Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Tidak Laku



Tidak Laku

"Aku tidak tahu sejak kapan kamu mulai memasuki pikiranku, siang dan malam. Anya, aku bersedia hidup selamanya bersamamu dan mati di sampingmu. Hari itu, di saat kamu menyelamatkanku, aku bersumpah akan memberikan seluruh hidupku untuk membahagiakanmu."     

Ketika mendengar hal ini, Anya meneteskan air matanya.     

Ia pernah menceritakan kepada Aiden saat Aiden sedang koma bahwa ia sudah mengingat kembali masa lalu mereka. Ia ingat saat diculik bersama dengan Aiden.     

Ia ingat bagaimana Aiden melindunginya dari orang-orang itu. Bersedia untuk menerima semua pukulan dan tendangan dari orang-orang itu hanya untuk melindungi Anya.     

Ia ingat saat ia menyelamatkan Aiden, menghangatkan Aiden dengan tubuhnya.     

Ia ingat saat Aiden mengeluarkannya dari ruangan itu dan berusaha untuk menyelamatkannya.     

Setelah Aiden bangun, Anya tidak pernah membahas masalah ini lagi. Ia sendiri juga masih ragu apakah itu hanyalah mimpi atau benar-benar terjadi.     

Tetapi kata-kata Aiden membuat ia semakin yakin bahwa mereka memang pernah dipertemukan dulunya.     

Dan takdir mempertemukan mereka kembali sekarang …     

"Takdir selalu membawa kita bersama. Mungkin kamu adalah tulang rusukku, wanita yang ditakdirkan untukku. Aku berani melawan seluruh dunia hanya untuk bisa bersamamu. Aku ingin menghabiskan sisa hidupku bersama denganmu, menjagamu dan mencintaimu. Sampai di ujung usiaku, aku ingin menghabiskannya sambil menggenggam tanganmu. Maukah kamu menjalani hidup ini bersama denganku?" tanya Aiden dengan tulus.     

Sebelumnya, ia bilang pada Harris bahwa ia terlalu malu untuk melamar Anya. Ia tidak bisa merangkai kata-kata untuk melamar Anya, seperti Nico melamar Tara.     

Tetapi saat berlutut di hadapan Anya, semua kalimat itu keluar secara alami dari mulutnya. Kalimat itu datang tulus dari hatinya yang terdalam.     

Mungkin memang benar kata Harris, semuanya akan berjalan dengan lancar selama ia mempercayai hatinya.     

Diana yang ikut menyaksikan semua itu merasa terharu. "Anya, bukankah kamu pernah bertanya pada ibu saat ibu baru bangun dari koma, apa yang Aiden katakan pada ibu sehingga ibu mau menerimanya? Aiden menceritakan kejadian penculikan kalian. Seorang pria yang bersedia melakukan apa pun untuk melindungi wanita yang dicintainya. Sebagai seorang ibu, tidak ada yang perlu ibu ragukan lagi mengenai cinta Aiden kepadamu," kata Diana.     

Setelah itu, suara musik terdengar. Lagu Shane Filan yang berjudul Beautiful in White bersenandung, dimulai dengan denting piano yang merdu.     

"So as long as I live I love you, will have and hold you. You look so beautiful in white. And from now til' my very last breath, this day I'll cherish. You look so beautiful in white. Tonight …" untuk pertama kalinya Anya mendengar suara Aiden saat bernyanyi.     

Anya bisa mendengar kekakuan dalam suaranya, terlihat jelas bahwa ia tidak terbiasa bernyanyi seperti ini. Tetapi suara Aiden terdengar merdu dan hangat di telinganya, seperti secangkir cokelat hangat di saat hujan.     

"What we have is timeless, my love is endless. And with this ring I say to the world. You're my every reason, you're all that I believe in. with all my heart I mean every word. So as long as I live I love you, will have and hold you. You look so beautiful in white. And from now til' my very last breath, this day I'll cherish. You look so beautiful in white. Tonight …" setelah selesai menyanyikannya, Aiden memandang Anya sambil tersenyum. "Anya, menikahlah denganku!"     

Anya tidak bisa berkata apa-apa lagi. Ia menerima bunga dari Aiden dan mengulurkan tangannya.     

Aiden langsung menyambut uluran tangan itu dan memasangkan cincin berlian tersebut di jarinya. Kemudian, ia bangkit berdiri dari tanah.     

Anya merasa lamaran Nico pada Tara berkesan dengan caranya sendiri. Lamaran itu terasa lucu dengan adanya syarat-syarat yang diberikan oleh Tara. Sementara itu, lamaran Aiden lebih romantis. Aden bahkan berlutut dan bernyanyi untuknya.     

Sebenarnya, lamaran bukanlah sesuatu yang sangat penting bagi Anya.     

Tetapi Anya hanya tidak ingin Aiden merasa bahwa ia bisa mendapatkan Anya dengan mudah, tanpa perlu susah payah mengejar dan melamarnya seperti pria-pria lain.     

Ia khawatir suatu hari nanti, Aiden tidak menghargainya lagi.     

Ia ingin Aiden merasakan proses yang rumit untuk mendapatkan hati seorang wanita. Dari mulai perkenalan, pendekatan dan melamar secara resmi. Dengan begitu, ia akan juga belajar untuk menghargai.     

Lamaran ini hanyalah keinginan kecilnya sebagai seorang wanita, keinginan untuk dihargai oleh pria yang dicintainya.     

