Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Tidak Berdaya



Tidak Berdaya

"Apa yang bisa aku lakukan untukmu? Aku merasa sedih melihatmu seperti ini," tangan Anya mengelus kepala Aiden dengan lembut.     

Di matanya, Aiden adalah pria yang sangat kuat. Baru pertama kali ia melihat Aiden tidak berdaya seperti ini …     

Aiden menggenggam tangan Anya dan membawanya menuju ke bibirnya, kemudian menciumnya dengan lembut. "Aku hanya butuh kamu. Di sampingmu, aku bisa tidur nyenyak setiap malam."     

"Aku rasa sakit kepalamu ini terjadi karena kamu sering insomnia," kata Anya. "Apakah kamu mengantuk? Apakah kamu mau tidur?"     

"Apa yang kamu inginkan? Apakah kamu menyarankan hal lain?" Aiden membuka matanya dan menatap Anya dalam-dalam.     

Anya tertawa mendengarnya. "Jangan aneh-aneh. Aku sedang menstruasi. Apakah kamu lupa?"     

Aiden memeluk pinggang Anya dan berbisik. "Setelah kompetisimu berakhir, bagaimana kalau kita tinggal sementara di pulau?"     

"Baiklah," Anya menyetujuinya.     

"Aku akan mandi dulu," setelah sakit kepalanya sudah membaik, Aiden bangkit berdiri dan langsung menuju ke arah kamar mandi.     

Anya langsung menelepon Tara dan mendesaknya agar segera datang.     

"Anya, aku sarankan untuk memeriksakan kesehatan Aiden ke rumah sakit. Mengobati sakit kepalanya setiap saat seperti ini bukanlah sebuah penyembuhan yang tepat. Itu hanya untuk pengobatan sementara. Kalau Aiden sedang sakit, ia harus mengobatinya," kata Tara.     

"Aku akan mengatakannya pada Aiden," kata Anya.     

"Kalau kamu tidak bisa membujuknya, biar kakekku yang berbicara padanya. Aku rasa ia sudah memeriksakan kondisinya, tetapi tidak mau menjalani pengobatan," kata Tara.     

"Mengapa Aiden tidak mau menjalani pengobatan?" tanya Anya.     

''Sakit kepala dan insomnia yang ia alami kemungkinan besar mengarah ke masalah otak. Kalau penyakitnya tidak seberapa mungkin obat-obatan saja bisa memulihkannya. Tetapi kalau penyakitnya sudah parah, ia harus menjalani operasi," jawab Tara, menjelaskannya secara singkat kepada Anya yang tidak seberapa mengerti mengenai masalah medis.     

Anya terkejut mendengarnya. Pandangannya langsung tertuju pada pintu kamar mandi yang tertutup.     

Apakah benar Aiden sakit parah?     

"Apakah itu artinya Aiden membutuhkan operasi sehingga ia menyembunyikannya dariku?" tanya Anya.     

"Aku juga tidak tahu. Mungkin saja ia sedang menjalani pengobatan dengan minum obat-obatan yang bisa memulihkan kesehatannya. Mungkin ia merasa ini bukanlah penyakit yang besar sehingga ia tidak memberitahumu. Aku rasa, Harris pasti mengetahui semua ini. Coba suruh Nadine menanyakannya pada Harris," saran Tara.     

"Aku akan menelepon Nadine sekarang," Anya membawa ponselnya keluar dari kamar. Ia khawatir saat ia menelepon Nadine, Aiden akan keluar dari kamar mandi dan mendengar pembicaraan mereka.     

Ia berjalan menuju ke ruang parfum dan menelepon Nadine.     

"Bibi, ada apa?" Nadine sedang dalam perjalanan pulang ketika mendengar ponselnya berbunyi dan langsung mengangkatnya.     

"Nadine, aku ingin memberimu tugas. Jadi begini …" Anya memberitahu Nadine mengenai kondisi Aiden secara singkat. Setelah menceritakannya, ia menambahkan. "Selain insomnia dan sakit kepala, ia mengalami gejala vertigo. Aku tidak melihat gejala lainnya untuk sementara, mungkin karena Aiden menyembunyikannya dariku. Tolong tanyakan pada Harris."     

"Bagaimana kalau ia tidak mau?" Nadine melirik ke arah Harris yang sedang menyetir dan berbisik pelan.     

"Menggodanya?" saran Anya.     

"Aku tidak tahu bagaimana cara melakukannya …" jawab Nadine.     

"Peluk dia, cium dia. Ambil inisiatif untuk menggodanya sampai ia memberitahu yang sebenarnya," Anya memelankan suaranya.     

"Bibi, aku tidak bisa melakukannya!" wajah Nadine memerah.     

"Ini berhubungan dengan kesehatan pamanmu. Sekarang kakekmu juga sedang sakit. kita harus melakukannya. Satu-satunya orang yang mengetahui masalah ini adalah Harris. Carilah informasi darinya!" dengan itu, Anya memberikan tugas yang sangat penting pada Nadine.     

Setelah menutup telepon, Nadine berpikir sambil sesekali melirik ke arah Harris. Bagaimana ia harus membuat Harris mengatakan yang sebenarnya?     

