Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Memahami Perasaannya



Memahami Perasaannya

"Aku juga tidak tahu apa yang terjadi. Tidak ada yang salah dengan formulanya. Aku juga menggunakan bahan-bahan terbaik," kata Keara dengan tampang polos.     

Ia menunjukkan wajah tidak bersalahnya, namun mengisyaratkan sesuatu di balik kepolosannya itu.     

"Apa maksudmu ada seseorang yang sengaja menyabotase?" Galih juga seorang pebisnis dan seringkali bersaing dengan orang-orang lain. Ada juga beberapa orang yang menggunakan cara kotor untuk bisa menyainginya.     

"Keara's Perfume semakin hari semakin terkenal. Penjualan toko kami juga sangat baik. Mungkin ada beberapa orang yang cemburu dan berniat untuk menjatuhkanku," kata Keara, diam-diam memberi petunjuk pada Galih.     

Galih langsung bisa menebak apa yang putrinya ingin katakan.     

Di mall Atmajaya Group, terdapat tiga toko parfum yang berjarak cukup dekat. Saat ini Imel sedang berada di dalam penjara. Bukan saat yang tepat bagi Amore untuk berselisih dengan Keara's Perfume. Itu artinya, hanya Iris yang tersisa.     

Aiden sedang terluka dan bahkan sempat koma setelah kejadian penembakan itu.     

Keluarga Atmajaya tidak akan membiarkan Keara begitu saja, terutama karena Aiden mencurigai bahwa Keara lah yang menghasut Natali untuk membunuh Anya.     

Galih merasa, ini adalah cara Aiden agar Keara keluar dari persembunyiannya. Ini adalah cara Aiden untuk melampiaskan sedikit kekesalannya atas apa yang terjadi pada keluarganya.     

"Kalau Aiden yang melakukan semua ini, ayah akan membantumu untuk mengembalikan reputasi Keara's Perfume. Bagaimana pun juga, Keara's Perfume adalah kerja kerasmu. Keara's Perfume sudah berdiri sejak dua tahun lalu dan terus berkembang. Keara's Perfume tidak akan hancur karena masala kecil seperti ini," selain seorang ayah, Galih juga seorang pebisnis yang hebat.     

"Ayah harus membantuku. Aku akan mendengarkan semua perintah ayah," kata Keara sambil meneteskan air mata.     

Galih hanya mendengus dan mengabaikan tangisan putrinya. Sulit bagi Galih untuk mempercayai putrinya lagi.     

"Bagaimana keadaan ibu sekarang? Aku dengar kondisi ibu tidak baik," kata Keara, terlihat cemas dan khawatir.     

"Buat apa kamu menanyakannya? Kamu bahkan tidak peduli ia hidup atau mati," kata Galih dengan dingin.     

"Aku tahu tidak seharusnya aku pergi, Ayah. Tidak seharusnya aku memiliki anak ini. Aku sudah menghubungi rumah sakit dan akan segera melakukan operasi caesar. Aku tidak bisa membuat ibu menunggu lebih lama. Aku akan mendonorkan liverku pada ibu," kata Keara dengan serius.     

Galih langsung menoleh dan menatap putrinya dengan terkejut. "Benarkah?"     

"Aku sudah menghubungi rumah sakit. Hingga jadwalnya tiba, aku akan menjaga kesehatanku agar aku dan bayinya baik-baik saja."     

Melihat wajah putrinya, Galih merasa bahwa Keara tidak sedang berbohong. "Kamu mau melahirkan anakmu secara prematur? Melahirkan bayi prematur tidak mudah. Kondisi ibumu saat ini masih stabil. Tidak usah khawatir."     

"Aku tidak mau menunda lebih lama," Keara bersikeras.     

"Keara, kamu sudah tahu bahwa Aiden dan Anya telah menikah. Kamu juga tahu sekarang Anya sedang mengandung. Aiden tidak akan mau mengakui anak ini dan tidak akan pernah menerimamu. Mengapa kamu masih mau melahirkan anak ini?"     

Keara berpikir sejenak dan kemudian berkata, "Aku hanya menginginkan anaknya. Setidaknya, kalau aku tidak bisa bersama dengan Aiden, aku bisa memiliki anaknya."     

"Kamu tahu dengan anak ini, mungkin kamu tidak akan bisa menikah suatu hari nanti," Galih menghela napas panjang.     

"Ayah, aku tidak ingin menikah. Kalau bukan Aiden, aku tidak akan pernah menikah. Aku akan tinggal berdua dengan anak ini," Keara tidak memberitahu Galih yang sebenarnya ia pikirkan.     

Kondisi kesehatan Anya tidak baik dan sekarang ia sedang mengandung anak kembar.     

Keara punya seribu satu cara untuk membuat Anya keguguran. Dengan begitu, anaknya akan menjadi anak Aiden satu-satunya.     

