Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Diamlah!



Diamlah!

Dengan persetujuan dari Bima, akhirnya operasi Aiden bisa segera dilangsungkan.     

Tidak peduli berapa besar uang yang harus ia keluarkan untuk biaya operasi ini, Bima hanya ingin putranya kembali. Ia mendatangkan dokter-dokter terbaik dari luar negeri secara khusus untuk menjalankan operasi ini, memastikan bahwa operasinya bisa berjalan dengan lancar.     

Berjam-jam ia habiskan menanti di depan kamar operasi, berharap setelah keluar dari ruangan yang dingin itu, Aiden akan membuka matanya dan kembali bersama dengan mereka.     

Namun, sayangnya harapan itu terlalu mahal untuk terwujud.     

Meski sudah mendatangkan dokter terbaik, menjalankan operasi di rumah sakit terbaik, menggunakan obat-obatan terbaik, nasib berkata lain.     

Kondisi Aiden masih sama seperti sebelumnya.     

Apalagi yang harus mereka lakukan untuk membangunkan Aiden dari tidurnya?     

Awan hitam seolah menyelimuti Keluarga Atmajaya saat putra mereka tidak sadar juga.     

Sementara itu, Keara sedang bersembunyi di luar negeri dan memulihkan dirinya setelah kakinya tertembak di kompetisi tersebut.     

Ia sengaja melarikan diri di saat-saat Keluarga Atmajaya sedang sibuk memikirkan kondisi Aiden dan Anya. Semua rencananya telah gagal dan Anya masih hidup. Malahan, pria yang dicintainya lah yang terluka hingga tidak sadarkan diri.     

Di dalam benak Keara, semua ini adalah kesalahan Anya. Suatu hari nanti, ia akan kembali untuk menghancurkan Anya     

Tetapi untuk sementara ini, ia harus bersembunyi terlebih dahulu hingga suasana jauh lebih tenang.     

Berkebalikan dengan Keara yang masih sempat untuk melarikan diri, nasib Natali tidak terlalu baik. Setelah kejadian penembakan itu, Natali kembali dikirimkan ke rumah sakit jiwa. Kondisi mentalnya yang semakin memburuk saat ia kembali lagi ke tempat di mana ia terkurung selama dua tahun.     

Di dalam rumah sakit jiwa, Natali mendengar berita bahwa Anya masih hidup. Sementara itu, ia tidak punya kesempatan untuk keluar dari rumah sakit jiwa lagi karena satu-satunya kesempatan yang ia miliki untuk menghirup udara bebas malah ia gunakan untuk mencelakakan orang lain.     

Akhirnya, Natali memutuskan untuk mengakhiri hidupnya dan bunuh diri. Ia tidak bisa hidup di dalam rumah sakit jiwa dengan merana sementara Anya baik-baik saja di luar sana.     

Sehingga akhirnya, ia menggunakan jalan pintas untuk menuju ke kebebasan.     

Deny menguburkan putrinya itu dengan cara yang sederhana. Acara pemakaman digelar secara tertutup sehingga tidak ada media yang bisa datang untuk meliput.     

Memang benar ia tidak bisa mendidik putrinya dengan baik. Memang benar ia telah gagal sebagai seorang ayah.     

Tetapi bagaimana pun juga, Natali adalah putrinya.     

Setidaknya, ia ingin mengantarkan putrinya ke tempat terakhirnya dengan tenang.     

Sekarang, ia sudah tidak memiliki putrinya lagi. Satu-satunya yang ia miliki adalah Anya.     

Anak yang telah ia sia-siakan dulu. Tetapi setelah ia mau menebus kesalahannya dan memperbaiki hubungannya dengan Anya, Deny baru mengetahui bahwa ternyata Anya bukan putrinya.     

Mungkin, semua ini adalah hukuman atas perbuatannya selama ini.     

Meski demikian, ia tetap berhubungan baik dengan Anya. Beberapa kali ia datang untuk mengunjungi Anya atau menanyakan kondisinya.     

Pernah sekali ia bertemu dengan Diana saat mengunjungi Anya.     

Pada saat itu, Diana memarahinya dan memaki-makinya habis-habisan karena Deny telah gagal sebagai orang tua dan terlalu memanjakan Natali. Deny begitu menyayangi putrinya sehingga berusaha menolongnya untuk keluar dari rumah sakit jiwa, tanpa memikirkan konsekuensi yang mungkin akan terjadi.     

Deny hanya bisa membantu Natali untuk keluar dari masalah, tanpa bisa mendidik Natali untuk menjadi orang yang lebih baik.     

Namun, sekarang nasi sudah menjadi bubur.     

Dengan marah dan memaki pun, mereka tidak bisa memutar balikkan waktu.     

Mereka hanya bisa berharap dan berdoa agar Aiden segera sadar.     

Mereka berharap keluarga mereka kembali berkumpul bersama …     

…     

Hari ini adalah minggu ke 12 dari kehamilan Anya. Ia sudah melewati masa-masa bahaya saat hamil muda. Setiap hari, kandungannya semakin kuat dan janinnya tumbuh dengan sehat.     

