Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Hidup Untuk Menderita



Hidup Untuk Menderita

"Kalau kamu melakukan sesuatu, apakah kamu pikir kamu masih bisa berdiri di depanku. Aku bilang kalau kamu mau menebus kesalahanmu, kamu harus mengabdikan hidupmu pada Atmajaya Group. Hanya itu yang aku inginkan," setelah mengatakannya, Aiden langsung menggandeng tangan Anya masuk ke dalam lift.     

"Aiden, aku berjanji untuk menyerahkan semua saham dan bekerja untuk Atmajaya Group seumur hidupku untuk menebus kesalahan ibuku. Tetapi tolong … tolong biarkan ibuku hidup," akhirnya Ivan mengatakan keinginannya.     

Aiden menatap ke arah Ivan sambil tersenyum. "Aku berjanji."     

"Terima kasih," Ivan menghela napas lega. Sebagai seorang anak, ini adalah satu-satunya hal yang bisa ia lakukan untuk Imel.     

Ivan tidak memahami arti sebenarnya di balik senyum Aiden, tetapi Anya tahu.     

Imel sudah ditakdirkan untuk menderita!     

Sebagai seorang anak, secara sukarela Ivan telah menyerahkan sahamnya dan bersedia untuk bekerja di Atmajaya Group seumur hidupnya, hanya agar ibunya mendapatkan kesempatan untuk hidup.     

Tetapi ia tidak mengenal Aiden. Bagaimana mungkin Aiden membiarkan Imel mati setelah melakukan semua ini?     

Bagi Aiden, balas dendam terbaik adalah dengan membiarkan Imel hidup menderita dibandingkan mati.     

Ketika pintu lift tertutup, Anya menoleh dan memandang ke arah Aiden. "Kak Ivan baru saja bertunangan kemarin. Hari ini, tiba-tiba saja Imel ditangkap. Apakah kamu yang mengatur semuanya?"     

"Kemarin Imel menghadiri pesta pertunangan putranya dengan gembira, bermimpi suatu hari nanti ia akan merasakan bagaimana rasanya menginjak surga. Tetapi keesokan harinya ia malah masuk penjara. Bukankah itu menarik?" Aiden tidak menyangkal pertanyaan Anya.     

Ia tidak berniat untuk menghancurkan pernikahan Ivan. Ia juga tidak takut Keluarga Mahendra akan mendukung Ivan. Karena selama skandal mengenai Imel terbongkar di hadapan umum, Ivan tidak akan pernah bisa mengambil alih Atmajaya Group.     

Meski Bima setuju sekali pun, para pemegang saham Atmajaya Group tidak akan mau Ivan menjadi CEO Atmajaya Group.     

Jadi, Ivan hanya bisa menjadi CEO sementara. Ketika Aiden ingin kembali, ia bisa kembali kapan pun. atau ketika Nico sudah cukup mampu untuk mengambil alih perusahaan, Ivan harus menyerahkan semuanya pada Nico.     

Karena kelakuan Imel telah menjadi noda pada Ivan, noda yang tidak akan pernah bisa dihapuskan.     

Mungkin Bima tidak akan setuju Ivan menyerahkan semua sahamnya kembali, tetapi setidaknya ia tidak akan bisa memberikan saham lagi pada Ivan.     

Aiden masih menjadi pemegang saham terbesar di perusahaan.     

Meski Ivan ingin melakukan sesuatu, ia tidak akan pernah berhasil. Semuanya berada di dalam kendali Aiden …     

"Aiden, Kak Ivan tidak melakukan kesalahan. Tidak seharusnya kamu melakukan ini kepadanya. Seseorang tidak bisa memilih siapa orang tuanya. Aku harap kamu tidak menghukumnya atas apa yang telah Imel lakukan," Anya tampak merasa kasihan pada Ivan.     

Melihat Anya tidak senang, Aiden berkata, "Ivan tidak benar-benar tidak bersalah. Memang benar Imel yang melakukan semua ini untuknya. Tetapi dua tahun lalu ia tiba-tiba saja pulang. Apakah kamu bisa menjamin bahwa ia tidak pernah memikirkan tujuan yang egois untuk dirinya?"     

"Tetapi Kak Ivan juga anggota Keluarga Atmajaya. Tidak ada salahnya kalau ia juga menginginkan posisinya di dalam keluarga. Tetapi pada akhirnya ia tidak melakukan apa pun, kan? Dua tahun lalu, apa yang ia lakukan? Apakah ia membuatmu rugi atau terluka? Tidak, sebaliknya, karena ia berada di Indonesia, Imel tidak bisa melakukan apa pun dengan leluasa karena juga harus mengurusnya. Kak Ivan melindungi semua orang," kata Anya.     

Aiden menggandeng tangan Anya keluar dari lift. Tidak pernah terpikirkan sebelumnya apa yang dikatakan oleh Anya barusan.     