Keara bilang ia menyerah terhadap Aiden, tetapi sebenarnya hatinya masih belum menyerah. Ia masih ingin berjuang. Ia masih ingin mendapatkan Aiden.     

Ia tidak akan pernah menyerah.     

Kalau Anya keguguran sebelum Keara melahirkan anaknya, donor liver itu akan menjadi tanggung jawab Anya, putri kandung Indah.     

Sekarang, ia hanya perlu kembali ke Keluarga Pratama untuk melahirkan anaknya dengan selamat. Itu sebabnya ia mengatakan pada ayahnya bahwa berniat untuk mendonorkan livernya. Dengan cara itu, Galih akan berusaha sekuat tenaga untuk membantunya.     

…     

Sejak kembali ke rumahnya, Anya terlihat sedih dan kecewa.     

Di malam Hari, Aiden sedang sibuk, Nico juga sedang menemani klien. Di saat yang bersamaan, Harris juga tidak bisa pulang dari kantor lebih cepat.     

Aiden menelepon Tara dan memintanya datang untuk menemani Anya. Nadine juga segera datang ke rumah Aiden setelah pulang dari Iris.     

Sebelum pergi ke rumah Aiden, Nadine sempat mampir ke rumah Diana terlebih dahulu dan membawakan titipan Diana. Diana menitipkan buah labu yang ia tanam sendiri.     

"Bibi, besok kita bisa membuat pie labu!" sebelum batang hidungnya kelihatan, suara Nadine sudah terdengar terlebih dahulu.     

Anya menatap ke arah Tara sambil tersenyum. "Bukankah Nadine mirip dengan Nico?"     

Tara juga tertawa. "Benar. Sebelum orangnya kelihatan suaranya sudah terdengar lebih dulu."     

Anya mengangguk. "Memang benar mereka kakak beradik."     

Nadine yang sedang membawa labu besar muncul di depan pintu. Hana menyambutnya dan menerima labu tersebut dari tangan Nadine. "Labunya sangat bagus."     

"Benar, ini labu pertama yang matang tahun ini," kata Nadine dengan senang.     

"Nadine, kamu sudah seperti pemilik kebun itu. Kamu bahkan tahu labu mana yang pertama matang," goda Tara.     

"Saat aku libur, aku sering membantu di taman. Aku tahu semua sayur, buah-buahan dan bunga yang ada di dalam taman," jawab Nadine dengan bangga.     

Mereka berkumpul di ruang keluarga, duduk di sofa sambil menonton TV. Hana juga sudah menyiapkan berbagai camilan untuk mereka.     

"Anya, sudah lama kamu tidak memberitahuku mengenai pencarian orang tuamu. Apakah kamu sudah berhenti mencari mereka?" tanya Tara.     

Nadine melirik ke arah Anya saat mendengar pertanyaan itu. Ia terlihat sangat canggung, seperti ini segera pergi dari tempat itu.     

"Apakah kamu sudah tahu sejak lama?" tanya Anya padanya.     

Nadine menggelengkan kepalanya. "Aku tidak tahu apa-apa. Jangan tanya padaku bibi."     

"Harris pasti sudah memberitahu semuanya padamu," Anya memandang Nadine sambil tersenyum. "Ceritakan saja pada Tara. Pamanmu sudah memberitahuku semuanya. Tadi, aku pergi melihat Paman Galih dan Keara."     

Nadine merasa kebingungan saat mendengar cara Anya memanggil Galih. Apakah benar Anya sudah tahu bahwa Keluarga Pratama adalah keluarganya? "Bibi, apakah kamu sudah tahu siapa mereka?"     

"Keluarga Pratama sudah memiliki putri mereka sendiri. Aku juga punya keluarga sendiri. Aku tidak berniat untuk kembali dan mendonorkan liverku," Anya mengaduk sop ayam di tangannya. "Semua kasih sayang mereka berikan pada Keara. Bukankah sudah seharusnya Keara yang membantunya?"     

"Paman takut bibi kasihan pada mereka. Itu sebabnya aku menyembunyikan semuanya dari bibi. Jangan salahkan paman," Nadine langsung membela Aiden.     

"Aku tidak suka Aiden menyembunyikan sesuatu dariku, tetapi aku tidak menyalahkannya. Ia melakukan semua ini demi aku, khawatir aku akan membuat keputusan yang salah dan malah akan menyakiti diriku sendiri. Sekarang aku sedikit memahami perasaan Jenny. Karena sama seperti dia, aku tidak merasakan apa pun terhadap Keluarga Pratama," kata Anya dengan suara pelan.     

Tara memandangnya dengan shock. "Jadi, Keara benar-benar saudaramu? Kamu adalah anak Bibi Indah yang hilang? Apakah itu artinya sekarang Aiden sedang menghamili kalian berdua, kakak beradik? Aku benar-benar akan membunuhnya …"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.