Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Mimpi atau Kenangan Masa Lalu?



Mimpi atau Kenangan Masa Lalu?

"Tolong. Seseorang tolong keluarkan aku dari sini!" Anya terus menendang pintu sambil berteriak. Tetapi tidak ada satu orang pun yang bisa mendengarnya.     

Ia terkunci di sebuah gudang yang gelap. Gudang itu terlihat usang, lama tidak digunakan.     

Tidak ada satu orang pun yang berada di sekitar sana, bahkan hanya untuk sekedar lewat sekali pun.     

Tempat itu terpencil dan terbengkalai.     

Satu malam ia habiskan di tempat itu sendirian. Terkurung tanpa ada makan atau minuman.     

Setelah satu malam berlalu, akhirnya pintu gudang tersebut terbuka. Ia pikir hari itu ia bisa keluar dari sana. Namun, begitu ia berlari ke arah pintu, seseorang langsung mendorongnya masuk ke dalam.     

"Beraninya kamu mau kabur! Apakah kamu mau aku mematahkan kakimu!" teriak orang tersebut.     

"Tolong lepaskan saya. Keluarga saya sangat miskin, tidak punya uang. Apakah kalian salah menculik orang?" tanya Anya dengan hati-hati.     

"Kami tidak membutuhkan uang," pria tersebut bertampang sangat, membuat Anya ketakutan. Setelah itu, ia berbalik dan menyuruh orang-orang di belakangnya untuk masuk.     

Anya melihat dua orang pria bertubuh besar membawa seorang pemuda dan melemparkannya begitu saja ke lantai. Kemudian, pintu gudang itu kembali dikunci.     

Anya melihat pemuda tersebut dengan takut. Tetapi pemuda itu sama sekali tidak bergerak, masih berada di tempat pertama setelah ia dilemparkan.     

"Bangunlah!" Anya mengguncangkan tubuh pemuda itu satu kali, tetapi tidak ada reaksi sama sekali.     

Ia merasa semakin panik, takut kalau pemuda yang dilemparkan bersamanya itu ternyata sudah mati. Ia mengulurkan tangannya dan mengarahkannya ke arah hidung pemuda tersebut. ketika merasakan napasnya, Anya menghembuskan napas lega.     

Anya tidak tahu mengapa pemuda itu berada di sana. Sama seperti ia juga tidak tahu mengapa ia terkurung di sana.     

Apa yang sebenarnya orang-orang itu inginkan darinya?     

Ia tidak punya uang.     

Ia berasal dari keluarga biasa saja.     

Meski mereka meminta uang tebusan pun, mereka tidak bisa mendapatkan apa-apa.     

Anya kembali memandang pemuda di hadapannya. Tangan pemuda itu terikat dengan erat, tidak seperti dirinya yang masih terbebas.     

Ia mengambil beberapa kardus dan meletakkannya di lantai. Kemudian ia berusaha menarik tubuh pemuda tersebut agar pemuda itu tidak berbaring di lantai yang dingin.     

Dari dekat, Anya baru bisa melihat penampilan pemuda itu dengan jelas. Wajahnya luar biasa tampan.     

Alisnya tebal, hidungnya mancung dan tegas, bibirnya tipis. Kata ibunya, pria berbibir tipis memiliki senyum yang menawan.     

Saat Anya sedang memandangi wajahnya, tiba-tiba saja pemuda itu membuka matanya.     

"Ahhh!" Anya terjungkal ke belakang karena ketakutan. Kemudian, ia langsung mundur beberapa langkah darinya.     

Aiden menatap gadis di hadapannya dan kemudian memandang ke sekitarnya. Setelah mengamati lingkungan sekitarnya, ia menenangkan dirinya.     

"Siapa kamu?" tanya Aiden.     

"Aku juga ditangkap oleh mereka. Satu hari sebelum kamu …" Anya melihat ke arah pintu yang tertutup. "Apakah kamu tahu siapa yang menangkap kiat?"     

Aiden menggerakkan tubuhnya dan menyadari bahwa tangannya terikat. Ia berkata dengan suara dalam, "Lepaskan tali ini."     

Anya menatap Aiden dengan curiga. Pria dan wanita terkunci di sebuah gudang berduaan, tanpa satu orang pun. Bagaimana kalau setelah tali itu terlepas, pria itu melakukan sesuatu kepadanya?     

"Jangan khawatir. Aku tidak tertarik pada anak kecil." Aiden bisa menebak apa yang ditakutkan oleh gadis di hadapannya.     

Tetapi ia bisa melihat bahwa gadis di hadapannya sangat muda.     

Ia tidak tertarik dengan anak kecil …     

"Aku bukan anak kecil …" kata Anya dengan gugup.     

Aiden menatapnya dengan tatapan serius. Gadis ini cerdas dan waspada, tidak sembarangan mempercayai orang.     

"Mereka mengikatku karena ingin uang tebusan dari keluargaku. Kalau kamu melepaskan tali ini, aku akan mengeluarkanmu dari sini," Aiden berusaha untuk duduk dengan sedikit kesulitan karena tangan dan kakinya terikat.     

Mata Anya terbelalak saat melihat Aiden berhasil duduk meski dalam keadaan seperti itu. Sepertinya orang-orang itu mengikatnya karena takut pada Aiden. Aiden terlihat sangat kuat.     

"Siapa kamu? Apakah kamu berasal dari keluarga kaya?" tanya Anya.     