Namun entah mengapa hari itu, Anya merasa tidak enak badan. Sejak bangun, ia merasa mual parah. Ia bahkan tidak bisa menelan sarapannya. Badannya sedikit hangat dan kepalanya terasa sedikit pusing.     

Ia meminta Tara untuk memeriksa kondisinya dan Tara menyarankan agar ia menginap di rumah sakit untuk berjaga-jaga.     

Akhirnya, ia memutuskan untuk mengikuti saran Tara.     

Namun sebelum itu, seperti biasa ia menyempatkan diri untuk mengunjungi Aiden terlebih dahulu. Tidak seperti biasanya, hari ini Anya tidak punya tenaga untuk mengobrol dengan Aiden.     

Ia merasa sangat lemas sehingga saat berada di dalam kamar Aiden, ia hanya bisa menyandarkan kepalanya di samping tempat tidur sambil memejamkan matanya.     

Meski ia tidak bisa banyak berbicara hari ini, setidaknya ia ingin merasakan kehangatan suaminya.     

Ia menggunakan tangan Aiden yang besar untuk menopang sisi kepalanya, seperti ingin merasakan tangan besar itu kembali memeluknya.     

Di saat-saat seperti ini lah Anya sangat merindukan Aiden.     

Di saat-saat ia merasa tidak berdaya. Di saat-saat ia merasa sangat lemah.     

Di saat seperti itu, Aiden akan selalu ada untuk mendukungnya. Aiden akan selalu berada di sisinya …     

Anya terus berada di posisi itu sekitar satu jam lebih dan merasa tubuhnya terasa kaku. Meski sudah minum obat, badannya masih tetap hangat dan tubuhnya masih lemas. Akhirnya, ia memutuskan untuk segera kembali ke kamarnya.     

Setelah Anya kembali ke kamarnya, Nico dan Harris datang untuk menemani Aiden. Sementara itu, Maria dan Nadine mengunjungi Anya terlebih dahulu untuk memastikan kondisi Anya baik-baik saja.     

Mereka mengobrol sebentar hingga Anya merasa lelah dan mengantuk. Setelah Anya sudah tertidur, Maria dan Nadine memutuskan untuk meninggalkan kamar Anya, membiarkan Anya untuk beristirahat tanpa ada gangguan.     

Setelah itu, mereka memutuskan untuk menyusul Nico dan Harris menuju ke kamar Aiden.     

Setiap hari, selalu ada orang yang datang untuk menemani Aiden.     

Kalau Nico datang, ia akan mengeluh mengenai masalah kantor terhadap Aiden. Ia selalu mengatakan bahwa ia lelah bekerja dan ingin pergi berlibur. Namun, demi pamannya itu, ia rela bekerja banting tulang agar Atmajaya Group tidak bangkrut. Tanpa adanya Aiden, ia tidak bisa liburan dengan tenang.     

Kalau Nadine datang, ia akan menceritakan mengenai kondisi Iris dan juga perkembangan kehamilan Anya. Setiap hari, Nadine menghabiskan waktu untuk bekerja dengan keras. Karena Anya sedang hamil dan tidak bisa bekerja, Nadine merasa lebih bertanggung jawab terhadap Iris. Demi paman dan bibinya, ia ingin Iris semakin maju. Di saat libur, ia akan selalu menemani Anya agar bibinya itu tidak merasa kesepian.     

Kalau Maria datang, ia akan menceritakan berbagai hal mengenai masa kecil Aiden dan Nico, seakan ingin mengajak Aiden untuk bernostalgia. Ia juga menceritakan bahwa ia sesekali akan datang ke rumah Aiden dan memasak untuk Anya. Ia ingin ikut menjaga kondisi dan kesehatan Anya, untuk menebus apa yang pernah ia perbuat dulu.     

Kalau Bima atau Ivan datang, mereka akan duduk dengan canggung tanpa mengatakan apa pun. Mereka duduk berjam-jam, sambil membaca koran atau menonton televisi. Walaupun sebenarnya mereka memiliki setumpuk pekerjaan lain yang harus diselesaikan, mereka rela duduk berjam-jam di sana untuk menemani Aiden.     

Harris pun turut datang untuk mengunjungi Aiden.     

Setiap hari, setelah pulang jam kerja, ia akan menyisihkan waktunya untuk duduk di samping tempat tidur Aiden dengan buku catatan yang terbuka di tangannya. Setelah itu, ia akan mulai membacakan semua laporan mengenai Atmajaya Group di samping Aiden.     

Tidak peduli apakah Aiden mendengarnya atau tidak, ia terus melaporkan semuanya seperti sebuah kereta api yang melaju dengan cepat. Tidak ada satu orang pun yang bisa menghentikannya.     

"Harris, diamlah. Kepalaku sakit," tiba-tiba saja, kata-kata itu terucap dari bibir Aiden yang selama ini tidak pernah bergerak.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.