Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Mengundurkan Diri



Mengundurkan Diri

"Jadi, Keara benar-benar saudaramu? Kamu adalah anak Bibi Indah yang hilang? Apakah itu artinya sekarang Aiden sedang menghamili kalian berdua, kakak beradik? Aku benar-benar akan membunuhnya …" Tara benar-benar terkejut mendengar siapa orang tua kandung Anya sebenarnya.     

Anya tertawa melihat Tara yang marah. Jarang-jarang ia melihat Tara berani melawan Aiden seperti ini.     

Tetapi demi kebahagiaan sahabatnya, Tara tidak keberatan kalau harus melawan seseorang yang menyeramkan seperti Aiden sekali pun.     

"Mengapa kamu menyalahkan Aiden? Keara sendiri yang melakukan inseminasi buatan tanpa seijin Aiden," kata Anya.     

"Tetap saja ini salah Aiden. Meski ia tidak melakukan apa pun, bukan berarti ia tidak bersalah," Tara mengeluh.     

"Kak, apakah pamanku bersalah karena terlalu tampan?" Nadine juga ikut tertawa melihat Tara yang terus mengomel.     

"Bukan salah Aiden kalau wajahnya yang terlalu tampan. Tetapi ia bersalah karena menggunakan ketampanannya hingga membuat seorang wanita gila ingin mengandung anaknya, dengan cara apa pun. Sekarang semuanya sudah terlambat. Aiden juga bersalah dalam hal ini," kata Tara, menyalahkan Aiden secara langsung.     

Mendengar kata-kata Tara, Anya merasa ada benarnya juga. Aiden juga bersalah karena terkadang ia masih terlihat seperti memberi harapan pada Keara, terutama saat ia sedang memanfaatkannya. Mungkin benar Aiden hanya memanfaatkan Keara, tetapi Keara bisa saja berpikir yang lain.     

Bisa saja Keara berharap dengan tarik-ulur dari Aiden.     

Aiden tidak mengakhiri hubungannya dengan benar dan membuat Keara terus berharap padanya seperti ini. "Benar juga katamu. Ini salah Aiden, sampai-sampai ia punya anak dari wanita lain. Ia juga turut andil dalam masalah ini."     

"Ya. Biarkan dia mengurus masalah anaknya sendiri. Masa kamu mau menjadi ibu tiri dari anak orang lain? Kamu juga harus mengurus anakmu sendiri. Apa lagi anakmu kembar," setelah Tara mengatakannya, tiba-tiba saja ruangan itu menjadi hening.     

Anya langsung memandang ke arah Nadine yang sedang terdiam.     

"Nadine, bukan kamu yang aku maksud. Aku hanya … Kamu tahu sendiri aku terlalu blak-blakan," Tara langsung berusaha menjelaskannya.     

"Butuh tekad yang kuat untuk menjadi seorang ibu tiri. Ibu sangat baik padaku. Ia telah kehilangan putrinya sendiri dan masih mau membesarkan anak orang lain, apa lagi aku sebenarnya adalah anak selingkuhan suaminya. Hatinya pasti sakit dan kesepian," kata Nadine dengan senyum tipis. "Aku akan berbakti pada ibuku. Tetapi aku juga tidak menyarankan pada bibi untuk membesarkan anak Keara."     

"Aku yakin Aiden bisa menyelesaikan semua ini sendiri. Ia tidak akan pernah mengecewakanku. Kalau ia sampai menyakitiku, aku akan meninggalkannya bersama dengan anak-anakku dan tidak akan pernah kembali lagi padanya," kata Anya dengan tegas.     

"Bibi, hubunganmu dengan paman bisa sampai di titik ini setelah melewati berbagai cobaan yang sulit. Kalau bibi berpisah karena anak Keara, itu artinya rencananya berhasil. Alasan Keara bersikeras ingin melahirkan anak itu adalah untuk membuatmu tidak nyaman dan memisahkanmu dengan paman. Kalau kalian berpisah, ia akan menjadi Keluarga Atmajaya bersama dengan anaknya. Apakah kamu rela?" kata Nadine.     

"Aku tahu apa yang ia ingin lakukan. Kesehatanku tidak cukup baik. Tidak mudah bagiku untuk mendapatkan anak ini. Ditambah lagi, aku sedang mengandung anak kembar. Aku rasa ia akan melakukan sesuatu dan membuatku keguguran," Anya mengelus perutnya dan berkata dengan lembut. "Anak-anak, ayo kita berusaha keras agar wanita jahat itu tidak berhasil."     

Mungkin anak-anak itu bisa mendengar apa kata ibunya, sehingga mereka memberi balasan dengan sebuah tendangan.     

Anya tertawa saat merasakannya. "Anak-anakku akan lahir dengan sehat."     

"Apakah tidak penasaran dengan jenis kelamin anak bibi? Apakah keduanya perempuan? Atau keduanya laki-laki? Atau mungkin satu perempuan satu laki-laki?" Nadine tidak sabar menantikan kelahiran kedua sepupunya.     

Sepupu kembar akan sangat lucu!     