"Ada apa?" Harris melihat keraguan Nadine untuk berbicara padanya sehingga ia mengambil inisiatif untuk bertanya terlebih dahulu.     

"Bibi memintaku untuk bertanya padamu. Apakah paman sedang sakit?" Nadine tidak tahu bagaimana cara menggoda Harris sehingga ia langsung menanyakan dengan terang-terangan.     

Ekspresi di wajah Harris terlihat sedikit membeku. Kemudian, ia berpura-pura tenang dan berkata, "Tuan Aiden menderita insomnia yang cukup parah. Dokter memintanya untuk berhenti bekerja sementara dan beristirahat. Apa yang Nyonya katakan kepadamu?"     

"Bibi sangat khawatir terhadap paman. Katanya, selain insomnia dan sakit kepala, ia juga mengalami vertigo. Jadi ia memintaku untuk bertanya padamu apakah ia mengalami gejala lain, agar bibi bisa melakukan sesuatu. Kamu tahu sendiri paman selalu berusaha untuk menunjukkan bahwa ia mampu sehingga ia tidak mau menunjukkan kelemahannya di hadapan orang lain. Bisakah kamu memberitahuku?" tanya Nadine.     

Sebenarnya, Harris juga mengkhawatirkan Aiden. Tetapi kalau ia memberitahu Anya yang sebenarnya, ia malah akan membuat Anya semakin khawatir. Selain itu, Aiden juga memintanya untuk merahasiakan semua ini dari Anya.     

Saat ini, Anya sedang hamil dan belum melewati masa-masa kehamilan mudanya. Kalau sampai ada yang terjadi pada Anya …     

Tetapi saat ini, Aiden memang sedang sakit parah. Kalau ia tidak menjalani operasi, ia mungkin akan kehilangan penglihatannya.     

Tetapi kalau ia menjalani operasi itu, ada resiko besar yang ia ambil. Mungkin saja ia tidak akan bangun lagi. Mungkin ia tidak akan bisa bertemu dengan Anya lagi …     

Harris berpikir sejenak dan kemudian berkata dengan tenang, "Tuan hanya butuh banyak istirahat. Ia terlalu lelah. Mungkin ia ingin berlibur dan menebus dua tahun saat mereka berpisah."     

"Apakah pamanku benar-benar baik-baik saja?" Nadine ragu saat mendengar jawaban Harris. Ia tahu Harris tidak jujur padanya.     

"Tuan akan baik-baik saja," tidak tahu apakah Harris ingin menghibur Nadine atau menghibur dirinya sendiri saat mengatakan kalimat itu.     

Nadine tiba-tiba saja mendekat dan memegang pundak Harris. "Kalau kamu memberitahuku yang sebenarnya, aku akan menciummu."     

Harris langsung menarik napas dalam-dalam dan tiba-tiba saja menginjak rem secara mendadak.     

Karena rem yang mendadak itu, Nadine begitu terkejut. Meski ia mengenakan sabuk pengaman, tetap saja tubuhnya sedikit terpental ke depan.     

Harris langsung mengulurkan tangannya untuk melindungi Nadine. "Apakah kamu baik-baik saja?"     

"Mengapa kamu berhenti mendadak? Apakah kamu ingin membunuhku?" teriak Nadine.     

Pipi Harris terlihat merona. "Apakah kamu benar-benar mau menciumku?"     

"Tetapi kamu harus memberitahuku yang sebenarnya. Apa yang terjadi pada pamanku?" tanya Nadine.     

"Cium dulu," Harris mendekatkan tubuhnya ke arah Nadine dan mengecup bibir Nadine, membuat gadis itu terbelalak karena terkejut.     

Ketika ia merasakan kehangatan Harris dari bibirnya, wajahnya langsung ikut memerah. "Kamu … Ini di tengah jalan …"     

Mobil di belakang mereka terus membunyikan klaksonnya, tetapi Harris tidak memedulikannya. Sekarang ia sedang mengendarai mobil Bentley milik Aiden. Tidak akan ada satu orang pun yang berani menabrak mobil mahal itu.     

"Manis sekali," Harris tertawa kecil. Hembusan nafasnya mengenai telinga dan leher Nadine, membuat Nadine merasa semakin malu.     

"Harris, cepat jalan! Mobilmu menghalangi!" Nadine menutupi wajahnya yang memerah.     

Harris menjalankan mobilnya dan sesekali mencuri pandang ke arah Nadine. "Apakah Nyonya yang mengajarimu untuk menggodaku?"     

"Bagaimana kamu bisa tahu?" Nadine menatapnya dengan terkejut.     

"Tidak sesulit itu untuk menebaknya …" Harris bisa menebak-nebak apa yang Anya katakan pada Nadine.     

Anya sama sekali tidak memiliki pengalaman dalam urusan percintaan. Tetapi Aiden akan selalu luluh kalau Anya bermanja padanya. Itu sebabnya, hanya cara itu saja yang bisa Anya ajarkan pada Nadine.     

"Bibi menyuruhku untuk memeluk dan menciummu, menggodamu sampai kamu memberitahuku kondisi kesehatan pamanku yang sebenarnya," akhirnya Nadine mengakui tugas yang ia dapatkan dari Anya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.