Selama dua tahun terakhir, Ivan tidak melakukan apa pun. Ia selalu bersikap rendah diri dan tidak ada niatan untuk bersaing dengan Aiden. Keberadaannya di Indonesia membuat membuat Imel juga tidak bisa melakukan apa pun.     

Melihat Aiden tidak menjawabnya, Anya melanjutkan. "Aiden, apakah kamu mendengarku? Tidak peduli apa yang Kak Ivan lakukan, ia memang terbiasa melakukannya tanpa memberitahu siapa pun. Kamu tidak bisa memahami niat baiknya. Selama dua tahun terakhir, Imel tidak melakukan apa pun karena Kak Ivan ada di Indonesia. Kak Ivan lah yang membatasi pergerakan Imel."     

"Bagaimana kamu bisa tahu kalau Ivan tidak berniat membantu ibunya?" Aiden membawa Anya kembali menuju mobil.     

"Imel adalah ibunya. Tentu saja ia tidak mau melihat ibunya sendiri melakukan kejahatan. Ia bahkan sampai memohon untuk keselamatan ibunya. Menurutku, Kak Ivan tidak bersalah," Anya memikirkan mengenai apa yang terjadi pada ibunya dan ikut merasa sedih. "Aku juga sangat membenci Imel. Ia sudah membuat ibuku sangat menderita. Tetapi apa salah Kak Ivan?"     

Aiden menarik Anya ke dalam pelukannya dengan lembut. "Mereka telah membunuh ibu dan kakakku. Bahkan aku juga hampir mati. Hingga saat ini …"     

"Ada apa? Apakah kamu mengalami trauma?" Anya mendengar bahwa banyak orang mengalami trauma setelah kejadian besar seperti itu. Trauma itu juga bisa menyebabkan efek samping lain.     

Meski Aiden sangat kuat, ia pernah mengalami kejadian yang hampir merenggut nyawanya. Sebuah keajaiban ia bisa kembali pulih lagi seperti orang normal.     

Anya masih ingat pertama kali ia bertemu dengan Aiden, penglihatannya masih belum pulih total.     

Aiden tersenyum dan mengelus kepala Anya dengan lembut. Bagaimana mungkin ia mengalami trauma?     

Anya adalah mataharinya yang bisa menyembuhkan semua lukanya. Dan mataharinya itu berada di sisinya.     

"Selama ada kamu, hari-hariku terasa jauh lebih membahagiakan," kata Aiden.     

"Aiden, sejak kapan kamu jadi cerewet seperti ini?" Anya bersandar di dada Aiden dan menatapnya sambil tersenyum.     

"Aku belajar darimu. Apakah kamu menyukainya?"     

"Iya. Katakan beberapa hal lagi," kata Anya dengan sengaja.     

Jarang-jarang ia bisa mendengar Aiden menyampaikan kata-kata yang romantis seperti itu.     

"Sebelum kamu muncul di hidupku, duniaku terlihat abu. Kamu yang membawa warna dalam duniaku dan kamu yang membuat duniaku menjadi lebih terang," Aiden menatap Anya dengan penuh cinta.     

Anya masih ingat saat Aiden tidak bisa melihat. Ia tidak tahu bagaimana Aiden bisa bertahan hidup dalam hari-hari yang gelap seperti itu.     

Tetapi Anya merasa sangat senang karena sekarang Aiden sudah pulih.     

"Seandainya aku tahu keberadaanku bisa membawa terang di hidupmu, aku akan datang lebih awal," kata Anya sambil memegang wajah Aiden dan mengecup bibirnya.     

Ciuman yang lembut itu menjadi panjang sehingga ruangan mobil yang kecil itu menjadi memanas. Aiden takut ia tidak akan bisa mengendalikan dirinya sehingga ia mendorong tubuh Anya. "Jangan bermain api."     

Anya tertawa melihatnya.     

"Dasar nakal. Lihat saja aku akan menghukummu di rumah," kata Aiden dengan suara serak.     

"Aku tidak takut. Aku sedang menstruasi sekarang," kata Anya dengan berani.     

Aiden merapikan rambut Anya dan menyelipkannya di belakang telinga. "Jadi, kamu sengaja menggodaku?"     

"Menurutmu?" Anya tersenyum, membuat Aiden menelan ludahnya.     

Ia membuka sebuah air botol dan menegaknya sekaligus. Anya melihat kepala Aiden terangkat dan jakunnya terus bergerak saat menelan air itu dengan cepat. "Seksi sekali."     

"Kamu benar-benar ingin membunuhku," Aiden tahu Anya sengaja melakukannya.     

Saat kembali ke rumah, waktu sudah menunjukkan pukul sembilan malam.     

Melihat Anya datang, Hana langsung membawakan obatnya.     

Anya tidak tahu bahwa ia sedang meminum obat untuk mencegah resiko keguguran. Ia meminum semua obat yang dibawakan oleh Hana dan berkata sambil tersenyum. "Memang Dokter Tirta jauh lebih hebat dari Tara. Obat yang ia resepkan untukku sama sekali tidak pahit seperti obat-obat Tara."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.