"Besok aku ada jadwal pemeriksaan ke dokter. Kita bisa mengetahui jenis kelamin mereka besok," kata Anya sambil tersenyum.     

"Bisakah aku ikut denganmu? Aku juga ingin melihat mereka!" kata Nadine dengan penuh semangat.     

Tara terlihat sedikit kecewa. "Besok klinikku sangat sibuk. Jangan lupa beritahu aku hasil pemeriksaannya," Tara juga ingin menemani Anya, tetapi ia masih punya tanggung jawab.     

Sebentar lagi, ia juga akan berkeluarga. Ia harus mengumpulkan banyak uang untuk keluarganya sendiri.     

"Tara, setelah kamu dan Nico menikah, apakah kalian ingin langsung punya anak? Kalau iya, ingatkan Nico untuk berhenti minum dan merokok," kata Anya.     

"Kami sudah membicarakannya. Katanya, kalau ada pergi bersama dengan klien, ia tidak bisa menolak untuk minum. Tetapi Nico sudah berhenti merokok."     

"Jangan menunggu terlalu lama. Kalau anakku semakin besar nanti, tidak akan ada yang menemani anakmu bermain," goda Anya.     

"Anakmu kan kembar. Mereka bisa bermain sendiri. Nanti anakku akan bermain dengan anak Nadine," Tara melemparkan godaan itu pada Nadine.     

"Nadine, kapan Harris akan melamarmu?" tanya Anya. Ia merasa Harris juga pasti akan segera melamar Nadine. Bagaimana pun juga, Harris sudah menunggu kepulangan Nadine selama bertahun-tahun.     

Pipi Nadine langsung terlihat merona. Ia melirik ke arah dapur, ingin melihat apa yang Hana lakukan. Saat melihat calon ibu mertuanya sedang sibuk, ia mengangkat tangannya dengan malu-malu.     

"Wow! Cincin! Kapan Harris melamarmu?" tanya Tara.     

"Aku juga punya," Anya mengangkat tangannya dengan bangga.     

"Mengapa aku tidak tahu kalau kalian dilamar? Kapan?" Tara bangkit berdiri dari sofa.     

"Di hari yang sama dengan kakak," Nadine tertawa kecil.     

"Tidak heran kamu mengusirku dari rumah Anya. Ternyata kalian punya rencana lain," Tara mengerucutkan bibirnya dan berkata. "Anya, bukankah kamu temanku. Mengapa kamu tidak menunjukkan foto Aiden saat melamarmu?"     

"Aku merekam semuanya," kata Nadine sambil tersenyum. "Paman sangat romantis. Ia bahkan bernyanyi untuk bibi." Ia tidak akan pernah melupakan lamaran itu. Pamannya yang dingin ternyata bisa berubah menjadi sangat romantis di hadapan wanita yang tepat.     

"Nadine, kapan Harris melamarmu?" tanya Anya.     

"Saat perjalanan pulang. Harris menggendongku di punggungnya dan aku bertanya kapan ia akan menemui ibu dan kakekku. Ketika ia mendengar bahwa ada seseorang yang datang dan ingin menjodohkanku dengan anaknya, ia langsung melamarku saat di rumah," cerita Nadine dengan malu-malu.     

"Apa hanya itu? Tidak ada hal baik lain yang terjadi?" tanya Tara dengan jahil, sengaja mengangkat alisnya berulang kali.     

Anya langsung menepuk pundak Tara. "Harris tidak sama seperti Nico yang nakal. Harris adalah pria yang jujur dan polos."     

"Jangan khawatir, Kak. Tidak ada yang terjadi. Sebelumnya aku sempat menyarankan pada Harris untuk menghamiliku agar bisa memaksa kakek untuk menerima hubungan kami. Tetapi ia tidak mau. Katanya ia ingin mendapatkan persetujuan dari keluargaku, bukan dengan cara paksa. Aku benar-benar terharu," kata Nadine dengan wajah berbinar.     

"Harris benar-benar hebat. Ia sangat menghormatimu. Meski kalian tinggal satu atap, ia tidak akan melakukan apa pun yang tidak kamu inginkan," kata Anya dengan kagum.     

"Atau mungkin ia tidak sehat? Tidak cukup kuat di ranjang? Mungkin akan lebih baik kalau aku memeriksanya," kata Tara dengan serius.     

Nadine langsung terlihat panik dan bertanya, "Bagaimana cara kakak memeriksanya?"     

Anya tertawa terbahak-bahak melihat kepolosan Nadine. "Tentu saja dengan pemeriksaan kesehatan. Apa yang kamu pikirkan!" kata Anya.     

Tara juga langsung menyela. "Dasar otakmu itu. Isinya hanya yang kotor-kotor."     

Nadine tertawa dengan malu. "Salah kakak tidak menjelaskannya dengan jelas."     

Tara menggeleng-gelengkan kepalanya.     

Mereka bertiga menghabiskan sore hari sambil mengobrol, menonton TV dan bersantai.     

"Bibi, hari ini Mila menyerahkan surat pengunduran dirinya," kata Nadine dengan suara pelan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.