Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Menghangatkan dengan Tubuhnya



Menghangatkan dengan Tubuhnya

"Gadis ini sungguh enerjik. Bagaimana kalau bermain dengan kami?" dua orang pria yang berjaga masuk sambil membawa taser. Mereka perlahan berjalan mendekat ke arah Anya.     

Wajah kedua pria itu terlihat sangat menjijikkan, membuat Anya ketakutan setengah mati.     

"Jangan sentuh dia. Bukankah kalian ingin uang? Keluargaku akan memberikan uang. Lepaskan dia!" Aiden langsung melindungi Anya dan menempatkan Anya di belakang punggungnya.     

Meski ia tidak mengenal gadis ini, ia tidak akan membiarkan kedua pria itu melakukan sesuatu pada gadis ini.     

Tangan Anya mencengkeram baju Aiden dengan erat, gemetaran saat bersembunyi di balik punggung Aiden. Ia tidak berani melongok sedikit pun.     

"Menyingkirlah!" salah satu pria itu menggunakan taser untuk menyetrum Aiden.     

Aiden langsung memukul tangan pria itu dan berusaha merebut taser tersebut. Meski tangannya sedikit tersetrum, ia bisa memukul pria itu dengan keras.     

Pria yang satunya langsung menyerang Aiden dari samping, tetapi Aiden berhasil menghindarinya.     

Aiden menendang dan melawan pria yang membawa taser, menjatuhkannya ke lantai hingga tidak bisa bergerak. Namun, pria yang lainnya langsung menangkap Anya dan mengancam Aiden. Tangan besarnya mencengkeram leher kecil Anya, seperti ingin meremukkannya. "Lepaskan dia. Atau aku akan membunuh gadis ini."     

"Bunuh saja. Aku tidak kenal gadis itu. Aku tidak harus menyelamatkannya!" Aiden berbalik dan terus berlari menuju ke arah pintu.     

Namun, satu hal yang tidak ia ketahui, ternyata bukan hanya ada dua orang saja yang berjaga di sana, tetapi tiga …     

"Hati-hati di belakangmu!" Anya melihat satu orang pria lain muncul berada di belakang Aiden. Namun, peringatannya itu terlambat. Pria itu tersebut sudah memukul punggung Aiden dengan keras     

Karena tubuh Aiden tinggi, pria itu tidak berhasil memukul kepalanya. Pukulan itu mendarat di pundak Aiden, tetapi ia tetap jatuh karena serangan yang mendadak.     

Tiga orang tersebut langsung memukuli Aiden hingga babak belur.     

Melawan tiga orang sekaligus, Aiden tidak bisa berbuat apa-apa.     

Ditambah lagi, ia diserang secara mendadak dan tidak punya kesempatan untuk membalas sedikit pun.     

"Jangan pukul lagi. Kalau kalian membunuhnya, kalian tidak bisa mendapatkan uang!" teriak Anya, berusaha untuk menyelamatkan Aiden.     

Walaupun Aiden tadi ingin meninggalkannya, Anya paham bahwa Aiden memang tidak bertanggung jawab untuk menyelamatkannya.     

Ditambah lagi, kalau Aiden berhasil kabur, ia bisa memanggil polisi dan meminta seseorang untuk menyelamatkannya. Dengan begitu, kesempatan mereka untuk bisa selamat lebih besar.     

"Jangan berani-berani melarikan diri lagi," ketiga pria itu melemparkan Aiden ke lantai dan kembali mengunci pintu.     

Anya langsung berlari menghampiri Aiden dan memeriksa napasnya.     

Aiden masih bernapas. Ia tidak mati.     

Anya langsung mengambil sebuah botol air yang ditinggalkan oleh orang-orang tersebut dan memberikannya pada Aiden.     

Aiden terbatuk beberapa kali dan kemudian terbangun. Namun, kalimat pertama yang Aiden tanyakan adalah, "Apakah kamu baik-baik saja?"     

Anya merasa sangat menyesal. Teriakannya tidak membantu, malah membuat orang-orang tersebut ingin melukainya. Kalau saja ia tidak berteriak, Aiden tidak akan babak belur dipukuli seperti ini.     

"Aku baik-baik saja. Terima kasih," kata Anya.     

Aiden memandang gadis bodoh ini dengan dingin, tanpa mengatakan apa pun.     

Saat ini, ia hanya bisa merasakan sekujur tubuhnya yang sakit.     

Mereka berdua terkunci di tempat itu selama tiga malam hanya dengan sebotol air minum dan satu roti.     

Tidak ada kabar sama sekali dari Keluarga Atmajaya.     

"Aiden, aku benar-benar takut. Apakah kita akan mati?" Anya sudah terkurung di tempat itu selama empat hari. Setiap hari ia merasa ketakutan hingga mentalnya sudah tidak kuat lagi.     

Aiden melihat wajah Anya dan merasa semakin tidak suka dengan wajah itu. Wajah itu sangat mirip dengan Keara.     

Tetapi Anya masih sangat muda dan tidak melakukan kesalahan apa pun.     

