Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Menendang



Menendang

"Apakah Keara sudah kembali ke Indonesia?" tanya Harris.     

"Aku tidak melihatnya di Keara's Parfume. Ia tidak mungkin berani pulang ke Indonesia, kan? Pamanku terluka parah dan ia juga hampir saja mencelakai bibi. Hal pertama yang pamanku lakukan setelah keluar dari rumah sakit adalah mencarinya. Aku rasa keluarga Pratama yang membantunya untuk bersembunyi," kata Nadine. "Paman Galih bilang akan memutus hubungannya dengan Keara, tetapi ia hanya berpura-pura."     

"Tidak peduli seberapapun marahnya seorang ayah, ia tidak akan bisa menelantarkan anaknya begitu saja," Harris menghela napas panjang.     

"Tetapi kali ini, Keaera sudah keterlaluan. Ia bahkan berniat untuk membunuh bibi. Ia benar-benar wanita yang kejam," kata Nadine dengan marah.     

"Natali sudah mati. Kematiannya membuat kita tidak bisa menemukan jejak perbuatan Keara. Ditambah lagi, Keara sudah mengandung selama enam bulan. Kalau tidak ada apa pun yang terjadi, ia akan segera melahirkan anak itu. Ini akan menyulitkan Tuan," kening Harris terlihat berkerut. "Hal yang harus kita lakukan saat ini adalah menemukannya secepat mungkin."     

"Sudah terlambat untuk mencarinya sekarang. Ia tidak akan pernah mau menggugurkan anaknya. Apakah anak di dalam kandungan itu benar-benar anak pamanku?" tanya Nadine dengan penasaran.     

"Kita akan tahu setelah anak itu lahir. Tetapi melihat sikap Tuan saat ini, seharusnya semuanya baik-baik saja," kalau Aiden tidak panik, Harris juga tidak akan takut. Sepertinya Aiden sudah memiliki cara untuk mengatasinya.     

"Hari ini sungguh melelahkan. Untung saja hasilnya sangat memuaskan. Sekarang aku benar-benar lelah!" kata Nadine sambil menyandarkan kepalanya di pundak Harris.     

"Biar aku menggendongmu," Harris berjongkok di hadapan Nadine.     

Nadine terlihat ragu sejenak, tetapi pada akhirnya ia naik ke punggung Harris.     

Punggung Harris yang lebar membuat Nadine merasa aman. Ia menyandarkan kepalanya dan merasakan tubuhnya bergoyang-goyang setiap kali Harris melangkah maju. "Kapan kamu akan melamarku di hadapan keluargaku?"     

"Apakah kamu sudah tidak sabar menikah denganku?" tanya Harris sambil tersenyum.     

"Aku tidak terburu-buru," Nadine memeluk leher Harris dari belakang. "Kita bisa bertunangan dulu."     

"Mengapa kamu tiba-tiba ingin bertunangan? Apakah ada sesuatu yang terjadi?" saat mendengar Nadine yang mendesaknya, Harris merasakan ada sesuatu yang salah.     

"Sebenarnya, ada seorang rekan kerja kakek yang datang dan ingin menjodohkan anaknya dengan aku, tetapi kakek masih ragu. Kalau kamu tidak bergegas, mungkin kakek akan menjodohkanku dengan seseorang," kata Nadine dengan suara pelan.     

"Aku akan berbicara pada Tuan Bima besok," kata Harris dengan panik.     

Harris tahu bahwa Bima tidak akan mengijinkannya untuk menjadi pasangan Nadine. Ditambah lagi, Nico juga tidak menyetujui hubungan mereka.     

Tetapi Aiden sudah berjanji padanya. Selama Nadine bisa kembali dengan selamat, Aiden akan membantu untuk menjodohkan mereka berdua. Tentu saja kalau Nadine juga menyukai Harris.     

Aiden sama sekali tidak memedulikan latar belakang keluarga. Ia tidak peduli apakah Harris memiliki latar belakang keluarga yang bagus atau berapa banyak uang yang dimilikinya. Apa yang ia inginkan hanyalah ketulusan Harris pada Nadine.     

"Bagaimana kalau menggunakan anak untuk memaksa kakek menerima hubungan kita?" kata Nadine dengan tiba-tiba.     

Nadine menyarankan mereka untuk bercinta sebelum menikah dan hamil terlebih dahulu agar tidak ada yang bisa menghalangi hubungan mereka. Tetapi bukan itu yang Harris inginkan.     

Harris tertawa. "Nadine, jangan suruh aku melakukan kejahatan seperti itu."     

"Apakah kamu tidak berani?" gumam Nadine.     

"Aku bisa melakukannya, tetapi aku tidak mau. Aku ingin mendapatkan persetujuan dari keluargamu secara tulus, bukan dengan cara memaksa seperti itu," kata Harris dengan lembut.     

Nadine tersenyum mendengarnya. "Pokoknya, aku mau menikah denganmu. Besok aku akan meminta bantuan dari paman."     

"Baiklah," jawab Harris.     

Aiden masih belum tahu bahwa ada seseorang yang datang ke rumah Keluarga Atmajaya, ingin dijodohkan dengan Nadine karena hari ini, ia terlalu sibuk dengan urusannya sendiri.     

Hari ini adalah hari yang istimewa untuknya.     

Anya sedang duduk di atas tempat tidur sambil memandangi cincin di tangannya. Ia pernah melihat cincin itu di majalah saat sedang membantu Nico untuk memilih cincin Tara.     

