seperti anak kecil     

Walaupun Ivan dan Raisa sudah mengenal sejak kecil, tidak ada cinta di antara mereka. Ivan menganggap Raisa sebagai adiknya sendiri dan Raisa hanya menganggap Ivan sebagai keluarga.     

"Ayah, ibu, kalau Raisa ingin tinggal di sini, biarkan saja," kata Raka, membantu Ivan.     

"Tetapi apa kata orang nanti kalau kalian berpisah di hari pertunangan kalian," kata Rian.     

Bima Atmajaya memang terlihat seperti pria yang baik dan bijaksana, tetapi sebenarnya ia sangat pemilih.     

Maria, istri Ardan, wanita yang sangat luar biasa dan elegan. Buktinya saja, tanpa perlu adanya Nyonya Atmajaya, Maria bisa mengurus semua masalah rumah tangga Keluarga Atmajaya.     

Anya, istri Aiden, adalah wanita yang lembut dan sangat perhatian. Kehadirannya bisa membuat suasana di keluarga menjadi lebih hangat.     

Bagaimana dengan Raisa? Kalau disandingkan dengan mereka berdua, Raisa akan tampak seperti anak kecil yang masih belum mengenal etika dan kekanakan.     

Padahal usia Raisa dan Anya setara. Semua orang akan semakin membanding-bandingkan mereka.     

Irena tidak mau putrinya tinggal di rumah Keluarga Atmajaya. Tetapi sekarang Ivan telah mengambil alih Atmajaya Group dari Aiden. Setiap hari ia harus pulang dan melaporkan masalah perusahaan pada Bima.     

Untuk lebih memudahkan, akhirnya Ivan kembali tinggal di rumah Keluarga Atmajaya.     

Kalau ia memaksa Raisa tinggal bersama dengan Ivan, pada akhirnya mereka harus tinggal di rumah Keluarga Atmajaya. Irena sangat mengenali putrinya dan tahu bahwa putrinya tidak akan nyaman tinggal di sana.     

"Ivan, Raisa memang sangat manja. Biarkan saja kalau ia mau tinggal di rumah ini lagi. Besok, aku akan bilang pada ayahmu agar kamu dan Raisa bisa tinggal di rumah sendiri setelah kalian menikah. Sifat Raisa tidak cocok kalau harus tinggal bersama dengan orang tuamu."     

"Raisa sudah akan menikah. Tetapi kamu masih terus memanjakannya," Rian merasa sangat marah. Kalau Raisa dan Ivan tidak tinggal bersama, bagaimana mereka bisa menumbuhkan perasaan mereka.     

Ivan tahu pikiran calon mertuanya dan mengambil inisiatif untuk berkata, "Aku masih belum punya sekretaris di kantor. Bagaimana kalau Raisa membantu pekerjaanku di perusahaan?"     

Irena sangat puas mendengar tawaran itu dan memandang ke arah Rian. "Bagaimana kalau biarkan Raisa mencobanya?"     

"Aku tidak mau bekerja. Aku tidak bisa bangun pagi," gumam Raisa dengan kesal.     

"Aku setuju," kata Raka. "Kalau kamu tidak mau menjadi sekretaris Kak Ivan, bagaimana kalau membantuku?"     

"Lupakan saja. Lebih baik aku bekerja untuk Kak Ivan," Raisa tidak mau bekerja untuk kakaknya. Setiap hari ia akan ditegur dan dinasehati oleh kakaknya yang maniak kerja itu. Ia akan kehilangan kebebasannya dan dikendalikan oleh Raka setiap hari.     

Ivan tersenyum. "Kamu bisa mulai bekerja hari Senin. Aku akan menjemput dan mengantarmu pulang nanti."     

Irena menatap Ivan sambil tersenyum. Ia merasa semakin menyukai calon menantunya ini. lalu ia menyenggol suaminya dengan pelan.     

Rian mengangguk dengan puas setelah anaknya mendapatkan jabatan yang cukup bagus di Atmajaya Group. "Kalau Raisa bersedia, mulai Senin ia akan bekerja di Atmajaya Group. Ivan, kalau Raisa bermalas-malasan, kamu bisa meneleponku. Aku akan menasihatinya!"     

"Ayahhh …" Raisa merasa semakin kesal mendengar hal ini.     

Tetapi Ivan hanya menjawab dengan sabar. "Raisa adalah anak yang pintar. Aku tahu ia pasti bisa bekerja dengan baik."     

"Apakah kalian dengar? Kak Ivan saja percaya padaku. Seharusnya kalian juga peracya padaku!" kata Raisa dengan banggga.     

"Kalau begitu, buktikan bahwa kamu bisa mengerjakan pekerjaanmu dengan baik dan jangan menyusahkan Kak Ivan. Kak, sudah malam, biar aku yang mengantarmu pulang," kata Raka.     

"Raka, sekarang Ivan bukan lagi kakak bagimu. Posisimu lebih tinggi," kata Irena.     

"Setelah mereka berdua menikah, aku akan mengubah caraku memanggilnya," jawab Raka dengan acuh tak acuh.     

Ivan tersenyum dan berpamitan dengan sopan pada Rian dan Irena. Sebelum Ivan pulang, Raisa mengedipkan matanya dengan manja ke arah Ivan. Ia tidak kecewa diantarkan pulang seperti ini di hari pertunangannya.     

Lebih baik ia tinggal di rumahnya sendiri. Ia jauh lebih bebas dari pada tinggal bersama dengan orang lain.     

Raka mengantar Ivan keluar dari rumah. Saat melewati taman, Ivan mengambil inisiatif untuk membuka pembicaraan. "Apakah kamu ingin menanyakan mengenai sikap Aiden kepadaku?"     

"Apa yang ia lakukan? Walaupun aku tidak tahu tujuannya tiba-tiba saja memberikan posisinya di Atmajaya Group kepadamu, lebih baik kamu berhati-hati. Aku sudah mengenalmu sejak lama. Meskipun kamu tidak mau bersaing dengannya, keberadaanmu saja sudah menjadi ancaman untuknya. Aku merasa ada konspirasi mengapa ia membiarkanmu mengambil alih Atmajaya Group," kata Raka dengan khawatir.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.