Mengapa ia harus menyalahkan gadis ini hanya karena wajahnya mirip dengan Keara?     

"Jangan takut. Aku akan mengeluarkanmu dari sini," kata Aiden dengan suara lemah.     

"Ada apa denganmu?" Anya menyadari ada sesuatu yang salah dengan Aiden.     

"Aku kedinginan," Aiden terlihat tidak berdaya.     

Anya merasa panik dan mengulurkan tangan untuk menyentuh dahi Aiden. Ia menggunakan tangannya yang lain untuk menyentuh keningnya sendiri, "Kamu demam!     

"Dingin," tubuh Aiden gemetaran.     

Anya langsung mencari apa pun yang bisa menghangatkan Aiden. Pada akhirnya, ia hanya bisa menggunakan kardus untuk menyelimuti Aiden.     

Tetapi kardus itu masih belum cukup untuk menghangatkannya.     

Anya tidak tahu harus berbuat apa. Ia takut untuk berteriak dan meminta tolong pada para penculik yang berada di depan pintu. Tetapi ia tidak bisa membiarkan Aiden begitu saja …     

"Apakah ada orang di luar? Tolong, pria ini demam dan hampir mati. Tolong bantu dia!" Anya menggedor pintu untuk meminta tolong.     

"Diamlah! Aku sudah meminta uang tebusan dari Keluarga Atmajaya, tetapi tiga hari berlalu, mereka masih belum memberikannya. Kalau Keluarga Atmajaya tidak mengirimkan uangnya secepat mungkin, aku akan membunuh kalian!" teriak pria itu dari luar.     

Anya menangis mendengarnya. Keluarga Atmajaya tidak memberikan uang tebusan untuk Aiden dan ibunya tidak punya uang untuk menyelamatkan mereka.     

Mungkin mereka benar-benar akan mati di sana …     

Melihat Aiden gemetar karena kedinginan, Anya khawatir Aiden benar-benar akan mati. Semakin ia berusaha untuk memutar otak, Anya merasa semakin panik.     

"Semua ini salahku. Kamu terluka karena melindungiku," Anya melepaskan sweater yang ia kenakan dan ingin memakaikannya pada Aiden. Namun, tubuh Aiden terlalu besar dan bajunya terlalu kecil.     

Untuk menjaga Aiden tetap hangat, ia melilitkan sweater itu di leher Aiden.     

Anya berbaring di sampingnya dan memeluknya dengan erat, berusaha untuk menghangatkan Aiden dengan tubuhnya. Tetapi Aiden masih tetap gemetaran.     

Aiden terluka. Ia demam dan kedinginan. Mungkin lukanya terinfeksi.     

Gigi Aiden sampai gemeretakan dan bibirnya pucat. Ia bahkan sama sekali tidak bisa makan dan minum.     

Anya tidak mau Aiden mati.     

Kalau ada Aiden di sana, setidaknya ia tidak akan sendirian.     

Kalau Aiden mati, ia akan kehilangan harapan terakhirnya.     

Aiden mulai kehilangan kesadarannya. Tidak peduli seberapa keras Anya berteriak, Aiden tidak merespon sama sekali.     

"Aiden, kamu tidak boleh mati. Kamu sudah janji akan membantuku keluar dari sini. Kamu harus menepati janjimu," teriak Anya.     

Dari luar pintu, salah satu penjaga memukul pintu dengan keras dan berteriak. "Jangan berisik! Diamlah! Aku benar-benar akan membunuh kalian kalau kalian mengganggu tidurku!"     

Anya menggigit bibir bawahnya. Ia tidak berani berteriak lagi dan hanya bisa menangis dalam diam.     

Akhirnya ia mematikan lampu yang remang-remang di dalam ruangan itu dan melepaskan bajunya. ia melepaskan setiap kancing kemeja Aiden dan memeluknya dengan erat.     

Di malam yang gelap, kulit mereka saling bersentuhan, berusaha untuk menghangatkan satu sama lain.     

…     

Aiden terbangun keesokan paginya. Begitu membuka mata, ia melihat ruangan itu sangat gelap.     

Dari sela-sela pintu, ada cahaya samar yang terlihat, tetapi cahaya itu saja tidak cukup untuk melihat dalam kegelapan.     

Mengapa lampunya mati?     

Saat ia hendak bergerak, ia merasakan sesuatu yang lembut sedang berbaring di dadanya.     

Ia mengulurkan tangannya dan menyentuh pundak Anya yang mulus?     

Gadis ini tidak memakai baju?     

Setelah itu, Aiden merasa panik saat merasakan sesuatu melilit lehernya.     

Ia segera menyingkirkan tubuh Anya ke samping, bangkit berdiri dan berniat menyalakan lampu.     

"Jangan nyalakan lampunya!" teriak Anya dengan terkejut.     

Tetapi sayangnya, tangan Aiden sudah bergerak untuk memencet switch lampu.     

Dalam sekejap, ruangan itu menjadi terang.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.