Tidak tahu bagaimana Aiden bisa tahu kalau Anya menyukai cincin itu.     

Yang ia tahu, cincin itu sudah berada di tangannya dengan ukuran yang sangat pas.     

Aiden baru saja selesai mandi dan kembali ke kamarnya saat ia melihat Anya masih memandangi cincin itu. Ia tertawa kecil melihatnya. "Apakah kamu menyukainya?"     

"Bagaimana kamu bisa tahu aku menyukai cincin ini?" tanya Anya sambil tersenyum.     

"Saat kita membantu Nico untuk memilih cincin, aku melihat kamu terus memandang cincin ini. jadi aku membelinya."     

Wajah Anya langsung memerah. "Apakah terlihat jelas?"     

"Kamu melihat cincin itu dan kemudian melihat tanganmu. Aku tahu kamu menginginkannya," Aiden tertawa saat mengatakannya. "Lain kali, katakan padaku apa yang kamu sukai. Biar aku membelikannya untukmu."     

"Tetapi cincin ini edisi terbatas. Tidak mudah untuk mendapatkannya. Dan cincin ini juga mahal," walaupun Anya sangat menyukai cincin ini, ia masih lebih menyukai uang.     

"Suamimu ini tidak kekurangan uang," Aiden mengelus kepala Anya dan berkata dengan penuh sayang.     

"Aiden, mengapa kamu bisa sesempurna ini?" Anya memeluk pinggang Aiden dan menengadah sambil memandang wajah suaminya. "Kamu tampan, kaya, bisa bernyanyi dan sangat mencintaiku. Aku benar-benar beruntung bisa mendapatkanmu," Anya menyeringai lebar.     

"Aku yang lebih beruntung. Aku bisa mendapatkanmu dan juga anak kita," tangan besar Aiden mendarat di perut Anya. Bayi di dalam kandungan Anya bergerak, seolah bisa merasakan sentuhan hangat dari ayahnya.     

"Oh, bayinya menendang!" Anya tertawa dan menyentuh perutnya. "Jangan bertengkar. Ini waktunya kalian tidur."     

Sepertinya, dua bayi di dalam kandungan Anya sedang mencari posisi yang nyaman. Sentuhan Anya yang lembut membuat mereka kembali tertidur.     

Aiden membuka selimut dan menyelimuti tubuh Anya sebelum ia berbaring di samping istrinya. Anya langsung mendekat ke arah Aiden, merasa sangat bahagia.     

"Anya, kapan pertama kali kamu melihatku?" tanya Aiden secara tiba-tiba.     

Anya tertawa mendengarnya. "Apakah kamu mengujiku? Aku ingat pertama kali bertemu denganmu saat kita diculik," jawab Anya dengan lembut, "Sebenarnya, aku ingin bertanya padamu. Apa pendapatmu saat pertama kali melihatku?"     

"Aku tidak menyukaimu?" jawab Aiden dengan jujur.     

Anya langsung bangkit berdiri dari tempat tidur. "Mengapa? Kamu tidak menyukaiku saat melihatku?"     

"Wajahmu mirip dengan Keara. Jadi aku tidak menyukainya," apa yang Aiden katakan ini benar-benar jujur dari hatinya. Ia dan Anya sudah mempercayai satu sama lain sehingga tidak ada yang perlu ia tutupi.     

Anya mengingat situasinya pada saat itu. Aiden pingsan saat di bawa ke gudang tersebut. Saat melihat wajahnya, Aiden langsung bersikap dingin padanya.     

Tetapi hari itu, Anya telah menyelamatkannya. Itu sebabnya, Aiden membalas budi dan membantu Anya untuk melarikan diri.     

Kehangatan tubuh Anya saat memeluk tubuhnya yang kedinginan telah membuatnya berubah.     

Wanita itu tidak sama dengan Keara, meski wajah mereka mirip.     

Pada saat itu, dengan kemampuan Aiden, sebenarnya ia sangat mampu untuk memanjat ke luar jendela itu dan melarikan diri.     

Tetapi ia memutuskan untuk membantu Anya keluar dulu. Ia tidak tega meninggalkan Anya di sana sendirian, meski ia harus kehilangan nyawanya.     

Saat itu, Anya merasa cara bicara Aiden padanya saat kasar, tetapi sebenarnya pria itu sangat baik. Meski saat itu mereka tidak memiliki hubungan, Aiden masih memilih untuk menyelamatkannya terlebih dahulu.     

"Aiden, kamu bilang bahwa kita pernah bertemu, tetapi aku sama sekali tidak ingat. Selama ini, aku pikir kamu menganggapku sebagai pengganti seseorang. Tetapi ternyata kita pernah bertemu. Saat kamu demam tinggi dan kedinginan, apakah kamu merasakan kehangatan dariku?" tanya Anya dengan sengaja, menggoda Aiden.     

"Hmm …" jawab Aiden dengan singkat.     

Ia tidak bisa memberitahu Anya bahwa pada saat itu, Aiden tidak hanya merasakan kehangatan Anya, tetapi juga merasakan kelembutan Anya dan aromanya yang wangi sehingga membuatnya bereaksi.     

Saat menyadari bahwa tubuh telanjang Anya menghangatkannya, ia ingin menghindar tetapi ia seperti tidak memiliki kekuatan. Seluruh tubuhnya seperti sedang terbakar.     

Kalau bukan karena situasi mereka yang sedang diculik di gudang kosong, mungkin Aiden sudah tergoda!     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.