"Nama belakangku Atmajaya. Aku baru saja kembali ke Indonesia. Kalau keluargaku tahu aku diculik, mereka pasti akan memberikan uang tebusannya untuk menyelamatkanku. Aku akan membawamu keluar dari sini," Aiden memandang Anya dari kepala hingga kaki. Ia melihat Anya mengenakan pakaian yang sangat sederhana.     

Sepertinya gadis ini bukan berasal dari keluarga berada.     

"Benarkah? Terima kasih. Aku tidak tahu mengapa orang-orang ini menculikku. Aku tidak punya apa-apa. Keluargaku bukan berasal dari keluarga berada," kata Anya.     

"Mereka bisa saja menjualmu," kata Aiden sambil memandang Anya.     

Saat ia melihat dengan seksama, ia merasa bahwa gadis di hadapannya mirip dengan Keara. Begitu menyadari hal itu, wajah Aiden langsung terlihat dingin.     

Apakah gadis ini berasal dari Keluarga Pratama?     

Para penculik ini sepertinya sangat hebat. Selain mendapatkan putra dari Keluarga Atmajaya, mereka juga berhasil mendapatkan putri dari Keluarga Pratama, keluarga yang kaya di kota ini …     

Ini adalah masalah yang besar. Keluarga Pratama dan Keluarga Atmajaya sama-sama kehilangan anak mereka …     

Namun, gadis ini bilang bahwa keluarganya bukan berasal dari keluarga yang berada dan ia tidak memiliki apa-apa. Apa yang sebenarnya terjadi?"     

"Kamu membuatku semakin takut," Anya memeluk lututnya di pojok ruangan.     

Sudah satu malam ia berada di sana. Ia ingin pulang …     

"Siapa namamu?" setelah melihat wajah Anya, Aiden menjadi lebih dingin dari sebelumnya.     

Anya merasa ketakutan saat melihat sikap Aiden. Ia diam saja, tidak berani menjawab pertanyaan itu.     

Aiden kembali mengamati sekelilingnya. Sekarang, dalam keadaan duduk, ia bisa melihat sekelilingnya dengan lebih jelas. Ia mencari jalan untuk melarikan diri dari sini.     

Anya menatap ke arahnya dan berkata, "Tidak perlu repot-repot mencari. Aku sudah berkeliling berulang kali. Di tempat ini tidak ada jendela, hanya ada satu pintu. Kita tidak bisa melarikan diri. Apakah benar seseorang dari keluargamu akan membayar tebusan dan menyelamatkanmu?" Anya bisa melihat pria itu memakai pakaian yang terlihat mahal. Keluarganya pasti sangat kaya.     

Apakah benar pria ini bisa menyelamatkannya juga?     

Atau ia akan meninggalkannya di tempat ini sendirian.     

Aiden tidak menjawab. Keluarganya pasti akan menyelamatkannya!     

"Namaku Anya. Siapa namamu?" kata Anya dengan suara pelan.     

"Aiden," jawabnya dengan singkat dan kemudian memandang ke arah Anya lagi. "Cepat bantu aku melepaskan ikatan ini."     

"Aku bisa membantumu, tetapi berjanjilah bahwa kamu tidak akan melakukan apa pun," kata Anya dengan gugup.     

"Apakah kamu pikir aku berniat melakukan sesuatu di tempat seperti ini?" kata Aiden dengan tidak sabar. Ia benar-benar harus melepaskan diri.     

Dengan begitu, ia bisa mencari jalan keluar lebih cepat.     

"Berjanjilah!" kata Anya.     

"Aku berjanji aku tidak akan pernah melakukan apa pun pada Anya," setelah mengatakannya dengan kesal, Aiden mendesak Anya untuk segera melepaskan ikatannya.     

Setelah ikatan Aiden terlepas, ia terus mengelilingi gudang tersebut untuk mencari jalan. Tetapi akhirnya, ia hanya bisa mempercayai kata-kata Anya.     

Gudang itu tidak memiliki jendela sama sekali. Dindingnya juga sangat tebal sehingga tidak mungkin mereka mendobraknya.     

Mereka hanya bisa keluar dan masuk dari satu pintu saja, tidak ada jalan lainnya. Dan di depan pintu itu, ada seseorang yang menjaga agar mereka tidak kabur.     

Aiden bersandar di dinding. Ia menyadari bahwa ia tidak bisa kabur dari tempat itu.     

Anya mulai kembali berteriak, seperti yang ia lakukan kemarin. "Tolong. Apakah ada orang di luar sana? Tolong, tolong!"     

Aiden hanya menatap ke arah Anya, tanpa membantunya. Para penculik itu tidak bodoh. Kalau berteriak itu berguna, para penculik itu pasti sudah menyumpal mulut mereka.     

Alasan mereka tidak menyumpal mulut mereka karena tempat itu terpencil dan tidak ada orang sama sekali.     

Meski mereka menghabiskan suara mereka sekali pun, tidak ada yang akan membantu mereka.     

Anya berteriak hingga suaranya serak. Tidak ada satu orang pun yang mendengarnya, tetapi ia malah menarik perhatian penjaga tersebut.     

"Gadis ini sungguh enerjik. Bagaimana kalau bermain dengan kami?" dua orang pria yang berjaga masuk sambil membawa taser. Mereka perlahan berjalan mendekat ke arah Anya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.