Anya benar-benar tersentuh dengan lamaran Aiden. Tanpa lamaran ini pun, Anya tahu betapa Aiden mencintainya.     

Rasa cinta yang luar biasa dari Aiden membuat Anya tidak bisa berhenti menangis.     

Aiden menggendongnya sambil tersenyum dan kemudian mengecup air mata yang mengalir di wajah Anya, seperti sedang menghibur anak kecil yang merajuk. "Apakah kamu senang atau sedih? Mengapa kamu menangis seperti ini?"     

Anya mengulurkan tangannya dan memeluk Aiden dengan erat, "Bisakah kamu menyanyi lagi untukku?"     

Diana dan Hana yang berada di samping juga ikut tersenyum lebar melihat kebahagiaan pasangan ini, sama halnya dengan Nadine.     

"Aku sangat terharu. Aku mau menangis, tetapi aku takut make-up ku luntur. Nanti aku jadi jelek," Nadine mengibas-ngibaskan tangannya ke arah wajah, berusaha untuk mengipasi wajahnya dan menarik napas dalam-dalam untuk menahan air matanya.     

"Tidak mungkin. Meski make-up mu luntur sekalipun, kamu masih tetap cantik," Harris melangkah maju dan merangkul pundak Nadine.     

Nadine menyandarkan kepalanya di bahu Harris dan membiarkan air matanya mengalir. Tangannya berusaha untuk menghapus air mata itu, tetapi sayangnya eyeliner di mata Nadine sudah luntur. Mungkin kalau ada cermin di hadapannya, ia akan berteriak dengan sangat kencang.     

"Apakah menurutmu aku masih cantik?" tanya Nadine dengan sengaja sambil memandang ke arah Harris.     

"Cantik," Harris menundukkan kepalanya dan mencuri ciuman dari bibir Nadine saat semua orang tidak ada yang melihatnya. "Ayo kita beres-beres, lalu pulang."     

Diana pulang terlebih dahulu untuk beristirahat dan Hana langsung membantu untuk beres-beres. Sambil mengatur para pelayan untuk membereskan taman, ia berkata pada Nadine dan Harris, "Kalian berdua pasti juga lelah. Cepat pulanglah dan beristirahat. Biar aku yang mengurusnya."     

"Tidak apa-apa. Kalau dikerjakan bersama-sama, semuanya akan selesai lebih cepat," kata Nadine sambil terus menggerakkan tangannya dengan gesit.     

Hana sangat menyukai Nadine. Walaupun ia putri keluarga Atmajaya, ia sama sekali tidak angkuh dan tidak menganggap keluarga Harris sebagai keluarga rendahan.     

Tetapi dalam hati, sebenarnya Hana khawatir Keluarga Atmajaya tidak akan bisa menerima putranya.     

Bagaimana pun juga, Nadine adalah anggota Keluarga Atmajaya.     

Sejak kecil, Maria lah yang mendidiknya, agar Nadine menjadi wanita yang elegan dan berkelas. Suatu hari nanti, ia akan menikah dengan keluarga kaya dan menjadi wanita sosialita.     

Nadine dan Harris terlihat sangat serasi saat berdiri berdampingan, tetapi sayangnya identitas mereka tidak sebanding.     

Ini pertama kalinya Hana teringat akan pria yang tidak berhati, ayah Harris. Kalau Keluarga Atmajaya tidak setuju dengan hubungan antara Nadine dan Harris, apakah ia harus menemui ayah Harris?     

Demi kebahagiaan putranya, meski ia harus menemui pria yang dibencinya, Hana bersedia …     

"Ibu, apa yang kamu pikirkan? Aku memanggilmu berulang kali," Harris menepuk pundak ibunya dengan lembut. "Sudah larut. Aku dan Nadine akan pulang dulu. Ibu juga beristirahatlah."     

"Kalian hati-hati di jalan," Hana tersenyum ke arah mereka.     

"Selamat malam, Bu Hana!" Nadine melambaikan tangannya sambil tersenyum dan kemudian pergi dengan tangan yang bergandengan dengan Harris.     

Rumah Harris tidak jauh dari rumah Aiden sehingga mereka pulang dengan jalan kaki sambil bergandengan.     

Selama perjalanan pulang, Nadine bercerita pada Harris dengan kesal, "Harris, jangan bilang pada bibiku. Hari ini Iris mengeluarkan produk baru, yaitu parfum yang bibi buat saat kompetisi. Tetapi Keara juga mengeluarkan parfumnya dengan harga sepertiga dari harga parfum kita. Semua pengunjung lebih memilih untuk membeli parfum dari merak."     

"Keara memenangkan juara dua dalam kompetisi itu. Kamu tidak bisa menyalahkannya. Ini adalah strategi marketing," kata Harris dengan tenang.     

"Tetapi mereka tidak seharusnya melakukan itu. Mereka membuat parfum yang mirip dengan parfum bibi dan sengaja menurunkan harganya. Hari ini penjualan Iris sangat buruk. Kalau bibi tahu parfumnya tidak laku, ia pasti akan kecewa," kata Nadine dengan sama kecewanya.     

"Jangan khawatir. Nyonya bukanlah seseorang yang akan menyerah hanya karena masalah sekecil ini. Ia juga memiliki berbagai pengalaman sulit selama perjalanan karirnya. Ia akan menemukan jalan keluarganya," kemudian, Harris menoleh ke arah Nadine, "Apakah Keara sudah kembali ke Indonesia?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.